COVID-19 di AS Terparah di Dunia: 560.402 Kasus, 22.105 Meninggal

Senin, 13 April 2020 - 09:03 WIB
loading...
COVID-19 di AS Terparah...
Para petugas di Amerika Serikat mengurus jenazah korban wabah virus corona baru, COVID-19. Foto/REUTERS/David Ryder
A A A
WASHINGTON - Wabah virus corona baru (COVID-19) di Amerika Serikat (AS) hingga saat ini (13/4/2020) masih tercatat sebagai yang terparah di dunia. Total kasus infeksi di negara tersebut mencapai 560.402 dengan 22.105 kematian dan 32.634 pasien berhasil disembuhkan.

Virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China, pada Desember 2019 kini sudah menyebar ke 210 negara dan sejumlah wilayah. Total kasus COVID-19 secara global sebagaimana dilaporkan worldometers pada pukul 08.30 WIB sebanyak 1.852.359. Jumlah orang yang meninggal 114.194 dan jumlah pasien yang disembuhkan 423.311 orang.

Negara terparah setelah Amerika adalah Spanyol dengan total kasus COVID-19 sebanyak 166.831. Jumlah korban meninggal 17.209 orang dan pasien yang disembuhkan sebanyak 62.391 orang. Selanjutnya, Italia memiliki 156.363 kasus dengan 19.899 kematian dan sebanyak 34.211 pasien berhasil disembuhkan.

Wabah virus corona baru yang parah membuat warga AS menghabiskan Minggu Paskah di bawah kondisi lockdown. Hampir semua negara bagian memberlakukan perintah tinggal di rumah untuk mengekang penyebaran virus tersebut. Layanana gereja pun dilakukan secara online untuk menandai perayaan Paskah.

"Generasi masa depan akan melihat kembali ini sebagai masa pra-Paskah yang panjang pada tahun 2020, saat penyakit dan kematian tiba-tiba menggelapkan seluruh Bumi," kata Uskup Agung Jose Gomez dari Los Angeles dalam pesan tertulis kepada para imam dan umat paroki di seluruh negeri, yang mendesak mereka untuk tetap teguh.

"Gereja-gereja kita mungkin ditutup tetapi Kristus tidak dikarantina dan Injil-Nya tidak dirantai," paparnya, seperti dikutip AFP.

Negara Bagian New York masih menjadi pusat wabah terparah di Amerika Serikat. Wilayah ini dalam beberapa hari terakhi melaporkan angka kematian harian sekitar 2.000 oran atau lebih. Jumlah kematian terbesar terjadi di dan sekitar New York City.

Ketika angka kematian di Amerika meningkat, Presiden Donald Trump justru mempertimbangkan untuk menormalkan kondisi yang berarti pembukaan wilayah negara.

Pembatasan besar-besaran pada gerakan non-esensial yang diberlakukan dalam beberapa pekan terakhir telah berlaku di di 42 negara bagian. KOndisi itu telah merugikan perdagangan dan menimbulkan pertanyaan tentang berapa lama penutupan bisnis dan pembatasan perjalanan dapat dipertahankan.

Jumlah orang Amerika yang mencari tunjangan pengangguran dalam tiga minggu terakhir melampaui 16 juta.

Administrasi Trump memandang 1 Mei sebagai tanggal target untuk melonggarkan pembatasan tinggal di rumah. Demikian disampaikan komisaris Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA), Stephen Hahn. Namun dia mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah tujuan itu akan tercapai.

"Kami melihat cahaya di ujung terowongan," kata Hahn kepada program "This Week" ABC. "Keselamatan publik dan kesejahteraan rakyat Amerika harus didahulukan. Yang pada akhirnya harus mendorong keputusan ini."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
PM Negara NATO Mencela...
PM Negara NATO Mencela Uni Eropa yang Ingin Perang saat AS Coba Damaikan Rusia-Ukraina
2 Siswi Kembar Muslim...
2 Siswi Kembar Muslim Dipukuli Teman Sekalas di AS, Hijabnya Dilucuti dan Diejek
AS Tolak Rencana Inggris...
AS Tolak Rencana Inggris untuk Kirim Pasukan ke Ukraina, Mengapa?
Bos Pentagon Tawarkan...
Bos Pentagon Tawarkan Pilihan antara Departemen Perang dan Pertahanan
Trump Cabut Izin Keamanan...
Trump Cabut Izin Keamanan bagi Harris, Clinton, dan Keluarga Biden
Direktur PLTN: Tak Ada...
Direktur PLTN: Tak Ada yang Bisa Kendalikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terbesar di Eropa kecuali Rusia
AS Kirim Kapal Induk...
AS Kirim Kapal Induk Kedua ke Timur Tengah, Perang Besar Akan Meletus?
Siapa Ismet Akcin? Imam...
Siapa Ismet Akcin? Imam yang Dijuluki Syeikh Protein karena Mempopulerkan Push-up sambil Berzikir
Jurnalis Gugat Pemerintahan...
Jurnalis Gugat Pemerintahan Trump karena Tutup VoA dan Merumahkan 1.300 Karyawannya
Rekomendasi
Anies Baswedan: RUU...
Anies Baswedan: RUU TNI Jangan Sampai Alihkan Prajurit dari Tugas Utamanya
India Menancapkan Tonggak...
India Menancapkan Tonggak Sejarah Baru Produksi Batu Bara, Tembus 1 Miliar Ton
Teror Kepala Babi dan...
Teror Kepala Babi dan Bangkai Tikus ke Tempo, Iwakum: Kebebasan Pers Sedang Terancam
Berita Terkini
PM Negara NATO Mencela...
PM Negara NATO Mencela Uni Eropa yang Ingin Perang saat AS Coba Damaikan Rusia-Ukraina
20 menit yang lalu
Siapa Asthildur Loa...
Siapa Asthildur Loa Thorsdottir? Menteri Islandia Urusan Anak yang Mundur karena Pernah Memiliki Hubungan Rahasia dengan Bocah di Bawah Umur
1 jam yang lalu
Profil Ronen Bar, Pemimpin...
Profil Ronen Bar, Pemimpin Shin Bet yang Dipecat karena Berani Melawan PM Netanyahu
1 jam yang lalu
2 Siswi Kembar Muslim...
2 Siswi Kembar Muslim Dipukuli Teman Sekalas di AS, Hijabnya Dilucuti dan Diejek
2 jam yang lalu
3 Alasan Wali kota Istanbul...
3 Alasan Wali kota Istanbul Ekrem Imamoglu Ditangkap sebelum Pemilu Melawan Erdogan
3 jam yang lalu
Siapa Salah al-Bardawil?...
Siapa Salah al-Bardawil? Pemimpin Biro Politik Hamas yang Jago Sastra Palestina dan Jadi Simbol Kejujuran
5 jam yang lalu
Infografis
Muhammadiyah Masuk 10...
Muhammadiyah Masuk 10 Organisasi Keagamaan Terkaya di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved