Rusia: Sanksi Myanmar oleh Barat Bisa Picu Perang Saudara Skala Penuh

Rabu, 07 April 2021 - 04:02 WIB
loading...
Rusia: Sanksi Myanmar oleh Barat Bisa Picu Perang Saudara Skala Penuh
Warga desa berunjuk rasa menentang kudeta militer di Launglon, Myanmar, 4 April 2021. Foto/REUTERS
A A A
MOSKOW - Rusia memperingatkan Barat berisiko memicu perang saudara di Myanmar dengan menjatuhkan sanksi pada junta militer yang telah merebut kekuasaan melalui kudeta.

Meski demikian, Prancis mengatakan Uni Eropa (UE) akan meningkatkan berbagai pembatasan pada para jenderal.

Dukungan Kremlin itu menjadi dorongan bagi junta yang menggulingkan pemerintah sipil terpilih Aun San Suu Kyi pada 1 Februari.



Junta masih menghadapi demonstrasi pro-demokrasi dan pembangkangan sipil yang berkelanjutan di penjuru negeri. Barat juga meningkatkan sanksi dan kecaman pada junta.



Di kota utama Myanmar, Yangon, pada Selasa (6/4), pengunjuk rasa menyemprotkan cat merah ke jalan, melambangkan darah yang tumpah dalam tindakan keras pasukan keamanan.

Lihat infografis: Arab Saudi Izinkan Umrah Saat Ramadhan, Ini Syaratnya

"Darahnya belum kering," ungkap salah satu pesan dengan warna merah.

Sekitar 570 orang, termasuk puluhan anak-anak, telah ditembak mati oleh pasukan dan polisi dalam kerusuhan yang terjadi hampir setiap hari sejak kudeta.

“Pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang,” ungkap kelompok advokasi Asosiasi Tahanan Politik (AAPP).

Di antara mereka yang ditahan adalah Suu Kyi, politikus paling populer di Myanmar, dan para tokoh Liga Nasional untuk Demokrasi, yang mengalahkan para kandidat yang didukung militer dalam pemilu November.

Namun, Rusia mengatakan sanksi terhadap pihak berwenang itu sia-sia dan sangat berbahaya.

“Faktanya, garis seperti itu berkontribusi untuk mengadu domba pihak satu sama lainnya dan, pada akhirnya, mendorong rakyat Myanmar menuju konflik sipil skala penuh,” papar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, dikutip kantor berita Interfax.

Rusia adalah pemasok senjata utama ke Myanmar dan wakil menteri pertahanan Rusia bertemu pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing di ibu kota Naypyitaw bulan lalu.

Langkah Rusia itu menuai kritik dari aktivis hak asasi yang menuduh Moskow melegitimasi junta.

“Uni Eropa sedang bersiap menjatuhkan sanksi kolektif pada militer Myanmar yang menargetkan kepentingan bisnisnya,” ujar Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian di Paris.

"Kami akan menambahkan sanksi ekonomi di tingkat 27 (negara UE) terhadap entitas ekonomi yang terkait tentara sehingga (sanksi) dapat diterapkan dengan sangat cepat," papar Le Drian kepada anggota parlemen.

Uni Eropa bulan lalu menjatuhkan sanksi pada sejumlah tokoh yang terkait dengan kudeta dan penindasan berikutnya.

Amerika Serikat juga telah mengambil tindakan terhadap para individu dan bisnis yang dijalankan militer, yang mencakup rentang kehidupan ekonomi Myanmar yang luas.

Protes yang dijadwalkan Rabu menyerukan pembakaran barang-barang buatan China.

Banyak pengunjuk rasa menentang China, investor utama di Myanmar, karena dianggap mendukung junta.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)