Prancis Menyangkal Tutup-tutupi Uji Coba Nuklir di Pasifik
loading...
A
A
A
PARIS - Pemerintah Prancis membantah menutup-nutupi tingkat radiasi di Pasifik setelah uji coba nuklirnya di wilayah tersebut, ketika pembahasan terkait "warisan" uji coba itu berlangsung di Paris.
Pertemuan dua hari yang diadakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dimulai pada Kamis menyusul tuduhan baru bahwa pengujian dari tahun 1966 hingga 1996 menyebabkan radiasi atmosfer dan tanah yang tersembunyi.
"Tidak ada yang ditutup-tutupi oleh negara," ucap Genevieve Darrieusseq, menteri pertahanan junior, kepada AFP dalam komentar singkat di sela-sela acara, di mana dia mengesampingkan permintaan maaf resmi dari Prancis seperti dikutip dari France24, Sabtu (3/7/2021).
Pada bulan Maret, situs web investigasi Disclose memicu "gelombang" ketika mengatakan telah menganalisis sekitar 2.000 halaman dokumen militer Prancis yang tidak dirahasiakan tentang hampir 200 tes yang dilakukan di sekitar Polinesia Prancis di daerah Pasifik.
Bekerja dengan pakar statistik dan akademisi dari Universitas Princeton di Amerika Serikat (AS), disimpulkan bahwa pihak berwenang Prancis telah menyembunyikan dampak sebenarnya dari uji coba nuklir terhadap kesehatan orang Polinesia selama lebih dari 50 tahun.
Diskusi meja bundar telah dihadiri oleh tiga menteri Prancis, serta Macron sendiri, yang tidak memberikan komentar publik setelah ambil bagian pada hari Kamis lalu.
Edouard Fritch, presiden Polinesia Prancis, sebuah wilayah semi-otonom Prancis, mengatakan Macron telah berjanji untuk membuka arsip militer tentang tes tersebut, permintaan utama dari para sejarawan, dan akan mengunjungi Tahiti pada 25 Juli.
Hanya catatan yang dapat mengarah pada proliferasi nuklir yang harus tetap dirahasiakan.
"Kami merasa bahwa presiden memiliki keinginan yang nyata untuk mengubah halaman yang menyakitkan ini bagi kita semua, dengan sumber daya yang perlu disiapkan di masa depan, sehingga orang Polinesia dapat membangun kembali kepercayaan yang selalu kita miliki di Prancis," kata Fritch.
Pertemuan dua hari yang diadakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dimulai pada Kamis menyusul tuduhan baru bahwa pengujian dari tahun 1966 hingga 1996 menyebabkan radiasi atmosfer dan tanah yang tersembunyi.
"Tidak ada yang ditutup-tutupi oleh negara," ucap Genevieve Darrieusseq, menteri pertahanan junior, kepada AFP dalam komentar singkat di sela-sela acara, di mana dia mengesampingkan permintaan maaf resmi dari Prancis seperti dikutip dari France24, Sabtu (3/7/2021).
Pada bulan Maret, situs web investigasi Disclose memicu "gelombang" ketika mengatakan telah menganalisis sekitar 2.000 halaman dokumen militer Prancis yang tidak dirahasiakan tentang hampir 200 tes yang dilakukan di sekitar Polinesia Prancis di daerah Pasifik.
Bekerja dengan pakar statistik dan akademisi dari Universitas Princeton di Amerika Serikat (AS), disimpulkan bahwa pihak berwenang Prancis telah menyembunyikan dampak sebenarnya dari uji coba nuklir terhadap kesehatan orang Polinesia selama lebih dari 50 tahun.
Diskusi meja bundar telah dihadiri oleh tiga menteri Prancis, serta Macron sendiri, yang tidak memberikan komentar publik setelah ambil bagian pada hari Kamis lalu.
Edouard Fritch, presiden Polinesia Prancis, sebuah wilayah semi-otonom Prancis, mengatakan Macron telah berjanji untuk membuka arsip militer tentang tes tersebut, permintaan utama dari para sejarawan, dan akan mengunjungi Tahiti pada 25 Juli.
Hanya catatan yang dapat mengarah pada proliferasi nuklir yang harus tetap dirahasiakan.
"Kami merasa bahwa presiden memiliki keinginan yang nyata untuk mengubah halaman yang menyakitkan ini bagi kita semua, dengan sumber daya yang perlu disiapkan di masa depan, sehingga orang Polinesia dapat membangun kembali kepercayaan yang selalu kita miliki di Prancis," kata Fritch.