Lempengan Zaman Perunggu Ini Adalah Peta 3D Tertua di Eropa

Rabu, 07 April 2021 - 12:14 WIB
loading...
Lempengan Zaman Perunggu...
Lempengan Zaman Perunggu yang ditemukan di Prancis ini adalah peta 3D tertua di Eropa. Foto/BBC
A A A
PARIS - Para peneliti mengatakan sebuah batu Zaman Perunggu yang baru digali kemungkinan merupakan peta tiga dimensi (3D) tertua di Eropa . Lempengan berukuran 2m kali 1,5m itu pertama kali ditemukan pada tahun 1900, ditemukan lagi di ruang bawah tanah di sebuah kastil di Prancis pada tahun 2014.

Para arkeolog yang mempelajari pola yang terukir pada batu berusia 4.000 tahun itu mengatakan bahwa mereka yakin tanda tersebut adalah peta suatu daerah di Brittany barat. Mereka mengatakan ini menjadikan lempengan peta 3D tertua dari area yang diketahui di Eropa.

Potongan batu, yang dikenal sebagai Saint-Bélec Slab, diyakini berasal dari Zaman Perunggu awal, antara tahun 1900 SM dan 1650 SM. Lempengan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1900, selama penggalian di kuburan prasejarah di Finistère, Brittany barat, oleh arkeolog lokal Paul du Chatellier.

Lempengan itu tampaknya telah dilupakan selama lebih dari satu abad, disimpan selama beberapa dekade di bawah parit di rumah du Chatellier, Chateau de Kernuz. Tetapi para peneliti yang berburu lempengan itu menemukannya di ruang bawah tanah pada tahun 2014.

Setelah menganalisis tanda dan ukiran di batu itu, para peneliti menduga itu adalah peta.



"Kehadiran motif berulang yang digabungkan dengan garis di permukaannya menunjukkan bahwa itu menggambarkan area Finistere," kata sebuah studi di Bulletin of the French Prehistoric Society seperti dikutip dari BBC, Rabu (7/4/2021).

Para peneliti mengatakan lekukan di lempengan itu adalah representasi 3D dari lembah Sungai Odet, sementara beberapa garis tampak menggambarkan jaringan sungai di daerah itu.

Lokasi geografis mengungkapkan bahwa wilayah yang diwakili pada lempengan tersebut memiliki akurasi 80% untuk area sekitar bentangan sungai sepanjang 18 mil.

"Ini mungkin peta tertua dari suatu wilayah yang telah diidentifikasi," kata Dr Clement Nicolas dari Universitas Bournemouth, salah satu penulis studi tersebut, kepada BBC.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1628 seconds (0.1#10.140)