Turki Lanjutkan Eksplorasi di Laut Mediterania, Yunani Murka
loading...

Turki telah memperpanjang aktivitas kapal penelitian seismik Oruc Reis di perairan yang disengketakan di Mediterania Timur hingga 14 November. Foto/REUTERS
A
A
A
ATHENA - Turki telah memperpanjang aktivitas kapal penelitian seismik Oruc Reis di perairan yang disengketakan di Mediterania Timur hingga 14 November. Langkah ini mendapat kecaman keras dari Yunani .
Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan, langkah Turki tersebut hanya akan memperburuk situasi di kawasan tersebut. "Tindakan ini menciptakan ketegangan lebih lanjut di wilayah yang rentan, di mana perhatian sekarang difokuskan pada pemberian bantuan dan pada ekspresi dukungan dan solidaritas,” katanya.
"Tindakan ini sekali lagi menunjukkan bahwa Turki terus bertindak bertentangan dengan permintaan komunitas internasional, termasuk kesimpulan dari pertemuan Oktober Dewan Eropa, yang meminta Turki untuk menghentikan tindakan ini," sambungnya, seperti dilansir Arab News pada Senin (2/11/2020).
Evangelos D. Kokkinos, pakar geopolitik yang berbasis di Athena, berpendapat Turki mengeluarkan peringatan navigasi atau Navtex dengan memanfaatkan ketidakmampuan Eropa untuk menjatuhkan sanksi. ( Baca juga: Macron: Kebijakan Imperial Turki Ganggu Stabilitas Kawasan )
"Sebagian besar negara Eropa diharapkan untuk 'mengutuk' agresi Turki, tetapi sanksi tidak mungkin dilakukan. Jadi, Turki memperluas kegiatan penelitiannya di kawasan itu adalah contoh lain dari mengabaikan hukum internasional dan kedaulatan Yunani,” katanya.
Mengenai ketegangan regional apa yang mungkin dipicu, Kokkinos berpikir bahwa Turki telah menyebabkan masalah serius bagi sebagian besar tetangganya. "Tetapi karena Yunani dan Turki adalah negara anggota NATO, strategi Tayyip Erdogan adalah memprovokasi Athena untuk memulai konflik militer, agar NATO mendukung Turki," ungkapnya.
“Inilah mengapa ketegangan akan tetap ada dalam apa yang tampak seperti Perang Dingin Mediterania,” katanya. ( Lihat grafis: Jet Tempur Siluman F-35 Pesanan Turki Akan Dijual AS ke Yunani )
Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan, langkah Turki tersebut hanya akan memperburuk situasi di kawasan tersebut. "Tindakan ini menciptakan ketegangan lebih lanjut di wilayah yang rentan, di mana perhatian sekarang difokuskan pada pemberian bantuan dan pada ekspresi dukungan dan solidaritas,” katanya.
"Tindakan ini sekali lagi menunjukkan bahwa Turki terus bertindak bertentangan dengan permintaan komunitas internasional, termasuk kesimpulan dari pertemuan Oktober Dewan Eropa, yang meminta Turki untuk menghentikan tindakan ini," sambungnya, seperti dilansir Arab News pada Senin (2/11/2020).
Evangelos D. Kokkinos, pakar geopolitik yang berbasis di Athena, berpendapat Turki mengeluarkan peringatan navigasi atau Navtex dengan memanfaatkan ketidakmampuan Eropa untuk menjatuhkan sanksi. ( Baca juga: Macron: Kebijakan Imperial Turki Ganggu Stabilitas Kawasan )
"Sebagian besar negara Eropa diharapkan untuk 'mengutuk' agresi Turki, tetapi sanksi tidak mungkin dilakukan. Jadi, Turki memperluas kegiatan penelitiannya di kawasan itu adalah contoh lain dari mengabaikan hukum internasional dan kedaulatan Yunani,” katanya.
Mengenai ketegangan regional apa yang mungkin dipicu, Kokkinos berpikir bahwa Turki telah menyebabkan masalah serius bagi sebagian besar tetangganya. "Tetapi karena Yunani dan Turki adalah negara anggota NATO, strategi Tayyip Erdogan adalah memprovokasi Athena untuk memulai konflik militer, agar NATO mendukung Turki," ungkapnya.
“Inilah mengapa ketegangan akan tetap ada dalam apa yang tampak seperti Perang Dingin Mediterania,” katanya. ( Lihat grafis: Jet Tempur Siluman F-35 Pesanan Turki Akan Dijual AS ke Yunani )
(esn)
Lihat Juga :