Tanpa Bukti, Hillary dan Pelosi Tuding Putin Dalang Penyerbuan Capitol
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Dua tokoh Partai Demokrat, Hillary Clinton dan Nancy Pelosi , menyerukan penyelidikan atas peran Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kerusuhan di Gedung Capitol . Keduanya bahkan memiliki teori jika orang nomor satu di Rusia itu mungkin secara pribadi memerintahkan penyerbuan itu.
Nancy Pelosi dan Hillary Clinton duduk satu meja dalam pondcast mantan First Lady Amerika Serikat (AS) itu, 'You and Me Both', Senin waktu setempat. Keduanya membahas pertarungan kekacauan di Washington awal bulan ini. Pada satu titik selama percakapan, Hillary berpendapat bahwa Presiden Donald Trump memiliki agenda lain - meskipun dengan cepat menambahkan bahwa "Saya rasa kita belum tahu" apa itu - bertanya-tanya dengan lantang tentang siapa yang mendorongnya.
“Saya ingin melihat catatan teleponnya untuk melihat apakah dia berbicara dengan Putin pada hari pemberontak menyerbu Capitol,” kata Hillary, bertanya kepada Pelosi.
“Apakah menurut Anda kami memerlukan komisi seperti komisi 11/9 untuk menyelidiki dan melaporkan semuanya? mereka dapat bekerja sama dan menjelaskan apa yang terjadi?" imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (19/1/2021)
Pelosi menjawab dengan tegas dengan mengatakan bahwa ketika datang ke arah Trump, semua jalan menuju Putin.
“Saya tidak tahu apa yang Putin miliki terhadapnya secara politik, finansial atau pribadi, tetapi apa yang terjadi minggu lalu adalah hadiah untuk Putin. Karena Putin ingin merusak demokrasi di negara kita dan di seluruh dunia,” tambah Pelosi dengan percaya diri, meski tidak menjelaskan secara detail.
"Orang-orang ini, tanpa sepengetahuan mereka, mereka adalah boneka Putin. Mereka melakukan bisnis Putin ketika mereka (menyerbu Capitol), atas hasutan pemberontakan oleh presiden Amerika Serikat. Jadi ya, kita harus memiliki komisi 11/9, dan ada dukungan kuat di Kongres untuk melakukan itu," ujar Pelosi.
Pernyataan tersebut, yang sepenuhnya tanpa bukti, segera memicu olok-olok di dunia maya. Jurnalis Aaron Mate melabeli Hillary dan teori kreatif Pelosi sebagai "BlueAnon" - mungkin maksudnya teori konspirasi eksentrik QAnon versi Partai Demokrat yang populer di antara banyak kelompok konservatif.
Nancy Pelosi dan Hillary Clinton duduk satu meja dalam pondcast mantan First Lady Amerika Serikat (AS) itu, 'You and Me Both', Senin waktu setempat. Keduanya membahas pertarungan kekacauan di Washington awal bulan ini. Pada satu titik selama percakapan, Hillary berpendapat bahwa Presiden Donald Trump memiliki agenda lain - meskipun dengan cepat menambahkan bahwa "Saya rasa kita belum tahu" apa itu - bertanya-tanya dengan lantang tentang siapa yang mendorongnya.
“Saya ingin melihat catatan teleponnya untuk melihat apakah dia berbicara dengan Putin pada hari pemberontak menyerbu Capitol,” kata Hillary, bertanya kepada Pelosi.
“Apakah menurut Anda kami memerlukan komisi seperti komisi 11/9 untuk menyelidiki dan melaporkan semuanya? mereka dapat bekerja sama dan menjelaskan apa yang terjadi?" imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (19/1/2021)
Pelosi menjawab dengan tegas dengan mengatakan bahwa ketika datang ke arah Trump, semua jalan menuju Putin.
“Saya tidak tahu apa yang Putin miliki terhadapnya secara politik, finansial atau pribadi, tetapi apa yang terjadi minggu lalu adalah hadiah untuk Putin. Karena Putin ingin merusak demokrasi di negara kita dan di seluruh dunia,” tambah Pelosi dengan percaya diri, meski tidak menjelaskan secara detail.
"Orang-orang ini, tanpa sepengetahuan mereka, mereka adalah boneka Putin. Mereka melakukan bisnis Putin ketika mereka (menyerbu Capitol), atas hasutan pemberontakan oleh presiden Amerika Serikat. Jadi ya, kita harus memiliki komisi 11/9, dan ada dukungan kuat di Kongres untuk melakukan itu," ujar Pelosi.
Pernyataan tersebut, yang sepenuhnya tanpa bukti, segera memicu olok-olok di dunia maya. Jurnalis Aaron Mate melabeli Hillary dan teori kreatif Pelosi sebagai "BlueAnon" - mungkin maksudnya teori konspirasi eksentrik QAnon versi Partai Demokrat yang populer di antara banyak kelompok konservatif.