Terungkap, Gaza Jadi Kelinci Percobaan Perang AI Pertama Israel

Sabtu, 29 Mei 2021 - 07:05 WIB
loading...
Terungkap, Gaza Jadi...
Gedung-gedung di Jalur Gaza, Palestina, hancur oleh serangan udara Israel, 11 Mei 2021. Foto/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
A A A
TEL AVIV - Korps intelijen elite militer Israel mengeklaim telah melakukan perang kecerdasan buatan atauartificial intelligence (AI) pertamanya dalam pertempuran 11 hari dengan perlawanan Palestina di Gaza. Wilayah kantong Palestina yang padat penduduk itu telah menjadi "kelinci percobaan" untuk teknologi komputansi canggih dalam pertempuran.

"Untuk pertama kalinya, artificial intelligence (AI) adalah komponen kunci dan pengganda kekuatan dalam memerangi musuh," kata seorang perwira senior di Korps Intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang dikutip media Israel, Jerusalem Post.



Intelijen elite bernama Unit 8200 menggunakan program yang disebut "Alchemist", "Gospel" dan "Dept of Wisdom" untuk lebih meningkatkan keunggulan yang sudah luar biasa yang dimiliki IDF atas pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jalur Gaza yang diblokade.

Menurut militer Zionis, analisis bertenaga AI diterapkan pada sejumlah besar data yang dikumpulkan melalui pencitraan satelit, kamera pengintai, intersepsi komunikasi dan intelijen manusia.

Volume intelijen sangat mencengangkan. IDF mengatakan, misalnya, setiap titik di Gaza dicitrakan setidaknya 10 kali setiap hari selama konflik. Militer Zionis tampak senang dengan apa yang didapat dari algoritma.

Program "Gospel", misalnya, menandai secara real time ratusan target untuk diserang oleh Angkatan Udara Israel, sementara sistem "Alchemist" memperingatkan pasukan Israel tentang kemungkinan serangan terhadap posisi mereka.

Intelijen Israel juga mengeklaim teknologinya memungkinkan pemetaan dengan presisi tinggi terhadap jaringan terowongan bawah tanah di Gaza, yang digunakan oleh kelompok perlawanan Palestina. Mereka mengatakan data ini telah membantu mengamankan pembunuhan komandan senior Hamas; Bassem Issa, perwira tertinggi yang dibunuh oleh IDF sejak operasi Israel 2014 di Gaza, dan beberapa operasi lainnya.

"Kerja bertahun-tahun, pemikiran out-of-the-box dan penggabungan semua kekuatan divisi intelijen bersama dengan elemen-elemen di lapangan mengarah pada solusi terobosan bawah tanah," kata seorang perwira senior tentang peta keberhasilan yang diklaim tersebut.

Kritikus Israel kemungkinan tidak akan berbagi antusiasme IDF untuk tonggak aplikasi AI-nya, menganggapnya lebih sebagai promosi penjualan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1787 seconds (0.1#10.140)