Jelang Peringatan Tragedi Tiananmen, Taiwan Desak China Serahkan Kekuasaan kepada Rakyat
loading...
A
A
A
TAIPEI - Taiwan mendesak China untuk mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dan memulai reformasi politik yang nyata. Pernyataan Taiwan ini datang jelang peringatan tragedi Lapangan Tiananmen.
Tanggal 4 Juni besok akan menandai 32 tahun sejak pasukan China melepaskan tembakan untuk mengakhiri kerusuhan yang dipimpin mahasiswa di dalam dan sekitar alun-alun Tiananmen. Pihak berwenang China melarang peringatan publik tragedi itu.
Beijing tidak pernah merilis jumlah pasti korban tewas dalam insiden itu. Tetapi perkiraan dari kelompok HAM dan saksi berkisar dari ratusan hingga ribuan orang tewas dalam tragedi tersebut.
Pemerintah Taiwan dalam sebuah pernyataan mengatakan, Beijing menghindari permintaan maaf atas apa yang telah terjadi atau refleksi atas kesalahannya.
"Kami menyatakan penyesalan, dan menyerukan kepada pihak lain untuk menerapkan reformasi politik yang berpusat pada rakyat, berhenti menekan tuntutan demokrasi rakyat, dan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat sesegera mungkin," kata pemerintah Taiwan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (3/6/2021).
Menyebut Partai Komunis China yang berkuasa sebagai "kediktatoran satu partai," Taiwan mengatakan, penindasan Beijing di dalam negeri dan di Hong Kong telah menunjukan China menyimpang dari nilai-nilai universal dan aturan internasional.
"Mereka tidak hanya memperdalam kontradiksi sosial yang mendalam di masyarakat mereka sendiri, meningkatkan kesulitan reformasi sistemik, tetapi juga menciptakan risiko konflik, yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas regional," ujarnya.
Taiwan memang cenderung menggunakan peringatan Lapangan Tiananmen untuk mengkritik China dan mendesaknya untuk menghadapi apa yang telah dilakukannya, yang berulang kali membuat Beijing kesal.
Tanggal 4 Juni besok akan menandai 32 tahun sejak pasukan China melepaskan tembakan untuk mengakhiri kerusuhan yang dipimpin mahasiswa di dalam dan sekitar alun-alun Tiananmen. Pihak berwenang China melarang peringatan publik tragedi itu.
Beijing tidak pernah merilis jumlah pasti korban tewas dalam insiden itu. Tetapi perkiraan dari kelompok HAM dan saksi berkisar dari ratusan hingga ribuan orang tewas dalam tragedi tersebut.
Pemerintah Taiwan dalam sebuah pernyataan mengatakan, Beijing menghindari permintaan maaf atas apa yang telah terjadi atau refleksi atas kesalahannya.
"Kami menyatakan penyesalan, dan menyerukan kepada pihak lain untuk menerapkan reformasi politik yang berpusat pada rakyat, berhenti menekan tuntutan demokrasi rakyat, dan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat sesegera mungkin," kata pemerintah Taiwan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (3/6/2021).
Menyebut Partai Komunis China yang berkuasa sebagai "kediktatoran satu partai," Taiwan mengatakan, penindasan Beijing di dalam negeri dan di Hong Kong telah menunjukan China menyimpang dari nilai-nilai universal dan aturan internasional.
"Mereka tidak hanya memperdalam kontradiksi sosial yang mendalam di masyarakat mereka sendiri, meningkatkan kesulitan reformasi sistemik, tetapi juga menciptakan risiko konflik, yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas regional," ujarnya.
Taiwan memang cenderung menggunakan peringatan Lapangan Tiananmen untuk mengkritik China dan mendesaknya untuk menghadapi apa yang telah dilakukannya, yang berulang kali membuat Beijing kesal.
(ian)