Kapal Tanker Israel Diserang dengan Drone Bunuh Diri
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah kapal tanker minyak milik miliarder Israel diserang di lepas pantai Oman . Setidaknya dua kru kapal tewas dalam serangan itu, menandai kematian pertama setelah serangan bertahun-tahun yang menargetkan kapal-kapal ekspedisi di wilayah tersebut.
Serangan pada Kamis malam menargetkan kapal tanker di timur laut pulau Masirah Oman, lebih dari 300 kilometer tenggara ibukota Oman, Muscat.
Tidak ada pihak yang langsung bertanggung jawab atas serangan yang terjadi pada Kamis malam terhadap kapal tanker berbendera Liberia, Mercer Street. Namun seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan tampaknya serangan itu menggunakan drone bunuh diri.
Berbicara dengan syarat anonim, pejabat AS itu mengatakan bahwa serangan itu tampaknya dilakukan pesawat tak berawak "satu arah" dan pesawat tak berawak lain ikut ambil bagian, seperti dikutip dari AP, Sabtu (31/7/2021).
Pejabat itu tidak mengatakan tidak diketahui siapa yang melancarkan serangan itu dan menolak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Pernyataan ini muncul setelah laporan sebelumnya dari perusahaan intelijen maritim swasta Dryad Global merujuk pada keterlibatan pesawat tak berawak yang sebelum serangan terhadap kapal.
Kenyataan ini meningkatkan kemungkinan keterlibatan pemerintah asing atau kelompok milisi. Di masa lalu, pemberontak Houthi yang didukung Iran telah menggunakan pesawat tak berawak bunuh diri. Pesawat ini sarat dengan bahan peledak yang meledak saat menghantam targetnya.
Meski begitu, tanpa memberikan bukti apa pun, seorang pejabat keamanan Israel mengatakan Iran berada di balik serangan terhadap kapal tersebut merujuk pada kejadian serupa di masa lalu.
Tudingan serupa juga disuarakan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid.
"Iran bukan hanya masalah Israel," kata Lapid dalam sebuah pernyataan. "Dunia tidak boleh diam," imbuhnya.
Serangan hari Kamis terjadi di tengah meningkatnya ketegangan atas kesepakatan nuklir Iran dan mandeknya negosiasi untuk memulihkan kesepakatan tersebut.
Serangkaian serangan kapal yang diduga dilakukan oleh Iran dimulai setahun setelah presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian nuklir 2015 pada 2018.
Serangan itu merupakan kekerasan maritim yang paling terkenal sejauh ini dalam serangan regional terhadap kapal ekspedisi sejak 2019.
Serangan pada Kamis malam menargetkan kapal tanker di timur laut pulau Masirah Oman, lebih dari 300 kilometer tenggara ibukota Oman, Muscat.
Tidak ada pihak yang langsung bertanggung jawab atas serangan yang terjadi pada Kamis malam terhadap kapal tanker berbendera Liberia, Mercer Street. Namun seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan tampaknya serangan itu menggunakan drone bunuh diri.
Berbicara dengan syarat anonim, pejabat AS itu mengatakan bahwa serangan itu tampaknya dilakukan pesawat tak berawak "satu arah" dan pesawat tak berawak lain ikut ambil bagian, seperti dikutip dari AP, Sabtu (31/7/2021).
Pejabat itu tidak mengatakan tidak diketahui siapa yang melancarkan serangan itu dan menolak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Pernyataan ini muncul setelah laporan sebelumnya dari perusahaan intelijen maritim swasta Dryad Global merujuk pada keterlibatan pesawat tak berawak yang sebelum serangan terhadap kapal.
Kenyataan ini meningkatkan kemungkinan keterlibatan pemerintah asing atau kelompok milisi. Di masa lalu, pemberontak Houthi yang didukung Iran telah menggunakan pesawat tak berawak bunuh diri. Pesawat ini sarat dengan bahan peledak yang meledak saat menghantam targetnya.
Meski begitu, tanpa memberikan bukti apa pun, seorang pejabat keamanan Israel mengatakan Iran berada di balik serangan terhadap kapal tersebut merujuk pada kejadian serupa di masa lalu.
Tudingan serupa juga disuarakan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid.
"Iran bukan hanya masalah Israel," kata Lapid dalam sebuah pernyataan. "Dunia tidak boleh diam," imbuhnya.
Serangan hari Kamis terjadi di tengah meningkatnya ketegangan atas kesepakatan nuklir Iran dan mandeknya negosiasi untuk memulihkan kesepakatan tersebut.
Serangkaian serangan kapal yang diduga dilakukan oleh Iran dimulai setahun setelah presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian nuklir 2015 pada 2018.
Serangan itu merupakan kekerasan maritim yang paling terkenal sejauh ini dalam serangan regional terhadap kapal ekspedisi sejak 2019.
(ian)