AS Menanti Pemimpin Baru di Pilpres Bersejarah
loading...
A
A
A
Jika Trump menang untuk kedua kalinya, seluruh kebijakannya akan diteruskan. Upaya penanggulangan wabah Covid-19 tidak akan mengalami banyak perubahan, sekalipun mendapat kritikan tajam dari lawan politik dan ahli kesehatan. Pemerintahan Trump bahkan dituduh tidak memedulikan keselamatan masyarakat. (Baca juga: Kenali dan Jangan Remehkan Gejala Long Covid)
Ahli penyakit menular, Dr Anthony Fauci, mengatakan, kesehatan masyarakat sedang dipertaruhkan dan memerlukan upaya pencegahan yang lebih efektif. Metode herd immunity yang diusulkan penasihat Trump, Dr Scott Atlas, dinilai tidak akan berhasil di AS sebab merupakan negara dengan penduduk amat besar.
Namun, Trump menilai Covid-19 masih terkendali. Lebih dari 90% pasien juga dapat sembuh. Karena itu, warga AS yang sehat diimbau dapat memutar roda bisnis dan ekonomi, sedangkan mereka yang sakit diimbau beristirahat. Ekonomi AS juga mengalami pertumbuhan signifikan setelah anjlok pertengahan tahun ini.
Salah satu kekuatan Trump dibandingkan Biden ialah kepeduliannya terhadap warga AS yang terlupakan dan tersingkir akibat globalisasi. Dia diyakini akan selalu siap mengonfrontasi China agar setiap kesepakatan perdagangan, bisnis, dan investasi menguntungkan dua belah pihak, terutama bagi warga AS. (Baca juga: Prinsip Kehati-hatian Jadi Kunci Sembuh dari Corona)
Dalam empat tahun terakhir, Trump sangat fokus membenahi permasalahan dalam negeri. Satu-satunya isu besar internasional yang diperhatikan Trump ialah status Yerusalem dan masa depan Israel. Selain mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Trump juga menormalisasi hubungan negara Arab dengan Israel.
AS di bawah kepemimpinan Trump juga memiliki riwayat hubungan baik dengan Rusia. Pemerintah AS setidaknya tidak mencampuri urusan Rusia dalam empat tahun terakhir. Namun, AS memiliki hubungan buruk dengan Iran, China, dan Korea Utara (Korut). Hubungan dengan negara Eropa Barat juga sempat naik-turun.
Berbeda dengan Trump, Biden menjunjung tinggi sosialisme, kemanusiaan, dan demokrasi. Dia bahkan dengan tegas menuduh Trump telah mengancam keberadaan demokrasi di AS yang sudah terpelihara sejak 250 tahun lalu. Jika menang, Biden kemungkinan besar akan membalikkan semua kebijakan Trump.
Dengan membawa misi membangkitkan “jiwa demokrasi” nasional, Biden berjanji akan mengeluarkan kebijakan berdasarkan kesepakatan bersama, logika, kesusilaan, empati, dan globalisasi. “Kita dapat memilih cara yang keras dan terpecah belah atau bergerak berdasarkan kepentingan bersama,” kata Biden. (Lihat videonya: Cuti Bersama, Ratusan Wisatawan di Bandung Reaktif Covid-19)
Biden juga berjanji akan memprioritaskan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat AS seperti yang diusung pendahulunya, Barack Obama, Lyndon Johnson, dan Franklin Roosevelt. Bersama wakil presidennya, Kamala Harris, dia akan fokus meningkatkan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. (Muh Shamil)
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Ahli penyakit menular, Dr Anthony Fauci, mengatakan, kesehatan masyarakat sedang dipertaruhkan dan memerlukan upaya pencegahan yang lebih efektif. Metode herd immunity yang diusulkan penasihat Trump, Dr Scott Atlas, dinilai tidak akan berhasil di AS sebab merupakan negara dengan penduduk amat besar.
Namun, Trump menilai Covid-19 masih terkendali. Lebih dari 90% pasien juga dapat sembuh. Karena itu, warga AS yang sehat diimbau dapat memutar roda bisnis dan ekonomi, sedangkan mereka yang sakit diimbau beristirahat. Ekonomi AS juga mengalami pertumbuhan signifikan setelah anjlok pertengahan tahun ini.
Salah satu kekuatan Trump dibandingkan Biden ialah kepeduliannya terhadap warga AS yang terlupakan dan tersingkir akibat globalisasi. Dia diyakini akan selalu siap mengonfrontasi China agar setiap kesepakatan perdagangan, bisnis, dan investasi menguntungkan dua belah pihak, terutama bagi warga AS. (Baca juga: Prinsip Kehati-hatian Jadi Kunci Sembuh dari Corona)
Dalam empat tahun terakhir, Trump sangat fokus membenahi permasalahan dalam negeri. Satu-satunya isu besar internasional yang diperhatikan Trump ialah status Yerusalem dan masa depan Israel. Selain mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Trump juga menormalisasi hubungan negara Arab dengan Israel.
AS di bawah kepemimpinan Trump juga memiliki riwayat hubungan baik dengan Rusia. Pemerintah AS setidaknya tidak mencampuri urusan Rusia dalam empat tahun terakhir. Namun, AS memiliki hubungan buruk dengan Iran, China, dan Korea Utara (Korut). Hubungan dengan negara Eropa Barat juga sempat naik-turun.
Berbeda dengan Trump, Biden menjunjung tinggi sosialisme, kemanusiaan, dan demokrasi. Dia bahkan dengan tegas menuduh Trump telah mengancam keberadaan demokrasi di AS yang sudah terpelihara sejak 250 tahun lalu. Jika menang, Biden kemungkinan besar akan membalikkan semua kebijakan Trump.
Dengan membawa misi membangkitkan “jiwa demokrasi” nasional, Biden berjanji akan mengeluarkan kebijakan berdasarkan kesepakatan bersama, logika, kesusilaan, empati, dan globalisasi. “Kita dapat memilih cara yang keras dan terpecah belah atau bergerak berdasarkan kepentingan bersama,” kata Biden. (Lihat videonya: Cuti Bersama, Ratusan Wisatawan di Bandung Reaktif Covid-19)
Biden juga berjanji akan memprioritaskan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat AS seperti yang diusung pendahulunya, Barack Obama, Lyndon Johnson, dan Franklin Roosevelt. Bersama wakil presidennya, Kamala Harris, dia akan fokus meningkatkan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. (Muh Shamil)
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ysw)