Reaktor Nuklir Pertama di Dunia Ditutup karena Batang Bahan Bakar Rusak

Jum'at, 30 Juli 2021 - 21:01 WIB
loading...
Reaktor Nuklir Pertama di Dunia Ditutup karena Batang Bahan Bakar Rusak
PLTN Taishan di provinsi Guangdong, China. Foto/xinhua
A A A
BEIJING - Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) China telah menutup salah satu reaktornya untuk pemeliharaan setelah kerusakan kecil pada batang bahan bakar.

Operator PLTN tersebut mengatakan pihaknya telah menutup Unit 1 di PLTN Taishan di provinsi Guangdong setelah pembicaraan "panjang" dengan para teknisi.

Taishan adalah tempat pertama di dunia yang memiliki reaktor semacam itu.



Jenis reaktor yang dikenal sebagai EPR ini juga direncanakan dibangun di negara lain, termasuk Finlandia, Prancis, dan di Hinkley Point C di Inggris.



Langkah terbaru datang sebulan setelah pemerintah China mengakui kerusakan pada batang bahan bakar di unit Taishan.



Namun pemerintah mengatakan itu adalah masalah "umum" tanpa perlu dikhawatirkan.

China General Nuclear Power Group (CGN) mengatakan pada Jumat bahwa, “Reaktor itu sepenuhnya di bawah kendali."

“Para pakar akan menemukan penyebab kerusakan dan mengganti batang bahan bakar,” papar pernyataan CGN.

Pada Juni, CNN melaporkan pemerintah AS sedang menilai kebocoran yang dilaporkan di PLTN tersebut.

CNN mengatakan perusahaan energi Prancis EDF, yang membantu menjalankan PLTN tersebut, telah memperingatkan pemerintah Amerika Serikat (AS) bahwa regulator nuklir China telah menaikkan batas tingkat radiasi yang diizinkan di luar PLTN untuk menghindari penutupannya.

EDF kemudian mengatakan, “Masalah dengan batang bahan bakar telah menyebabkan penumpukan gas, yang harus dilepaskan ke atmosfer.”

Batang bahan bakar adalah tabung logam tertutup yang menahan bahan nuklir yang digunakan untuk bahan bakar reaktor nuklir.

Pekan lalu, juru bicara EDF mengatakan kepada CNN bahwa perusahaan Prancis itu akan menutup PLTN jika bisa. Mereka mengatakan keputusan ada di tangan operator China.

“Situasi di Taishan bukan keadaan darurat tetapi tetap merupakan situasi serius," ujar juru bicara itu.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1156 seconds (0.1#10.140)