Berebut Suara pada Pencoblosan Awal Pilpres Amerika Serikat

Rabu, 14 Oktober 2020 - 11:15 WIB
loading...
Berebut Suara pada Pencoblosan Awal Pilpres Amerika Serikat
Pendukung Donald Trump. Foto/Reuters
A A A
NEW YORK - Lebih dari 10 juta warga Amerika Serikat (AS) telah mengikuti pencoblosan awal dalam beberapa pekan terakhir. US Elections Project menyatakan pencoblosan awal tahun ini lebih besar daripada tahun 2016 menyusul adanya wabah Covid-19. Selain itu, pencoblosan tahun ini lebih mudah karena dapat dikirim melalui e-mail.

Namun, calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengaku tidak akan memercayai hasil pemilihan secara online karena dapat dimanipulasi lawan politiknya, Joe Biden, dari Partai Demokrat. Sampai Senin (12/10/2020) malam waktu lokal, menurut pengamatan University of Florida, hampir 10,4 juta warga AS telah melakukan pencoblosan awal. (Baca: Hukum Bercakap-cakap Ketika Melakukan Jimak)

Sebagai pembanding, pada 16 Oktober 2016, hanya 1,4 juta warga AS yang mengikuti pencoblosan awal. US Elections Project menyatakan jumlah suara yang masuk dalam pencoblosan awal mengalami peningkatan di beberapa negara bagian, terutama di Minnesota, South Dakota, Vermont, Virginia, dan Wisconsin yang naik sebesar 20%.

Emolio Alvarado, warga AS, mengaku biasanya menghabiskan banyak waktu sebelum dapat menentukan presiden pilihannya dan hanya melakukan pencoblosan mendekati hari H. Namun, tahun ini, pendukung Republik itu bergerak lebih cepat tiga pekan dari biasanya dan mengikuti pencoblosan awal di sebuah mal di Phoenix.

“Saya ingin suara saya dihitung. Pilpres tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Saya merasa cemas,” ujar lelaki berusia 47 tahun itu, yang kini beralih mendukung Demokrat. Di Arizona, salah satu kawasan yang krusial, pencoblosan awal digelar sejak akhir pekan lalu. Antusiasme masyarakatnya juga tinggi, tapi mereka memiliki ketakutan serupa.

“Saya ingin memastikan suara saya tidak disobek-sobek dan tidak dibuang. Saya juga tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tempat pencoblosan yang merusak demokrasi,” ujar Linda Cottrell, 70, yang mendukung Trump. “Kami semua merasa cemas tentang ini, terutama ketika mendekati hari H,” tambah mantan penulis tersebut. (Baca juga: Sulap Kecubung Jadi Obat Bius, Siswa MAN I Gresik Juarai Ajang Internasional)

Para ahli menilai pembeludakan jumlah warga AS yang mengikuti pencoblosan awal disebabkan dua faktor. Pertama, akses terhadap pencoblosan awal lebih mudah. Kedua, tingginya antusiasme warga menyambut pilpres 2020 untuk melakukan perubahan. Saat ini, AS sedang menghadapi berbagai permasalahan, mulai dari kesehatan hingga ekonomi.

“Saat ini sangat jelas ada banyak warga yang mengikuti pencoblosan awal. Apa artinya? Artinya, ada dua. Pertama, perubahan kebiasaan masyarakat yang ingin mengikuti hajat demokrasi. Mereka tidak ingin tertinggal sehingga mencoblos lebih awal. Kedua, aksesnya mudah,” kata Michael McDonald, profesor ilmu politik dari University of Florida.

Aturan pencoblosan di AS berbeda-beda di setiap negara bagian. Namun, kesempatan untuk melakukan pencoblosan awal kini lebih luas dibandingkan satu dekade sebelumnya. Menurut National Conference of State Legislature, hanya ada enam negara bagian yang tidak dapat menawarkan fasilitas pencoblosan langsung sebelum hari H. (Baca juga: Petinggi KAMI Ditangkap, Ini Tanggapan Din Syamsuddin)

Di Georgia, ribuan orang mengantre untuk mengikuti pencoblosan awal saat dibuka pada Senin (12/10). Seorang dari mereka harus menunggu hingga enam jam. Pemandangan serupa terjadi di Texas dan Kentucky yang membuka pencoblosan awal kemarin. Di Maricopa, Arizona, sekitar 3.000 orang mengikuti pencoblosan awal dalam sehari.

Di California, lebih dari 270.000 suara telah masuk melalui e-mail. Bandingkan dengan tahun 2016 yang hanya masuk 13.000 suara. Namun, tidak semua orang mendukung pencoblosan awal. Trump beserta politisi senior Republik lainnya meminta adanya pembatasan akses pencoblosan via e-mail, termasuk menentang ekspansi wilayah. (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)

“Saya tidak ingin terjadi kecurangan. Kami ingin orang yang berhak mencoblos yang melakukan pencoblosan dan suara mereka yang hanya sah dihitung,” kata Trump. Para ahli menilai kekhawatiran Trump berlebihan karena tingkat kecurangan pencoblosan via e-mail sangat langka mengingat pemerintah memiliki data yang valid. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1228 seconds (0.1#10.140)