Erdogan: Tidak Ada yang Bisa Merebut Tanah Palestina
loading...
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki, Tayyip Erdogan menegaskan, tidak ada yang bisa merebut tanah Palestina, dari orang-orang Palestina. Ini adalah respon atas rencana Israel mencaplok sebagian besar wilayah Tepi Barat, yang diduduki.
"Kami tidak akan membiarkan tanah Palestina ditawarkan kepada siapa pun. Saya ingin menegaskan kembali bahwa al-Quds Al-Sharif, situs suci tiga agama dan kiblat pertama kami, adalah garis merah untuk semua Muslim di seluruh dunia," kata Erdogan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (25/5/2020).
"Jelas bahwa tatanan global telah lama gagal menghasilkan keadilan, perdamaian, ketenangan, dan ketertiban. Minggu lalu kami menyaksikan bahwa proyek pendudukan dan aneksasi baru, yang mengabaikan kedaulatan Palestina dan hukum internasional, diberlakukan oleh Israel," sambungnya.
Israel mengatakan akan mencaplok sebagian besar Tepi Barat pada 1 Juli, sebagaimana disepakati antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz, kepala partai Biru dan Putih.
Rencana tersebut telah menarik kemarahan di seluruh dunia, khususnya dari dunia Islam.
Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dipandang sebagai wilayah pendudukan di bawah hukum internasional, sehingga membuat semua pemukiman Yahudi di sana, serta aneksasi yang direncanakan, adalah ilegal.
"Kami tidak akan membiarkan tanah Palestina ditawarkan kepada siapa pun. Saya ingin menegaskan kembali bahwa al-Quds Al-Sharif, situs suci tiga agama dan kiblat pertama kami, adalah garis merah untuk semua Muslim di seluruh dunia," kata Erdogan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (25/5/2020).
"Jelas bahwa tatanan global telah lama gagal menghasilkan keadilan, perdamaian, ketenangan, dan ketertiban. Minggu lalu kami menyaksikan bahwa proyek pendudukan dan aneksasi baru, yang mengabaikan kedaulatan Palestina dan hukum internasional, diberlakukan oleh Israel," sambungnya.
Israel mengatakan akan mencaplok sebagian besar Tepi Barat pada 1 Juli, sebagaimana disepakati antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz, kepala partai Biru dan Putih.
Rencana tersebut telah menarik kemarahan di seluruh dunia, khususnya dari dunia Islam.
Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dipandang sebagai wilayah pendudukan di bawah hukum internasional, sehingga membuat semua pemukiman Yahudi di sana, serta aneksasi yang direncanakan, adalah ilegal.
(esn)