Dibayar Rp5 Triliun, AS Perpanjang Misi Pelatihan Militer di Arab Saudi
loading...
A
A
A
RIYADH - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) memperpanjang Misi Pelatihan Militer AS untuk Arab Saudi selama lima tahun dengan bayaran USD350 juta (Rp5 triliun).
Misi Pelatihan Militer AS untuk Arab Saudi (USMTM) berbasis di ibu kota Riyadh, dengan sekitar 330 personel dan kontraktor AS bekerja dari pusat itu untuk melatih militer Saudi.
Menurut pernyataan, Deplu AS memberi lampu hijau untuk memperpanjang misi yang termasuk pelatihan militer di Riyadh dan layanan dukungan serta konsultasi.
Uang tersebut akan digunakan untuk membayar gaji militer AS, biaya tinggal dan komunikasi serta biaya untuk mengajar anak-anak mereka. (Baca Juga: Palestina Desak Tindakan Serius Boikot Permukiman Israel)
"Misi kita untuk meningkatkan keamanan nasional AS melalui pembangunan kemampuan dan kapasitas Angkatan Bersenjata Arab Saudi (SAAF) untuk mempertahankan kepentingan bersama kita di kawasan Timur Tengah," ungkap Misi Pelatihan Militer AS untuk Arab Saudi di websitenya. (Lihat Infografis: Pertama, Inggris Pekan Depan akan Gunakan Vaksin Covid Pfizer)
Ada seruan yang meningkat oleh anggota parlemen AS agar pemerintah menghentikan dukungannya terhadap militer Saudi sebagai akibat dari pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan di Yaman. (Lihat Video: Usai Imunisasi, Seorang Balita di Tulang Bawang Meninggal Dunia)
Pada September 2019, sekelompok anggota parlemen dari Partai Republik dan Partai Demokrat berkampanye mengakhiri perang yang dipimpin Saudi di Yaman, dengan memblokir dukungan logistik AS untuk serangan udara koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
Presiden AS terpilih Joe Biden berjanji mengakhiri dukungan negaranya terhadap perang Arab Saudi di Yaman saat ia menjadi presiden.
"Di bawah Pemerintahan Biden-Harris, kami akan meninjau lagi hubungan kita dengan Kerajaan (Arab Saudi), mengakhiri dukungan AS untuk perang Arab Saudi di Yaman, dan memastikan Amerika tidak memeriksa nilai-nilainya di pintu untuk menjual senjata atau membeli minyak," ujar Biden saat kampanye pemilu.
Misi Pelatihan Militer AS untuk Arab Saudi (USMTM) berbasis di ibu kota Riyadh, dengan sekitar 330 personel dan kontraktor AS bekerja dari pusat itu untuk melatih militer Saudi.
Menurut pernyataan, Deplu AS memberi lampu hijau untuk memperpanjang misi yang termasuk pelatihan militer di Riyadh dan layanan dukungan serta konsultasi.
Uang tersebut akan digunakan untuk membayar gaji militer AS, biaya tinggal dan komunikasi serta biaya untuk mengajar anak-anak mereka. (Baca Juga: Palestina Desak Tindakan Serius Boikot Permukiman Israel)
"Misi kita untuk meningkatkan keamanan nasional AS melalui pembangunan kemampuan dan kapasitas Angkatan Bersenjata Arab Saudi (SAAF) untuk mempertahankan kepentingan bersama kita di kawasan Timur Tengah," ungkap Misi Pelatihan Militer AS untuk Arab Saudi di websitenya. (Lihat Infografis: Pertama, Inggris Pekan Depan akan Gunakan Vaksin Covid Pfizer)
Ada seruan yang meningkat oleh anggota parlemen AS agar pemerintah menghentikan dukungannya terhadap militer Saudi sebagai akibat dari pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan di Yaman. (Lihat Video: Usai Imunisasi, Seorang Balita di Tulang Bawang Meninggal Dunia)
Pada September 2019, sekelompok anggota parlemen dari Partai Republik dan Partai Demokrat berkampanye mengakhiri perang yang dipimpin Saudi di Yaman, dengan memblokir dukungan logistik AS untuk serangan udara koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
Presiden AS terpilih Joe Biden berjanji mengakhiri dukungan negaranya terhadap perang Arab Saudi di Yaman saat ia menjadi presiden.
"Di bawah Pemerintahan Biden-Harris, kami akan meninjau lagi hubungan kita dengan Kerajaan (Arab Saudi), mengakhiri dukungan AS untuk perang Arab Saudi di Yaman, dan memastikan Amerika tidak memeriksa nilai-nilainya di pintu untuk menjual senjata atau membeli minyak," ujar Biden saat kampanye pemilu.
(sya)