Iran 'Bersorak' Dukung Milisi Gaza yang Bertempur Sengit dengan Israel
loading...
A
A
A
TEHERAN - Para pejabat Teheran melontarkan kata-kata dukungan kepada para milisi Gaza, Palestina , yang terlibat konflik besar-besaran dengan Israel . Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei mengatakan rezim Zionis hanya memahami bahasa kekerasan, untuk itu Palestina harus meningkatkan kekuatannya.
Khamenei mencerca apa yang dia sebut "perilaku jahat" Israel setelah pasukan keamanan negara Yahudi itu menyerbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada hari Jumat. Pasukan Zionis mengganggu jamaah di masjid pada saat ketegangan yang sudah meningkat yang berasal dari upaya Israel untuk mengusir paksa warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah.
Hingga hari ini (12/5/2021), ketegangan terus meningkat, di mana kelompok-kelompok militan seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina telah menembakkan ratusan roket dan rudal. Sedangkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan serangan udara di Jalur Gaza. Ini merupakan eskalasi terburuk antara kedua belah pihak dalam beberapa tahun terakhir.
"Palestina sadar dan bertekad," kata Khamenei melalui media sosial. "Mereka harus melanjutkan jalan ini. Seseorang hanya dapat berbicara dengan bahasa kekuatan dengan para penjahat ini," ujarnya merujuk pada Israel.
"Mereka (Palestina) harus meningkatkan kekuatannya, berdiri teguh, menghadapi musuh, dan memaksa mereka untuk menghentikan kejahatannya."
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga berbicara tentang konflik pada hari Selasa, dan dia juga menyalahkan tindakan Israel.
Dalam kira-kira dua menit berbahasa Arab yang di-posting ke Twitter pada hari Selasa, Zarif menyebut penyerbuan Israel baru-baru ini terhadap Masjid Al-Aqsa yang dihormati di kota Yerusalem sebagai bukti terbesar dari sifat rasis dan kriminal dari entitas perampas kekuasaan tersebut.
"Itu selalu menjadi penyebab utama ketidakamanan dan ketidakstabilan di wilayah ini," kata Zarif.
Lebih lanjut, Zarif menawarkan solusi yang lebih demokratis untuk Palestina agar bisa mewujudkan mimpinya memiliki negara yang merdeka.
"Harus dikatakan bahwa hanya ada satu solusi yang adil untuk masalah Palestina," kata Zarif."Kami telah mengungkapkannya di PBB dan di Organisasi Kerjasama Islam, dan ini untuk merujuknya pada referendum yang populer yang akan menentukan masa depan dan takdirnya."
Ide tersebut pertama kali dikemukakan oleh Khamenei sekitar tujuh tahun lalu. Israel dan Palestina telah membuat kemajuan diplomatik kecil sejak saat itu dan sampai saat ini tetap buntu.
Meski menawarkan ide referendum, Iran terus mempertimbangkan untuk menyediakan teknologi senjata kepada kelompok-kelompok milisi Gaza seperti Hamas.
"Republik Islam Iran akan selalu dan selamanya berada di pihak Palestina," kata Zarif.
Baik Zarif dan Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf juga telah menelepon Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh untuk menyatakan dukungan mereka.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan kepada Newsweek, Rabu (12/5/2021) bahwa hingga 630 roket telah ditembakkan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina yang berbasis di Gaza, termasuk 480 yang ditembakkan ke wilayah Israel dan 150 yang meledak di area Jalur Gaza.
Sekitar 200 proyektil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, meskipun ada beberapa rudal dan roket yang lolos dan menghantam beberapa rumah di Ashkelon dan Ashdod. Tiga warga Israel tewas dan lebih dari 70 lainnya terluka akibat serangan masif tersebut.
Hamas telah berjanji untuk melanjutkan gelombang serangan roket sebagai tanggapan atas apa yang dipandangnya sebagai agresi Israel terhadap rakyat Palestina.
"Alasan demonstrasi dan penembakan roket mencoba untuk menghalangi pendudukan Israel dan pemukimnya serta Anggota Knesset ekstremis yang bersikeras menodai Masjid Al-Aqsa, yang merupakan tempat tersuci ketiga bagi semua Muslim di seluruh dunia dan situs paling suci bagi kami sebagai orang Palestina," kata pihak Hamas kepada Newsweek.
"Selain itu, untuk menghalangi otoritas Israel yang telah bekerja sama dengan organisasi pemukim untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di Sheikh Jarrah dan menggantinya dengan pemukim (Yahudi Israel)."
Khamenei mencerca apa yang dia sebut "perilaku jahat" Israel setelah pasukan keamanan negara Yahudi itu menyerbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada hari Jumat. Pasukan Zionis mengganggu jamaah di masjid pada saat ketegangan yang sudah meningkat yang berasal dari upaya Israel untuk mengusir paksa warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah.
Hingga hari ini (12/5/2021), ketegangan terus meningkat, di mana kelompok-kelompok militan seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina telah menembakkan ratusan roket dan rudal. Sedangkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan serangan udara di Jalur Gaza. Ini merupakan eskalasi terburuk antara kedua belah pihak dalam beberapa tahun terakhir.
"Palestina sadar dan bertekad," kata Khamenei melalui media sosial. "Mereka harus melanjutkan jalan ini. Seseorang hanya dapat berbicara dengan bahasa kekuatan dengan para penjahat ini," ujarnya merujuk pada Israel.
"Mereka (Palestina) harus meningkatkan kekuatannya, berdiri teguh, menghadapi musuh, dan memaksa mereka untuk menghentikan kejahatannya."
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga berbicara tentang konflik pada hari Selasa, dan dia juga menyalahkan tindakan Israel.
Dalam kira-kira dua menit berbahasa Arab yang di-posting ke Twitter pada hari Selasa, Zarif menyebut penyerbuan Israel baru-baru ini terhadap Masjid Al-Aqsa yang dihormati di kota Yerusalem sebagai bukti terbesar dari sifat rasis dan kriminal dari entitas perampas kekuasaan tersebut.
"Itu selalu menjadi penyebab utama ketidakamanan dan ketidakstabilan di wilayah ini," kata Zarif.
Lebih lanjut, Zarif menawarkan solusi yang lebih demokratis untuk Palestina agar bisa mewujudkan mimpinya memiliki negara yang merdeka.
"Harus dikatakan bahwa hanya ada satu solusi yang adil untuk masalah Palestina," kata Zarif."Kami telah mengungkapkannya di PBB dan di Organisasi Kerjasama Islam, dan ini untuk merujuknya pada referendum yang populer yang akan menentukan masa depan dan takdirnya."
Ide tersebut pertama kali dikemukakan oleh Khamenei sekitar tujuh tahun lalu. Israel dan Palestina telah membuat kemajuan diplomatik kecil sejak saat itu dan sampai saat ini tetap buntu.
Meski menawarkan ide referendum, Iran terus mempertimbangkan untuk menyediakan teknologi senjata kepada kelompok-kelompok milisi Gaza seperti Hamas.
"Republik Islam Iran akan selalu dan selamanya berada di pihak Palestina," kata Zarif.
Baik Zarif dan Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf juga telah menelepon Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh untuk menyatakan dukungan mereka.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan kepada Newsweek, Rabu (12/5/2021) bahwa hingga 630 roket telah ditembakkan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina yang berbasis di Gaza, termasuk 480 yang ditembakkan ke wilayah Israel dan 150 yang meledak di area Jalur Gaza.
Sekitar 200 proyektil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, meskipun ada beberapa rudal dan roket yang lolos dan menghantam beberapa rumah di Ashkelon dan Ashdod. Tiga warga Israel tewas dan lebih dari 70 lainnya terluka akibat serangan masif tersebut.
Hamas telah berjanji untuk melanjutkan gelombang serangan roket sebagai tanggapan atas apa yang dipandangnya sebagai agresi Israel terhadap rakyat Palestina.
"Alasan demonstrasi dan penembakan roket mencoba untuk menghalangi pendudukan Israel dan pemukimnya serta Anggota Knesset ekstremis yang bersikeras menodai Masjid Al-Aqsa, yang merupakan tempat tersuci ketiga bagi semua Muslim di seluruh dunia dan situs paling suci bagi kami sebagai orang Palestina," kata pihak Hamas kepada Newsweek.
"Selain itu, untuk menghalangi otoritas Israel yang telah bekerja sama dengan organisasi pemukim untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di Sheikh Jarrah dan menggantinya dengan pemukim (Yahudi Israel)."
(min)