Pasukan Myanmar Lepaskan Tembakan Peringatan ke Kapal Thailand
loading...
A
A
A
BANGKOK - Militer Myanmar melepaskan tembakan peringatan di atas sebuah kapal sipil yang membawa petugas patroli perbatasan Thailand di tengah ketegangan yang meningkat di daerah perbatasan sejak junta merebut kekuasaan. Namun, Thailand mengatakan insiden tersebut hanyalah sebuah kesalahpahaman.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan insiden yang terjadi pada hari Kamis itu digunakan untuk memberi sinyal pada kapal untuk diperiksa karena kurangnya metode koordinasi resmi di bagian Sungai Salween tempat Thailand dan Myanmar berbagi perbatasan.
"Ini adalah kesalahpahaman, polisi patroli perbatasan Thailand menyewa perahu penduduk desa untuk membawa barang dan mereka tidak mengenakan seragam," kata Tanee.
"Pos pemeriksaan Myanmar melihat kapal lewat tanpa diperiksa sehingga mereka melepaskan tembakan ke udara untuk menandai pemeriksaan dan sekarang kedua belah pihak telah berbicara dan mencapai kesepakatan satu sama lain," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (24/4/2021).
Penembakan hari Kamis terjadi di dekat desa Tha Ta Fung Thailand di provinsi Mae Hong Son, dekat tempat ribuan etnis Karen dari Myanmar melarikan diri dari serangan udara militer bulan lalu.
Thailand mencegah sebagian besar memasuki wilayahnya dan puluhan ribu berlindung di hutan di sisi Myanmar. Kelompok kemanusiaan mengatakan pasukan Myanmar juga menembaki kapal yang membawa bantuan kepada para pengungsi dalam beberapa pekan terakhir.
Seorang juru bicara junta Myanmar, yang merebut kekuasaan hampir tiga bulan lalu, tidak menjawab panggilan telepon untuk mengomentari insiden tersebut.
Kementerian Pertahanan Thailand mengatakan semua badan di bawah kementerian dan angkatan bersenjata telah diperintahkan untuk siap menangani masalah dan dampak dari situasi kekerasan dan pertempuran di daerah perbatasan.
Dua sumber keamanan mengatakan tidak ada yang terluka dalam penembakan di kapal yang mengibarkan bendera Thailand itu.
"Unit militer Myanmar prihatin tentang kapal yang mengirimkan pasokan ke lawan mereka di sisi lain sehingga mereka memberi isyarat pada kapal untuk diperiksa," salah satu sumber mengatakan kepada Reuters, menambahkan bahwa petugas Myanmar telah menggeledah kapal tersebut.
Jumi (49) seorang pemilik restoran di daerah itu, mengatakan tembakan ditembakkan ke air di samping perahu di sungai Salween.
“Orang-orang sangat ketakutan dengan penembakan ini dan mereka tidak ingin mengeluarkan perahu mereka,” katanya.
Militer telah berusaha untuk menghancurkan aksi protes di seluruh Myanmar terhadap kudeta 1 Februari, menewaskan ratusan orang dan pertempuran dengan kelompok etnis di sepanjang perbatasan juga meningkat.
Beberapa kelompok etnis bersenjata Myanmar, termasuk Persatuan Nasional Karen (KNU), yang mengontrol wilayah di perbatasan Thailand, telah berjanji untuk mendukung para pengunjuk rasa dan membantu membatalkan kudeta.
Padoh Saw Taw Nee, kepala urusan luar negeri KNU, mengatakan dalam sebuah pesan penembakan menunjukkan militer Myanmar "sangat agresif dan arogan".
Para pemimpin Asia Tenggara, termasuk kepala junta Myanmar Min Aung Hlaing, saat ini tengah bertemu di Jakarta untuk membicarakan krisis tersebut, yang dikhawatirkan para analis dapat berubah menjadi perang saudara habis-habisan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan insiden yang terjadi pada hari Kamis itu digunakan untuk memberi sinyal pada kapal untuk diperiksa karena kurangnya metode koordinasi resmi di bagian Sungai Salween tempat Thailand dan Myanmar berbagi perbatasan.
"Ini adalah kesalahpahaman, polisi patroli perbatasan Thailand menyewa perahu penduduk desa untuk membawa barang dan mereka tidak mengenakan seragam," kata Tanee.
"Pos pemeriksaan Myanmar melihat kapal lewat tanpa diperiksa sehingga mereka melepaskan tembakan ke udara untuk menandai pemeriksaan dan sekarang kedua belah pihak telah berbicara dan mencapai kesepakatan satu sama lain," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (24/4/2021).
Penembakan hari Kamis terjadi di dekat desa Tha Ta Fung Thailand di provinsi Mae Hong Son, dekat tempat ribuan etnis Karen dari Myanmar melarikan diri dari serangan udara militer bulan lalu.
Thailand mencegah sebagian besar memasuki wilayahnya dan puluhan ribu berlindung di hutan di sisi Myanmar. Kelompok kemanusiaan mengatakan pasukan Myanmar juga menembaki kapal yang membawa bantuan kepada para pengungsi dalam beberapa pekan terakhir.
Seorang juru bicara junta Myanmar, yang merebut kekuasaan hampir tiga bulan lalu, tidak menjawab panggilan telepon untuk mengomentari insiden tersebut.
Kementerian Pertahanan Thailand mengatakan semua badan di bawah kementerian dan angkatan bersenjata telah diperintahkan untuk siap menangani masalah dan dampak dari situasi kekerasan dan pertempuran di daerah perbatasan.
Dua sumber keamanan mengatakan tidak ada yang terluka dalam penembakan di kapal yang mengibarkan bendera Thailand itu.
"Unit militer Myanmar prihatin tentang kapal yang mengirimkan pasokan ke lawan mereka di sisi lain sehingga mereka memberi isyarat pada kapal untuk diperiksa," salah satu sumber mengatakan kepada Reuters, menambahkan bahwa petugas Myanmar telah menggeledah kapal tersebut.
Jumi (49) seorang pemilik restoran di daerah itu, mengatakan tembakan ditembakkan ke air di samping perahu di sungai Salween.
“Orang-orang sangat ketakutan dengan penembakan ini dan mereka tidak ingin mengeluarkan perahu mereka,” katanya.
Militer telah berusaha untuk menghancurkan aksi protes di seluruh Myanmar terhadap kudeta 1 Februari, menewaskan ratusan orang dan pertempuran dengan kelompok etnis di sepanjang perbatasan juga meningkat.
Beberapa kelompok etnis bersenjata Myanmar, termasuk Persatuan Nasional Karen (KNU), yang mengontrol wilayah di perbatasan Thailand, telah berjanji untuk mendukung para pengunjuk rasa dan membantu membatalkan kudeta.
Padoh Saw Taw Nee, kepala urusan luar negeri KNU, mengatakan dalam sebuah pesan penembakan menunjukkan militer Myanmar "sangat agresif dan arogan".
Para pemimpin Asia Tenggara, termasuk kepala junta Myanmar Min Aung Hlaing, saat ini tengah bertemu di Jakarta untuk membicarakan krisis tersebut, yang dikhawatirkan para analis dapat berubah menjadi perang saudara habis-habisan.
(ian)