Geng Pria Perkosa Seorang Ibu dan Putri Kecilnya Bikin Polisi Menangis
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Sebuah geng pria di Pakistan menjebak dan memerkosa seorang Ibu dan putri kecilnya yang baru berusia lima tahun. Kejahatan ini bahkan membuat polisi yang menangani kasus menangis.
Tersangka utama, Rafique Malik, sejatinya telah ditangkap polisi sejak Selasa malam lalu. Namun, dia tewas ditembak kaki tangannya dalam geng tersebut; Khairullah Bugti, ketika diminta polisi untuk menunjukkan keberadaan markas persembunyian gengnya.
Publik setempat bertanya-tanya mengapa polisi gagal memberikan perlindungan yang memadai kepada Malik selama penggerebekan terhadap geng pemerkosa tersebut. (Baca: Trump Pecat Bos Pentagon, Persiapan Kudeta Militer terhadap Biden? )
Polisi mengatakan Bugti telah ditangkap, dengan senjata yang menewaskan Malik masih dimilikinya.
Pemerkosaan terhadap Ibu dan putri kecilnya di distrik Kashmore di provinsi Sindh selatan telah mengejutkan publik Pakistan, meskipun serangan terhadap perempuan sudah biasa terjadi di negara Muslim yang sangat konservatif ini.
Setelah berita penangkapan tersebar di Sindh, banyak yang menuntut eksekusi cepat di depan umum terhadap tersangka.
Menurut polisi, Malik telah membujuk Ibu dan putrinya yang berusia 5 tahun ke rumahnya akhir pekan lalu, dengan janji akan dicarikan pekerjaan. Setelah memerkosa si Ibu—diduga dengan gengnya—Malik mengizinkan Ibu itu pergi. (Baca juga: Imbas Bom Pemakaman Jeddah, Putra Mahkota Saudi Bersumpah Terapkan 'Tangan Besi' )
Putri korban kemudian disandera di kandang ternak dan diserang geng pemerkosa tersebut, sementara Malik menunggu Ibu anak kecil itu kembali.
Saat melarikan diri, Ibu tersebut memberi tahu polisi. Menurut pejabat polisi Kashmore, Akbar Channa, polisi kemudian memasang jebakan untuk Malik, dan berhasil menangkapnya pada Selasa malam. Anak perempuan tersebut juga berhasil diselamatkan.
"Saya telah menangani kasus pembunuhan dalam hidup saya, saya telah melihat pemboman juga, tapi saya tidak pernah menangis sebagai petugas polisi," kata Channa kepada The Associated Press, Sabtu (14/11/2020). "Tapi hati kami hancur atas apa yang terjadi pada gadis ini dan Ibunya."
Tersangka utama, Rafique Malik, sejatinya telah ditangkap polisi sejak Selasa malam lalu. Namun, dia tewas ditembak kaki tangannya dalam geng tersebut; Khairullah Bugti, ketika diminta polisi untuk menunjukkan keberadaan markas persembunyian gengnya.
Publik setempat bertanya-tanya mengapa polisi gagal memberikan perlindungan yang memadai kepada Malik selama penggerebekan terhadap geng pemerkosa tersebut. (Baca: Trump Pecat Bos Pentagon, Persiapan Kudeta Militer terhadap Biden? )
Polisi mengatakan Bugti telah ditangkap, dengan senjata yang menewaskan Malik masih dimilikinya.
Pemerkosaan terhadap Ibu dan putri kecilnya di distrik Kashmore di provinsi Sindh selatan telah mengejutkan publik Pakistan, meskipun serangan terhadap perempuan sudah biasa terjadi di negara Muslim yang sangat konservatif ini.
Setelah berita penangkapan tersebar di Sindh, banyak yang menuntut eksekusi cepat di depan umum terhadap tersangka.
Menurut polisi, Malik telah membujuk Ibu dan putrinya yang berusia 5 tahun ke rumahnya akhir pekan lalu, dengan janji akan dicarikan pekerjaan. Setelah memerkosa si Ibu—diduga dengan gengnya—Malik mengizinkan Ibu itu pergi. (Baca juga: Imbas Bom Pemakaman Jeddah, Putra Mahkota Saudi Bersumpah Terapkan 'Tangan Besi' )
Putri korban kemudian disandera di kandang ternak dan diserang geng pemerkosa tersebut, sementara Malik menunggu Ibu anak kecil itu kembali.
Saat melarikan diri, Ibu tersebut memberi tahu polisi. Menurut pejabat polisi Kashmore, Akbar Channa, polisi kemudian memasang jebakan untuk Malik, dan berhasil menangkapnya pada Selasa malam. Anak perempuan tersebut juga berhasil diselamatkan.
"Saya telah menangani kasus pembunuhan dalam hidup saya, saya telah melihat pemboman juga, tapi saya tidak pernah menangis sebagai petugas polisi," kata Channa kepada The Associated Press, Sabtu (14/11/2020). "Tapi hati kami hancur atas apa yang terjadi pada gadis ini dan Ibunya."