Dewan Atlantik Rilis Blue Print Perang Dingin AS dengan China
loading...

Dewan Atlantik merilis blue print Perang Dingin 2.0 untuk menghadapi China. Foto/Ilustrasi
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah lembaga pemikir terkemuka Amerika Serikat (AS), Dewan Atlantik, menerbitkan makalah yang menganjurkan pendekatan perang dingin 2.0 ke China . Ini dilakukan dengan tujuan mempertahankan hegemoni global Washington dan "perubahan rezim" di Beijing.
Makalah tersebut diterbitkan tengah pekan ini dengan merahasiakan identitas penulisnya.
Makalah ini pada dasarnya adalah pengulangan dari Telegram Panjang tahun 1946 karya George Kennan, yang menguraikan strategi "penahanan" Uni Soviet yang akan diadopsi AS dalam apa yang akan menjadi Perang Dingin asli tahun depan.
'Telegram yang Lebih Panjang' ini mendesak AS untuk melakukan hal yang sama terkait China sehingga pada tahun 2050.
"AS dan sekutunya terus mendominasi perimbangan kekuatan regional dan global sambil mencegah China mengambil alih Taiwan atau bentuk lain dari aksi militer apa pun untuk mencapai tujuan regionalnya," tulis makalah itu.
"Makalah ini juga berharap untuk melihat Presiden Xi Jinping digantikan oleh kepemimpinan partai yang lebih moderat dan membuat rakyat China mempertanyakan serta menantang proposisi Partai Komunis selama seabad bahwa peradaban kuno China selamanya ditakdirkan menuju masa depan otoriter,” seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (30/1/2021).
Dokumen tersebut merupakan eskalasi dalam nada dan niat atas pernyataan garis keras oleh beberapa pejabat tinggi pemerintahan Trump - dari Jaksa Agung Bill Barr hingga Menteri Luar Negeri Mike Pompeo - selama setahun terakhir.
Sedangkan baru-baru ini, pemerintahan Biden yang baru dilantik dengan cepat menyatakan komitmennya yang kokoh kepada Taiwan. Biden sendiri sebelumnya mengatakan ia bertujuan untuk memulihkan kepemimpinan "demokrasi" AS di dunia melawan otoriterisme.
Makalah tersebut diterbitkan tengah pekan ini dengan merahasiakan identitas penulisnya.
Makalah ini pada dasarnya adalah pengulangan dari Telegram Panjang tahun 1946 karya George Kennan, yang menguraikan strategi "penahanan" Uni Soviet yang akan diadopsi AS dalam apa yang akan menjadi Perang Dingin asli tahun depan.
'Telegram yang Lebih Panjang' ini mendesak AS untuk melakukan hal yang sama terkait China sehingga pada tahun 2050.
"AS dan sekutunya terus mendominasi perimbangan kekuatan regional dan global sambil mencegah China mengambil alih Taiwan atau bentuk lain dari aksi militer apa pun untuk mencapai tujuan regionalnya," tulis makalah itu.
"Makalah ini juga berharap untuk melihat Presiden Xi Jinping digantikan oleh kepemimpinan partai yang lebih moderat dan membuat rakyat China mempertanyakan serta menantang proposisi Partai Komunis selama seabad bahwa peradaban kuno China selamanya ditakdirkan menuju masa depan otoriter,” seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (30/1/2021).
Dokumen tersebut merupakan eskalasi dalam nada dan niat atas pernyataan garis keras oleh beberapa pejabat tinggi pemerintahan Trump - dari Jaksa Agung Bill Barr hingga Menteri Luar Negeri Mike Pompeo - selama setahun terakhir.
Sedangkan baru-baru ini, pemerintahan Biden yang baru dilantik dengan cepat menyatakan komitmennya yang kokoh kepada Taiwan. Biden sendiri sebelumnya mengatakan ia bertujuan untuk memulihkan kepemimpinan "demokrasi" AS di dunia melawan otoriterisme.
(ber)
Lihat Juga :