Tak Gentar Sabotase Israel, Iran Mulai Pengayaan Uranium 60%

Rabu, 14 April 2021 - 01:01 WIB
loading...
Tak Gentar Sabotase Israel, Iran Mulai Pengayaan Uranium 60%
Fasilitas nuklir Natanz terlihat dalam citra satelit Maxar Technologies yang diambil pekan lalu dan diperoleh Reuters pada 12 April 2021. Foto/©2021 Maxar Technologies/REUTERS
A A A
TEHERAN - Iran menegaskan akan mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, sehari setelah Teheran menuduh Israel menyabotase fasilitas nuklirnya.

Langkah Iran ini akan membawa bahan fisil mendekati kemurnian 90% yang cocok untuk membuat senjata nuklir.

Pengumuman ini muncul sebelum dimulainya kembali pembicaraan di Wina yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia.



Kesepakatan itu ditentang keras Israel, setelah mantan Presiden AS Donald Trump membawa AS keluar dari kesepakatan itu tiga tahun lalu.



Saat mengumumkan pengayaan uranium 60%, kepala perundingan nuklir Iran Abbas Araqchi juga mengatakan Teheran akan memasang lebih dari 1.000 mesin sentrifugal di Natanz.



Natanz merupakan fasilitas nuklir yang mengalami ledakan pada Minggu yang disebut Teheran sebagai tindakan sabotase Israel.

“Mulai malam ini, persiapan praktis untuk pengayaan 60% akan dimulai di Natanz, 60% uranium itu digunakan untuk membuat berbagai radiofarmasi,” papar laporan kantor berita semi-resmi Fars mengutip juru bicara Badan Nuklir Iran Behrouz Kamalvandi.

“Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, telah diberitahu tentang keputusan tersebut,” papar negosiator utama Iran kepada Press TV dari Wina.

Seorang juru bicara IAEA mengatakan kepada Reuters, “Kami telah melihat laporan media yang Anda maksud. Kami tidak memiliki komentar untuk saat ini."

Pekan lalu, Iran dan kekuatan global mengadakan apa yang mereka gambarkan sebagai pembicaraan "konstruktif" untuk menyelamatkan kesepakatan 2015.

Iran telah melanggar batas maksimal pengayaan uraniumnya sejak Trump memberlakukan kembali sanksi keras AS terhadap Teheran.

Kesepakatan itu telah membatasi Iran pada tingkat kemurnian pengayaan uranium heksafluorida, bahan baku sentrifugal, sebesar 3,67%, jauh di bawah 90% yang dibutuhkan untuk bahan baku bom atom.

Iran dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan pengayaan menjadi kemurnian 20%, tingkat di mana uranium dianggap sangat diperkaya dan merupakan langkah signifikan menuju tingkat senjata.

Pengayaan 35% secara umum merupakan tingkat yang dibutuhkan untuk menjalankan pembangkit listrik tenaga nuklir sipil.

Hambatan terbesar untuk memproduksi senjata nuklir adalah mengumpulkan bahan fisil dalam jumlah yang cukup, baik uranium yang diperkaya 90%, atau plutonium untuk inti bom.

Salah satu tujuan utama dari kesepakatan 2015 adalah memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran melakukan pengayaan uranium 90%, jika mau, menjadi satu tahun dari sekitar 2-3 bulan.

Iran mengatakan tidak pernah berusaha mendapatkan atau mengembangkan senjata nuklir. Iran mengakui mencari teknologi nuklir untuk tujuan sipil di bidang kedokteran atau energi.

Badan intelijen Barat percaya Iran memiliki program senjata nuklir yang dihentikan pada 2003, meskipun musuh bebuyutan Israel percaya program itu berlanjut dalam beberapa bentuk dan melihat aktivitas nuklir Teheran sebagai ancaman eksistensial.

Diplomat tinggi Iran mengatakan sebelumnya pada Selasa bahwa ledakan di fasilitas bawah tanah Natanz yang dituduhkannya pada Israel adalah "pertaruhan yang sangat buruk" yang akan memperkuat posisi Teheran dalam pembicaraan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir.

"Saya yakinkan Anda bahwa dalam waktu dekat sentrifugal pengayaan uranium yang lebih maju akan ditempatkan di fasilitas Natanz," ujar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada konferensi pers bersama rekannya yang berkunjung dari Rusia di Teheran.

Pembicaraan nuklir akan dilanjutkan pada Kamis di Wina.

Teheran mengatakan ledakan, yang memadamkan listrik di ruang produksi mesin sentrifugal, disabotase oleh Israel.

Iran berjanji membalas dendam insiden tersebut, yang tampaknya merupakan episode terbaru dalam perang rahasia yang telah berlangsung lama.

Israel, yang tidak diakui oleh Iran, belum secara resmi mengomentari masalah tersebut.

Presiden AS Joe Biden mengatakan Teheran harus melanjutkan kepatuhan penuh dengan pembatasan aktivitas pengayaan yang dimandatkan kesepakatan, sebelum Washington dapat bergabung kembali dengan pakta tersebut.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1805 seconds (0.1#10.140)