Ulama Sunni dan Syiah Serukan Persatuan dalam Pertemuan di Mekah
loading...
A
A
A
RIYADH - Sejumlah ulama Sunni dan Syiah dari Irak bertemu di Mekah, Arab Saudi , untuk menyerukan persatuan dan koeksistensi antara dua kelompok utama Islam tersebut.
Para anggota Forum Cendekiawan Irak itu berkumpul di Kota Suci Mekah untuk menegaskan seruan mereka.
Pertemuan tersebut diselenggarakan Muslim World League (MWL) yang berbasis di Mekah. Sekitar delapan puluh pemimpin agama dan ulama terkemuka ambil bagian dalam upaya menjembatani perbedaan kedua kelompok itu.
"Kami menyatakan ini sebelumnya dan akan terus melakukannya: tidak ada antara Sunni dan Syiah kecuali pemahaman persaudaraan, koeksistensi, kerjasama dan integrasi," ungkap Sekretaris Jenderal MWL, Dr Mohammed Al-Issa, dalam pidato pembukaannya.
Dia menjelaskan, "Acara hari ini mewakili prinsip-prinsip Islam yang sebenarnya."
Para ulama dan anggota MWL mendorong umat Islam untuk berjuang demi perdamaian dan rekonsiliasi.
“Islam memerintahkan kita untuk merangkul keragaman dan menghormati perbedaan satu sama lain. Ini memberitahu kita untuk hidup dalam koeksistensi dan harmoni dengan semua,” ungkap pernyataan WML.
“Dan itu mengarahkan kita untuk membangun jembatan kerja sama dan pemahaman. Para pemimpin dan cendekiawan Muslim yang berkumpul di Kota Suci Mekah menunjukkan komitmen mereka mempromosikan nilai-nilai ini," ungkap pernyataan WML.
Pernyataan penutup yang dikeluarkan forum tersebut menetapkan terbukanya saluran dialog dan komunikasi antar ulama dalam menangani isu-isu penting.
Mereka menekankan pentingnya menyebarkan nilai-nilai bersama dan saling menghormati sambil menolak ekstremisme dan fanatisme.
Namun, menurut The National, para peserta acara ini tidak dianggap dari kalangan pemimpin agama paling senior di Irak.
Dengan demikian, mereka tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas kelompok-kelompok politik dan paramiliter.
Menurut website MWL, pertemuan itu adalah yang pertama dari jenisnya yang menyatukan para cendekiawan Muslim Irak di Mekah.
Langkah ini mengikuti upaya serupa oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 2006, ketika Dokumen Mekah ditandatangani para cendekiawan Irak dengan tujuan mengakhiri kekerasan sektarian yang mencengkeram negara itu setelah invasi dan pendudukan pimpinan Amerika Serikat sejak 2003 hingga penarikan pasukan NATO tahun ini.
Para anggota Forum Cendekiawan Irak itu berkumpul di Kota Suci Mekah untuk menegaskan seruan mereka.
Pertemuan tersebut diselenggarakan Muslim World League (MWL) yang berbasis di Mekah. Sekitar delapan puluh pemimpin agama dan ulama terkemuka ambil bagian dalam upaya menjembatani perbedaan kedua kelompok itu.
"Kami menyatakan ini sebelumnya dan akan terus melakukannya: tidak ada antara Sunni dan Syiah kecuali pemahaman persaudaraan, koeksistensi, kerjasama dan integrasi," ungkap Sekretaris Jenderal MWL, Dr Mohammed Al-Issa, dalam pidato pembukaannya.
Dia menjelaskan, "Acara hari ini mewakili prinsip-prinsip Islam yang sebenarnya."
Para ulama dan anggota MWL mendorong umat Islam untuk berjuang demi perdamaian dan rekonsiliasi.
“Islam memerintahkan kita untuk merangkul keragaman dan menghormati perbedaan satu sama lain. Ini memberitahu kita untuk hidup dalam koeksistensi dan harmoni dengan semua,” ungkap pernyataan WML.
“Dan itu mengarahkan kita untuk membangun jembatan kerja sama dan pemahaman. Para pemimpin dan cendekiawan Muslim yang berkumpul di Kota Suci Mekah menunjukkan komitmen mereka mempromosikan nilai-nilai ini," ungkap pernyataan WML.
Pernyataan penutup yang dikeluarkan forum tersebut menetapkan terbukanya saluran dialog dan komunikasi antar ulama dalam menangani isu-isu penting.
Mereka menekankan pentingnya menyebarkan nilai-nilai bersama dan saling menghormati sambil menolak ekstremisme dan fanatisme.
Namun, menurut The National, para peserta acara ini tidak dianggap dari kalangan pemimpin agama paling senior di Irak.
Dengan demikian, mereka tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas kelompok-kelompok politik dan paramiliter.
Menurut website MWL, pertemuan itu adalah yang pertama dari jenisnya yang menyatukan para cendekiawan Muslim Irak di Mekah.
Langkah ini mengikuti upaya serupa oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 2006, ketika Dokumen Mekah ditandatangani para cendekiawan Irak dengan tujuan mengakhiri kekerasan sektarian yang mencengkeram negara itu setelah invasi dan pendudukan pimpinan Amerika Serikat sejak 2003 hingga penarikan pasukan NATO tahun ini.
(sya)