Ulama Ebrahim Raisi Menjadi Presiden Baru Iran
loading...
A
A
A
Ebrahim Raisi, 60, dikenal sebagai anggota kunci "Komisi Kematian" yang memerintahkan penyiksaan terhadap wanita hamil, membuat tahanan dilempar dari tebing, orang-orang dicambuk dengan kabel listrik, dan telah mengawasi tindakan kekerasan brutal yang tak terhitung jumlahnya.
Dia dijuluk "Jagal 1988" karena dugaan keterlibatannya dalam eksekusi massal dan penyiksaan mengerikan terhadap tahanan politik pada 1980-an.
Pada tahun 1980, pada usianya yang baru 20 tahun, Raisi diangkat menjadi jaksa pengadilan revolusioner Karaj, sebelah barat Teheran, dan pada tahun 1988 dia dipromosikan menjadi wakil jaksa Teheran.
Dia kemudian menjadi salah satu dari empat orang yang dipilih untuk melakukan pembantaian terhadap aktivis Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI) yang dipenjara.
Sekitar 30.000 pria, wanita dan anak-anak yang ditahan di penjara-penjara di seluruh Iran berbaris di dinding dan ditembak hanya dalam beberapa bulan. Demikian kesaksikan orang-orang yang berjuang untuk menggulingkan rezim Iran saat ini.
Farideh Goudarzi sedang hamil delapan bulan ketika dia ditangkap oleh pihak berwenang di Iran atas dukungannya terhadap PMOI, yang juga dikenal sebagai Mujaheddin-e Khalq (MEK). Namun, terlepas dari kondisinya, dia mengatakan kepada The Sun bahwa dia tidak luput dari siksaan yang mengerikan dan brutal yang biasa dilakukan di Republik Islam Iran pada waktu itu.
Dia mengatakan pertama kali dia menemukan Raisi yang brutal adalah ketika dia diseret ke ruang penyiksaan gedung pengadilan pada usia 21 tahun pada musim panas 1983.
Menurutnya, Raisi, adalah salah satu dari tujuh pria yang ditugaskan untuk menyiksanya setelah dia ditahan.
Raisi juga menjadi salah satu pejabat Iran yang telah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS). Dia dikenal sebagai sosok anti-Amerika dan bagian dari kelompok yang kerap menjuluki Amerika sebagai "setan besar".
Lihat Juga: 3 Negara yang Kelabakan dengan Keruntuhan Rezim Assad di Suriah, Nomor 2 Pemilik Senjata Nuklir
Dia dijuluk "Jagal 1988" karena dugaan keterlibatannya dalam eksekusi massal dan penyiksaan mengerikan terhadap tahanan politik pada 1980-an.
Pada tahun 1980, pada usianya yang baru 20 tahun, Raisi diangkat menjadi jaksa pengadilan revolusioner Karaj, sebelah barat Teheran, dan pada tahun 1988 dia dipromosikan menjadi wakil jaksa Teheran.
Dia kemudian menjadi salah satu dari empat orang yang dipilih untuk melakukan pembantaian terhadap aktivis Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI) yang dipenjara.
Sekitar 30.000 pria, wanita dan anak-anak yang ditahan di penjara-penjara di seluruh Iran berbaris di dinding dan ditembak hanya dalam beberapa bulan. Demikian kesaksikan orang-orang yang berjuang untuk menggulingkan rezim Iran saat ini.
Farideh Goudarzi sedang hamil delapan bulan ketika dia ditangkap oleh pihak berwenang di Iran atas dukungannya terhadap PMOI, yang juga dikenal sebagai Mujaheddin-e Khalq (MEK). Namun, terlepas dari kondisinya, dia mengatakan kepada The Sun bahwa dia tidak luput dari siksaan yang mengerikan dan brutal yang biasa dilakukan di Republik Islam Iran pada waktu itu.
Dia mengatakan pertama kali dia menemukan Raisi yang brutal adalah ketika dia diseret ke ruang penyiksaan gedung pengadilan pada usia 21 tahun pada musim panas 1983.
Menurutnya, Raisi, adalah salah satu dari tujuh pria yang ditugaskan untuk menyiksanya setelah dia ditahan.
Raisi juga menjadi salah satu pejabat Iran yang telah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS). Dia dikenal sebagai sosok anti-Amerika dan bagian dari kelompok yang kerap menjuluki Amerika sebagai "setan besar".
Lihat Juga: 3 Negara yang Kelabakan dengan Keruntuhan Rezim Assad di Suriah, Nomor 2 Pemilik Senjata Nuklir
(min)