AS dan China Cekcok di PBB soal Laut China Selatan
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Diplomat Amerika Serikat (AS) dan China terlibat perang mulut atau cekcok terkait krisis Laut China Selatan dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB secara virtual hari Senin waktu New York.
Pertemuan dengan agenda pembahasan tentang keamanan maritim itu juga menyoroti serangan terhadap kapal-kapal tanker di Teluk Persia, pembajakan di Teluk Guinea, serta perdagangan narkoba dan manusia di Laut Mediterania dan Atlantik.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken awalnya menyuarakan perundungan atau bullying di Laut China Selatan dan memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa konflik akan memiliki konsekuensi global yang serius bagi keamanan dan perdagangan. Komentar itu direspons keras oleh China.
Laut China Selatan telah menjadi salah satu dari banyak titik nyala dalam hubungan yang sulit antara China dan Amerika Serikat, di mana Washington menolak apa yang disebutnya klaim teritorial oleh Beijing di kawasan itu yang melanggar hukum internasional
"Konflik di Laut China Selatan, atau di lautan mana pun, akan memiliki konsekuensi global yang serius bagi keamanan, dan perdagangan," kata Blinken dalam pertemuan tersebut.
"Ketika sebuah negara tidak menghadapi konsekuensi karena mengabaikan aturan ini, itu memicu impunitas dan ketidakstabilan yang lebih besar di mana-mana," ujar diplomat top Amerika tersebut, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/8/2021).
China mengklaim petak luas Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia dan Filipina. Triliunan dollar dihasilkan dari lalu lintas perdagangan melalui jalur itu setiap tahunnya. Kawasan sengketa itu juga berisi daerah penangkapan ikan yang kaya dan ladang gas.
"Kami telah melihat pertemuan berbahaya antara kapal di laut dan tindakan provokatif untuk memajukan klaim maritim yang melanggar hukum," kata Blinken, yang menambahkan bahwa Washington prihatin dengan tindakan yang "mengintimidasi dan menggertak negara-negara lain agar tidak mengakses sumber daya laut mereka secara sah."
Wakil Duta Besar China untuk PBB Dai Bing menuduh Amerika Serikat "mengaduk-aduk masalah, secara sewenang-wenang mengirim kapal dan pesawat militer canggih ke Laut China Selatan sebagai provokasi dan secara terbuka mencoba untuk mengganggu negara-negara regional."
"Negara ini sendiri telah menjadi ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," kata Dai.
Blinken mengatakan itu adalah tanggung jawab semua negara, bukan hanya pengklaim pulau dan perairan Laut China Selatan, untuk mempertahankan aturan yang telah mereka semua setujui untuk menyelesaikan sengketa maritim secara damai.
Perdana Menteri India Narendra Modi, yang negaranya memegang kursi kepresidenan DK PBB bulan ini dan memimpin pertemuan virtual, memperingatkan bahwa lautan di dunia yang merupakan warisan bersama semua bangsa menghadapi berbagai ancaman. Dia menunjuk pada pembajakan dan terorisme, penegakan hambatan perdagangan oleh beberapa negara, dan tantangan dari perubahan iklim dan bencana alam.
Pertemuan dengan agenda pembahasan tentang keamanan maritim itu juga menyoroti serangan terhadap kapal-kapal tanker di Teluk Persia, pembajakan di Teluk Guinea, serta perdagangan narkoba dan manusia di Laut Mediterania dan Atlantik.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken awalnya menyuarakan perundungan atau bullying di Laut China Selatan dan memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa konflik akan memiliki konsekuensi global yang serius bagi keamanan dan perdagangan. Komentar itu direspons keras oleh China.
Laut China Selatan telah menjadi salah satu dari banyak titik nyala dalam hubungan yang sulit antara China dan Amerika Serikat, di mana Washington menolak apa yang disebutnya klaim teritorial oleh Beijing di kawasan itu yang melanggar hukum internasional
"Konflik di Laut China Selatan, atau di lautan mana pun, akan memiliki konsekuensi global yang serius bagi keamanan, dan perdagangan," kata Blinken dalam pertemuan tersebut.
"Ketika sebuah negara tidak menghadapi konsekuensi karena mengabaikan aturan ini, itu memicu impunitas dan ketidakstabilan yang lebih besar di mana-mana," ujar diplomat top Amerika tersebut, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/8/2021).
China mengklaim petak luas Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia dan Filipina. Triliunan dollar dihasilkan dari lalu lintas perdagangan melalui jalur itu setiap tahunnya. Kawasan sengketa itu juga berisi daerah penangkapan ikan yang kaya dan ladang gas.
"Kami telah melihat pertemuan berbahaya antara kapal di laut dan tindakan provokatif untuk memajukan klaim maritim yang melanggar hukum," kata Blinken, yang menambahkan bahwa Washington prihatin dengan tindakan yang "mengintimidasi dan menggertak negara-negara lain agar tidak mengakses sumber daya laut mereka secara sah."
Wakil Duta Besar China untuk PBB Dai Bing menuduh Amerika Serikat "mengaduk-aduk masalah, secara sewenang-wenang mengirim kapal dan pesawat militer canggih ke Laut China Selatan sebagai provokasi dan secara terbuka mencoba untuk mengganggu negara-negara regional."
"Negara ini sendiri telah menjadi ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," kata Dai.
Blinken mengatakan itu adalah tanggung jawab semua negara, bukan hanya pengklaim pulau dan perairan Laut China Selatan, untuk mempertahankan aturan yang telah mereka semua setujui untuk menyelesaikan sengketa maritim secara damai.
Perdana Menteri India Narendra Modi, yang negaranya memegang kursi kepresidenan DK PBB bulan ini dan memimpin pertemuan virtual, memperingatkan bahwa lautan di dunia yang merupakan warisan bersama semua bangsa menghadapi berbagai ancaman. Dia menunjuk pada pembajakan dan terorisme, penegakan hambatan perdagangan oleh beberapa negara, dan tantangan dari perubahan iklim dan bencana alam.
(min)