Peneliti Inggris: Varian COVID-19 Berbahaya Lainnya Diduga Sudah Ada

Kamis, 04 Februari 2021 - 11:41 WIB
loading...
A A A
Setiap hari, mobil van tiba di Sanger Institute membawa peti penuh sampel virus dari penjuru Inggris. Peti hijau dimasukkan ke dalam lemari es berukuran industri, yang dipasang di tempat parkir.

Pada titik ini, tidak ada lagi penyeka kapas. Di dalam lab, robot diprogram untuk hanya mengambil sampel positif dari piring kecil seperti muffin plastik dan memasukkannya ke baki terpisah yang ditutup dengan tangan.

Ratusan sampel akhirnya ditempatkan ke dalam satu botol. Di lab lain, bahan kimia ditambahkan, dan dikocok dengan mesin kecil, kemudian ditekan tipis di antara dua potong kaca.

Pelat kaca dimasukkan ke salah satu sequencer raksasa, mesin bersuara keras yang terlihat seperti mesin fotokopi berteknologi tinggi.

Lima belas jam kemudian, komputer mengeluarkan begitu banyak data genetik sehingga seluruh server telah dibangun di luar lokasi untuk menampungnya.

Dari awal hingga akhir, prosesnya memakan waktu sekitar lima hari. Sekitar 10.000 sampel diurutkan setiap pekan di lab ini saja, sekitar seperempat dari jumlah total yang diurutkan secara global.

Kemudian datang bagian yang sulit: Menyisir semua data itu.

"Kami mencari mutasi yang memungkinkan virus menjadi lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan terutama sekarang vaksin mulai diluncurkan secara global, kami mencari kemungkinan mutasi yang menurut kami dapat mempengaruhi kemampuan vaksin untuk melindungi manusia," ujar Ewan Harrison, ahli mikrobiologi yang membantu mengoordinasikan jaringan ilmuwan yang bekerja pada operasi genomik Covid-19 di Inggris.

Harrison dan para pakar lain menduga varian Covid-19 yang lebih berbahaya kemungkinan telah muncul di suatu tempat. Karena itu pekerjaan mereka sangat penting untuk menemukan varian baru tersebut.

Keberhasilan para pakar menemukan setiap varian baru sangat penting dalam perang melawan pandemi Covid-19.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1984 seconds (0.1#10.140)