Gaji Tentara Bayaran Suriah Dirampok
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Sebuah laporan menyebutkan bahwa gaji untuk tentara bayaran asal Suriah telah dirampok. Tentara bayaran asal Suriah banyak dikerahkan, terkadang secara paksa, di sejumlah konflik di luar negeri seperti Libya dan Nagorno Karabakh .
Sejak akhir 2019, ribuan pejuang asal Suriah telah direkrut sebagai tentara bayaran baik secara langsung atau tidak langsung oleh Turki dan Rusia . Dua negara tersebut adalah dua makelar utama dalam perang Suriah yang telah berlangsung selama satu dekade.
Pusat Keadilan dan Akuntabilitas Suriah (SJAC), bekerja sama dengan Syrians for Truth and Justice (STJ), melakukan studi tentang perekrutan eksploitatif tentara bayaran ini.
Jumlah terbesar tentara bayaran Suriah adalah mantan pemberontak anti-rezim yang terdampar di beberapa bagian Suriah barat laut di bawah pengaruh Turki.
"Partisipasi warga Suriah sebagai pejuang tentara bayaran dalam pertempuran di luar negeri berfungsi untuk memperkaya dan memperkuat beberapa kelompok bersenjata paling kriminal di dalam negeri, terutama kelompok yang didukung Turki di barat laut," ungkap Direktur Eksekutif SJAC, Mohammad al-Abdallah, seperti dikutip dari France24, Kamis (27/5/2021).
Beberapa mantan anggota tentara reguler Suriah dan kelompok milisi sekutu pejuang juga telah dikirim oleh pemain militer Rusia, seperti bayangan Grup Wagner.
Di Libya, yang telah dilanda konflik selama dekade terakhir, Turki mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional yang diakui PBB sementara Rusia mendukung pasukan yang setia kepada orang kuat militer Khalifa Haftar.
Dalam konflik yang meletus tahun lalu di wilayah Kaukasus yang disengketakan di Nagorno-Karabakh, Turki mengirim pejuang dari proksi Suriahnya untuk mendukung Azerbaijan melawan Armenia.
Para rekrutan tersebut biasanya adalah anggota kelompok yang dikalahkan oleh pasukan pro-rezim selama konflik Suriah dan dipersatukan di bawah payung Tentara Nasional Suriah (SNA) yang dikendalikan Turki.
Sejak akhir 2019, ribuan pejuang asal Suriah telah direkrut sebagai tentara bayaran baik secara langsung atau tidak langsung oleh Turki dan Rusia . Dua negara tersebut adalah dua makelar utama dalam perang Suriah yang telah berlangsung selama satu dekade.
Pusat Keadilan dan Akuntabilitas Suriah (SJAC), bekerja sama dengan Syrians for Truth and Justice (STJ), melakukan studi tentang perekrutan eksploitatif tentara bayaran ini.
Jumlah terbesar tentara bayaran Suriah adalah mantan pemberontak anti-rezim yang terdampar di beberapa bagian Suriah barat laut di bawah pengaruh Turki.
"Partisipasi warga Suriah sebagai pejuang tentara bayaran dalam pertempuran di luar negeri berfungsi untuk memperkaya dan memperkuat beberapa kelompok bersenjata paling kriminal di dalam negeri, terutama kelompok yang didukung Turki di barat laut," ungkap Direktur Eksekutif SJAC, Mohammad al-Abdallah, seperti dikutip dari France24, Kamis (27/5/2021).
Beberapa mantan anggota tentara reguler Suriah dan kelompok milisi sekutu pejuang juga telah dikirim oleh pemain militer Rusia, seperti bayangan Grup Wagner.
Di Libya, yang telah dilanda konflik selama dekade terakhir, Turki mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional yang diakui PBB sementara Rusia mendukung pasukan yang setia kepada orang kuat militer Khalifa Haftar.
Dalam konflik yang meletus tahun lalu di wilayah Kaukasus yang disengketakan di Nagorno-Karabakh, Turki mengirim pejuang dari proksi Suriahnya untuk mendukung Azerbaijan melawan Armenia.
Para rekrutan tersebut biasanya adalah anggota kelompok yang dikalahkan oleh pasukan pro-rezim selama konflik Suriah dan dipersatukan di bawah payung Tentara Nasional Suriah (SNA) yang dikendalikan Turki.