Cerita Dokter China yang Temukan Virus Corona di Wuhan

Sabtu, 18 April 2020 - 15:42 WIB
loading...
Cerita Dokter China yang Temukan Virus Corona di Wuhan
Zhang Jixian, dokter China yang temukan virus corona baru (COVID-19) di Wuhan. Foto/Xinhua/Shen Bohan
A A A
WUHAN - Dokter China yang dilaporkan menemukan virus corona baru, COVID-19, di Wuhan telah mengenang perjumpaan pertamanya dengan penyakit misterius yang muncul pada pasangan lanjut usia.

Zhang Jixian, seorang dokter pernafasan dan perawatan kritis di Hubei Provincial Hospital (Rumah Sakit Provinsi Hubei) di Wuhan, telah dipuji di China sebagai orang pertama yang melaporkan virus itu kepada pihak berwenang pada bulan Desember 2019.

Penjelasan terperinci tentang hari-hari paling awal dari wabah itu, yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua, muncul ketika negara itu menghadapi tuduhan-tuduhan yang semakin meningkat tentang penyembunyian informasi dan dipaksa untuk merevisi jumlah orang yang meninggal di Wuhan hingga 50 persen.

Berbicara sambil mengenakan masker bedah berwarna biru cerah, dokter Zhang mengatakan kepada Xinhua bahwa dua pasien coronavirus pertama adalah suami dan istri lanjut usia.

"Pada 26 Desember, pasien pertama yang kami lihat adalah seorang wanita tua yang menderita demam, batuk dan kesulitan bernapas," katanya.

“Suami dan putranya ikut bersamanya. Suaminya datang ke dokter karena kelelahan. Dia tidak demam...Kami bertanya-tanya apakah putranya sakit juga. Setelah kami melakukan tes, tentu saja, putranya juga memiliki masalah paru-paru," ujarnya, yang dilansir Sabtu (18/4/2020).

Zhang mengatakan gejala yang dirasakan keluarga itu tampak seperti flu atau radang paru-paru biasa, tetapi CT scan mereka menunjukkan kerusakan signifikan pada paru-paru.

“Kami memiliki pasien dengan kekeruhan ground-glass opacities di paru-paru mereka yang disebabkan oleh infeksi virus. Tetapi (putranya) jauh lebih dan lebih besar dari apa yang kami lihat sebelumnya," ujarnya.

Ketika pasien lain datang dengan gejala yang sama pada 27 Desember, dokter Zhang mengatakan dia mengajukan laporan ke rumah sakit yang memperingatkan bahwa dia kemungkinan menemukan penyakit akibat virus, dan mungkin menular.

Menurut laporan Xinhua, dokter Zhang telah bekerja selama epidemi SARS 2003 dan sensitif terhadap tanda-tanda epidemi.

Dia mengklaim pasien lain mulai datang dengan kasus serupa yang mengarah ke diskusi ahli dengan 10 orang setelah mereka melaporkan kasus tersebut.

"Kami mengatakan kami mencurigai ada sesuatu yang salah, tetapi kami tidak tahu apa itu," katanya.

Laporan Xinhua menyatakan penyelidikan terhadap penyakit misterius itu diluncurkan keesokan harinya, dan pada 30 Desember, semua lembaga medis di Wuhan diperingatkan akan wabah pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di kota tersebut.

Pada 31 Desember, sebuah tim ahli dari Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China dikirim ke Wuhan dan semua penduduk diperintahkan untuk memakai masker wajah dan menghindari daerah yang ramai. Pada saat itu, 27 kasus virus telah dikonfirmasi di seluruh kota.

Laporan itu muncul ketika China berada di bawah tekanan yang meningkat dari Amerika Serikat dan negara lain untuk menjelaskan sumber COVID-19.

Penuturan dokter Zhang selaras dengan timeline atau kronologi yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang memperingatkan wabah pada 31 Desember.

Penuturan Zhang juga cocok dengan keterangan yang diberikan oleh dokter Li Wenliang, sosok yang dianggap media Barat sebagai dokter whistleblower COVID-19. Li kala itu mengatakan kepada rekan-rekannya dalam kelompok obrolan online pada 30 Desember bahwa ada pasien yang dikarantina di unit gawat darurat.

Tetapi sejak awal pandemi, China dituduh menipu jumlah korban meninggal dan mencoba meremehkan bahaya dari wabah COVID-19 termasuk fakta bahwa penularan antar-manusia terjadi di kota Wuhan.

Banyak ahli mempertanyakan apakah negara komunis itu benar-benar transparan, dan khawatir ketika dokter Li dan dokter lain ditangkap oleh polisi atas tuduhan menyebarkan desas-desus.

Dokter Li akhirnya meninggal karena penyakit itu dan dipuji sebagai pahlawan setelah kematiannya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1108 seconds (0.1#10.140)