Iran: Sanksi Baru Bentuk Rasa Frustasi AS
loading...
A
A
A
TEHERAN - Kementerian Luar Negeri Iran angkat bicara mengenai sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Sanksi, yang dikenakan terhadap Menteri Dalam Negeri Iran, Abdolreza Rahmani Fazli, menurut Teheran adalah tanda inefisiensi total sanksi Washington sebelumnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan, sanksi baru tersebut juga merupakan bentuk sikap frustasi AS terhadap Teheran. Ini karena sanksi-sanksi tersebut tidak terlalu berpengaruh pada Iran.
"Sanksi Washington yang sia-sia dan berulang-ulang terhadap para pejabat Iran adalah tanda kelemahan, keputusasaan, dan kebingungan pemerintah AS," kata Mousavi, seperti dilansir Reuters padaJumat (22/5/2020).
Sebelumnya, Kementerian Keuangan AS mengatakan Fazli memberi perintah kepada Pasukan Penegakan Hukum (LEF) Iran untuk menggunakan kekuatan mematikan dalam menanggapi protes anti-pemerintah pada bulan November, yang menelan banyak korban jiwa, termasuk setidaknya 23 anak di bawah umur.
Kementerian Keuangan AS juga membuat daftar hitam tujuh pejabat senior LEF, termasuk komandan Hossein Ashtari Fard, dan seorang komandan provinsi Garda Revolusi Iran Iran, untuk peran mereka dalam penindasan para pengunjuk rasa.
Yayasan Kerjasama LEF, yang menurut Departemen Keuangan dikendalikan oleh LEF dan aktif dalam industri energi, konstruksi, layanan, teknologi, dan perbankan Iran - juga masuk daftar hitam, demikian juga direktur dan anggota dewan pengawasnya.
Sanksi ini termasuk pembekuan semua aset yang dimiliki orang-orang yang masuk daftar hitam yang ada di AS dan umumnya melarang orang Amerika untuk berurusan dengan mereka.
Washington juga melarang Fazli dan Ali Fallahian, kepala dinas intelijen Iran dari 1989 hingga 1997, dari bepergian ke AS. Departemen Luar Negeri mengatakan, Fallahian terlibat dalam pembunuhan dan serangan di seluruh dunia.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan, sanksi baru tersebut juga merupakan bentuk sikap frustasi AS terhadap Teheran. Ini karena sanksi-sanksi tersebut tidak terlalu berpengaruh pada Iran.
"Sanksi Washington yang sia-sia dan berulang-ulang terhadap para pejabat Iran adalah tanda kelemahan, keputusasaan, dan kebingungan pemerintah AS," kata Mousavi, seperti dilansir Reuters padaJumat (22/5/2020).
Sebelumnya, Kementerian Keuangan AS mengatakan Fazli memberi perintah kepada Pasukan Penegakan Hukum (LEF) Iran untuk menggunakan kekuatan mematikan dalam menanggapi protes anti-pemerintah pada bulan November, yang menelan banyak korban jiwa, termasuk setidaknya 23 anak di bawah umur.
Kementerian Keuangan AS juga membuat daftar hitam tujuh pejabat senior LEF, termasuk komandan Hossein Ashtari Fard, dan seorang komandan provinsi Garda Revolusi Iran Iran, untuk peran mereka dalam penindasan para pengunjuk rasa.
Yayasan Kerjasama LEF, yang menurut Departemen Keuangan dikendalikan oleh LEF dan aktif dalam industri energi, konstruksi, layanan, teknologi, dan perbankan Iran - juga masuk daftar hitam, demikian juga direktur dan anggota dewan pengawasnya.
Sanksi ini termasuk pembekuan semua aset yang dimiliki orang-orang yang masuk daftar hitam yang ada di AS dan umumnya melarang orang Amerika untuk berurusan dengan mereka.
Washington juga melarang Fazli dan Ali Fallahian, kepala dinas intelijen Iran dari 1989 hingga 1997, dari bepergian ke AS. Departemen Luar Negeri mengatakan, Fallahian terlibat dalam pembunuhan dan serangan di seluruh dunia.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(esn)