Membandingkan Cadangan Rudal Nuklir China dengan AS

Kamis, 29 Juli 2021 - 09:30 WIB
loading...
Membandingkan Cadangan Rudal Nuklir China dengan AS
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
WASHINGTON - Para peneliti menemukan ladang silo rudal baru milik China di Gurun Gobi, menggambarkannya sebagai gudang senjata nuklir paling luas sejak Perang Dingin. Temuan ini pun menyoroti perbedaan jumlah hulu ledak yang dimiliki oleh China dan Amerika Serikat (AS).

Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) menemukan 110 situs peluncuran yang sedang dibangun di Hami di wilayah Xinjiang utara China bulan ini. FAS memperkirakan negara itu memiliki 350 hulu ledak nuklir.

"Selama beberapa dekade, China telah mengoperasikan sekitar 20 silo rudal balistik antarbenua (ICBM), dengan 100 atau lebih peluncur mobile," menurut Hans Kristensen dan Matt Korda dari Nuclear Information Project di FAS seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (29/7/2021).

China sudah memiliki sekitar selusin fasilitas peluncuran di Mongolia Dalam. Bersama dengan yang ditemukan pada akhir Juni oleh para ahli di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS) — 119 silo baru di Yumen, provinsi Gansu — China dapat mengoperasikan sekitar 250 ICBM berbasis silo, melebihi Rusia dan lebih dari setengah dari AS.



"Pembangunan silo di Yumen dan Hami merupakan perluasan paling signifikan dari persenjataan nuklir China yang pernah ada," kata Kristensen dan Korda dalam laporan mereka.

Ladang silo rudal dapat meningkatkan kapasitas peluncuran China ke mana saja antara 415 dan 875 hulu ledak, tergantung pada jenis ICBM yang mereka pasang di lokasi, jika ada.



Namun, FAS memperkirakan AS dan Rusia masing-masing memiliki sekitar 4.000 hulu ledak nuklir. Angka itu masing-masing mencapai 6.257 dan 5.550, jika hitungannya mencakup semua hulu ledak yang dikerahkan, ditimbun, dan dipensiunkan. Jumlah ini lebih besar dari gabungan tenaga nuklir dunia lainnya.

Terlepas dari pertumbuhan yang cepat, persediaan nuklir China masih sedikit dibandingkan dengan yang dimiliki oleh AS dan Rusia. Ini mungkin sebagian menjelaskan mengapa China sejauh ini menolak untuk terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata, yang pasti akan melibatkan pengurangan hulu ledak.

Sebuah laporan Departemen Pertahanan AS yang dirilis tahun lalu menempatkan jumlah hulu ledak nuklir China di angka 200-an, memproyeksikan bahwa, selama dekade berikutnya, persediaan itu setidaknya dua kali lipat saat China memperluas dan memodernisasi kekuatan nuklirnya.

Pada akhirnya, masih belum jelas apakah China berencana untuk mengisi setiap silo barunya, atau apakah itu memberi kesan kemampuan nuklir yang lebih besar.



Dihubingi oleh Newsweek pada hari Rabu, seorang juru bicara Pentagon mengatakan: “Kami tidak akan berbicara tentang masalah intelijen atau analisis citra komersial. Namun, seperti yang dijelaskan dalam Laporan Kekuatan Militer China 2020, China terus mengembangkan kemampuan nuklir berbasis silo mereka."

“Kami secara khusus mencatat saat itu bahwa China telah membangun silo ICBM di salah satu jangkauan pelatihan barat mereka yang lebih kecil dari silo CSS-4 (DF-5) yang ada di China. Selain itu, banyak pemimpin Departemen Pertahanan telah bersaksi dan berbicara di depan umum tentang kemampuan nuklir China yang berkembang, yang kami harapkan berlipat ganda atau lebih selama dekade berikutnya. Ini tentu saja salah satu alasan Menteri (Pertahanan) (Lloyd) Austin telah mengidentifikasi China sebagai tantangan departemen," lanjut juru bicara itu.

“Pembangunan itu tidak mengejutkan kami, seperti yang dicatat dalam Laporan Kekuatan Militer China 2020,” tegas pernyataan itu.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)