Ilmuwan Nuklirnya Dibunuh, Iran Didesak Serang Haifa Israel

Senin, 30 November 2020 - 06:49 WIB
loading...
Ilmuwan Nuklirnya Dibunuh, Iran Didesak Serang Haifa Israel
Para pelayan kuil suci Imam Reza membawa peti mati ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh di Mashhad, Iran. Foto/WANA via REUTERS
A A A
TEHERAN - Iran didesak untuk menyerang Haifa, kota pelabuhan di Israel , setelah ilmuwan nuklirnya dibunuh. Para pejabat Teheran menuduh Zionis Israel berperan dalam pembunuhan ilmuwan bernama Mohsen Fakhrizadeh tersebut.

Desakan itu muncul dalam opini di surat kabar garis keras yang pemimpin redaksinya adalah salah satu penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollahh Ali Khamenei di masa lalu, Hossein Shariatmadari. (Baca: Mengenal Mohsen Fakhrizadeh, 'Bapak Bom Nuklir Iran' yang Tewas Dibunuh )

Opini di surat kabar Kahyan yang diterbitkan hari Minggu (29/11/2020) menyatakan Teheran harus menyerang Haifa jika Israel terbukti membunuh Fakhrizadeh. Haifa disarankan jadi target karena selain bisa menyebabkan kerusakan fasilitas, juga akan menyebabkan banyak korban jiwa.

(Baca juga : Perang Teluk Akan Kembali Pecah? )

Pemerintah Israel secara resmi belum berkomentar tentang tuduhan terlibat dalam pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh d timur Teheran pada hari Jumat pekan lalu.

Opini yang ditulis analis Iran; Sadollah Zarei, tersebut mengatakan bahwa reaksi Iran terhadap dugaan serangan udara Israel yang menewaskan pasukan Garda Revolusi di Suriah selama ini tidak cukup jauh untuk menghalau Israel.

"Menyerang Haifa dan membunuh sejumlah besar orang pasti akan mengarah pada pencegahan, karena Amerika Serikat (AS) dan rezim Israel serta agennya sama sekali tidak siap untuk mengambil bagian dalam perang dan konfrontasi militer," tulis Zarei, yang dikutip Reuters, Senin (30/11/2020). (Baca: Eks Bos CIA: Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Kriminal, Bisa Picu Konflik Wilayah )

Dia mengatakan serangan terhadap Haifa harus lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan AS di Irak setelah serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan jenderal senior Iran, Qassem Soleimani, di Irak pada Januari lalu.

(Baca juga : Terpeleset, Presiden Terpilih AS Joe Biden Mengalami Patah Tulang Kaki )

Haifa, di Laut Mediterania, telah diancam di masa lalu oleh Iran dan sekutunya; kelompok Hizbullah Lebanon.

Pada Februari 2016, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyarankan untuk menyerang gudang amonium nitrat Haifa. Amonium nitrat adalahh bahan pupuk yang sangat mudah menguap yang memicu ledakan mematikan seperti di pelabuhan Beirut pada Agustus lalu yang menewaskan sedikitnya 192 orang dan melukai 6.500 lainnya.

Nasrallah mengatakan kemampuan menyerang fasilitas amonium nitrat itu seperti Hizbullah memiliki bom nuklir.

Pernyataan itu membuat pejabat Israel buru-buru membuat opsi memindahkan amonium nitrat dari jarak hantam.

Meskipun Kayhan adalah surat kabar yang peredarannya kecil di Iran, namun pemimpin redaksinya; Shariatmadari, ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan telah digambarkan sebagai penasihatnya di masa lalu. (Baca juga: Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh, Teheran Sudah Jadi Jalan yang Disusuri Mossad? )

Ancaman Parlemen Iran

Parlemen Iran pada hari Minggu mengadakan sidang tertutup tentang pembunuhan Fakhrizadeh. Setelah itu, Ketua Parlemen Mohammad Baqer Ghalibaf mengatakan musuh Iran harus dibuat menyesal karena telah membunuhnya.

"Musuh kriminal tidak menyesal kecuali dengan reaksi yang keras," katanya kepada radio pemerintah Iran.

Analis membandingkan Fakhrizadeh dengan J Robert Oppenheimer, ilmuwan yang memimpin Manhattan Project AS dalam Perang Dunia Kedua yang mengembangkan bom atom.

Fakhrizadeh mengepalai apa yang disebut program Amad di Iran yang diduga Israel dan Barat sebagai operasi militer yang melihat kelayakan untuk membangun senjata nuklir.

(Baca juga : Dankormar Instruksikan Marinir Gelar Latihan Perang Kota, Ada Apa? )

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa "program terstruktur" itu berakhir pada tahun 2003. Iran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai.

Pembunuhan Fakhrizadeh kemungkinan akan memperumit rencana Joe Biden, presiden terpilih AS, yang mengatakan pemerintahannya akan mempertimbangkan untuk memasukkan kembali kesepakatan nuklir Teheran dengan negara-negara kekuatan dunia.

Ini juga meningkatkan risiko konflik terbuka dalam minggu-minggu yang tersisa dari pemerintahan Prsiden Donald Trump, yang secara sepihak menarik AS dari perjanjian nuklir Iran pada 2018 lalu. Setelah menarik diri dari perjanjian tersebut, pemerintah Trump menjatuhkan serentetan sanksi terhadap Teheran.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)