Viral Sadisnya Polisi Myanmar, Demonstran Ditembak Mati dari Jarak 1 Meter
loading...
A
A
A
YANGON - Sebuah rekaman video terbaru yang viral di media sosial menunjukkan kesadisan polisi Myanmar . Polisi menembak mati seorang demonstran antikudeta militer dari jarak sangat dekat, yakni sekitar 1 meter, meski pengunjuk rasa tersebut tidak menolak untuk ditangkap.
Krisis di Myanmar sudah mencapai titik didih sejak junta militer mengudeta pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi 1 Februari lalu. Demo antikudeta pecah hampir di seluruh negeri dengan puluhan demonstran telah ditembak mati.
"Seorang pengunjuk rasa dibawa pergi oleh polisi dan mereka menembaknya dari sangat dekat, mungkin hanya satu meter,” kata Utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, seperti dikutip news.com.au, Jumat (5/3/2021).
“Dia tidak menolak penangkapannya, dan tampaknya dia meninggal di jalan,” lanjut diplomat PBB tersebut.
Sementara itu, militer mengancam para penduduk melalui video TikTok. Salah satu tentara dalam video itu mengatakan; ”Saya akan tembak siapa pun yang saya lihat".
Meski sudah puluhan demonstran ditembak mati, para pengunjuk rasa antikudeta tidak menyerah. Mereka tetap menuntut pemulihan pemerintahan Suu Kyi yang dikudeta dan menolak pemilu ulang yang dijanjikan junta militer.
Sebaliknya, junta militer tetap bertindak keras menghadapi demonstran meski dunia internasional termasuk PBB telah menyampaikan kecaman. Bahkan, beberapa negara Barat termasuk Amerika Serikat dan Inggris telah menjatuhkan sanksi terhadap para jenderal Myanmar.
Kudeta militer terjadi 1 Februari lalu setelah militer menuduh pemilu November 2020 yang dimenangkan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Suu Kyi—penuh kecurangan. Tuduhan itu telah dibantah komisi pemilu setempat.
Krisis di Myanmar sudah mencapai titik didih sejak junta militer mengudeta pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi 1 Februari lalu. Demo antikudeta pecah hampir di seluruh negeri dengan puluhan demonstran telah ditembak mati.
"Seorang pengunjuk rasa dibawa pergi oleh polisi dan mereka menembaknya dari sangat dekat, mungkin hanya satu meter,” kata Utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, seperti dikutip news.com.au, Jumat (5/3/2021).
“Dia tidak menolak penangkapannya, dan tampaknya dia meninggal di jalan,” lanjut diplomat PBB tersebut.
Sementara itu, militer mengancam para penduduk melalui video TikTok. Salah satu tentara dalam video itu mengatakan; ”Saya akan tembak siapa pun yang saya lihat".
Meski sudah puluhan demonstran ditembak mati, para pengunjuk rasa antikudeta tidak menyerah. Mereka tetap menuntut pemulihan pemerintahan Suu Kyi yang dikudeta dan menolak pemilu ulang yang dijanjikan junta militer.
Sebaliknya, junta militer tetap bertindak keras menghadapi demonstran meski dunia internasional termasuk PBB telah menyampaikan kecaman. Bahkan, beberapa negara Barat termasuk Amerika Serikat dan Inggris telah menjatuhkan sanksi terhadap para jenderal Myanmar.
Kudeta militer terjadi 1 Februari lalu setelah militer menuduh pemilu November 2020 yang dimenangkan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Suu Kyi—penuh kecurangan. Tuduhan itu telah dibantah komisi pemilu setempat.
(min)