Pentagon Tak Yakin COVID-19 Berasal dari Laboratorium Wuhan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon mengaku sulit untuk percaya pada rumor bahwa virus corona baru, COVID-19, berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan, China. Penilaian Pentagon ini disampaikan Ketua Kepala Staf Gabungan (CJCS) Amerika Serikat (AS), Jenderal Mark Milley.
Menurutnya, sejauh ini bukti yang ada tidak meyakinkan untuk mendukung rumor tersebut. Sebaliknya, dia meyakini bahwa virus yang sudah membunuh lebih dari 127.000 orang secara global ini muncul secara alami.
"Seharusnya tidak mengejutkan bagi Anda bahwa kami telah tertarik pada hal itu, dan kami telah memiliki banyak intelijen yang memperhatikan hal itu," kata Jenderal Milley pada sebuah konferensi pers pada hari Selasa waktu Washington.
"Pada titik ini tidak dapat disimpulkan, meskipun bobot bukti tampaknya menunjukkan hal yang alami, tetapi kami tidak tahu pasti," katanya lagi, seperti dikutip Russia Today, Rabu (15/4/2020).
Petugas medis topnya, Ahli Bedah Staf Gabungan Brigadir Jenderal Paul Freidrichs, dengan datar menjawab "tidak" ketika disodorkan pertanyaan yang sama pekan lalu.
Jenderal Milley tidak menyebut nama media yang berspekulasi tentang asal-usul virus corona baru. Namun, pada hari sebelumnya The Washington Postmenerbitkan sebuah opini yang menyebutkan Institut Virologi Wuhan (WIV) telah melakukan percobaan berisiko pada kelelawar pada tahun 2018.
Kolumnis Josh Rogin dalam tulisan tersebut mengatakan dia memperoleh korespondensi dari diplomat AS yang mengunjungi laboratorium WIV karena menerima dana AS untuk penelitian, dan khawatir tentang kelelawar yang mengirimkan virus ke manusia.
"Penelitian menunjukkan bahwa berbagai coronavirus seperti SARS dapat berinteraksi dengan ACE2 (Angiotensin-converting enzyme 2), reseptor manusia yang diidentifikasi untuk coronavirus SARS. Temuan ini sangat menunjukkan bahwa coronavirus seperti SARS dari kelelawar dapat ditularkan ke manusia untuk menyebabkan penyakit seperti SARS," bunyi kabel diplomatik yang dikutip dalam tulisan opini tersebut.
SARS adalah severe acute respiratory syndrome, penyakit penyerang pernapasan yang muncul di China selatan pada tahun 2002. Penyakit ini menginfeksi sekitar 8.000 orang dan membunuh 744.
Sedangkan virus corona baru atau COVID-19, menurut data worldometers, hingga sore ini (15/4/2020) telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 127.000 orang. Nama lain untuk COVID-19 adalah SARS-Cov-2.
Kasus infeksi pertama COVID-19 adalah di Wuhan pada Desember 2019. Namun, titik resmi asal virus masih belum diketahui. Hal itu tidak menghentikan banyak orang untuk meramaikan teori konspirasi yang menyebut bahwa virus corona baru kemungkinan "melarikan diri" dari laboratorium WIV.
Senator AS Tom Cotton berspekulasi pada Februari lalu bahwa virus terkait dengan laboratorium WIV yang terletak tidak jauh dari "pasar basah", tempat yang semula diduga sebagai asal virus. Klaim itu langsung dinyatakan salah oleh Beijing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lijian Zhao pada bulan lalu curiga balik bahwa virus kemungkinan datang dari AS. Argumen itu menyebabkan Departemen Luar Negeri Amerika memanggil Duta Besar China untuk Washington guna memberikan penjelasan. Pemerintah di Beijing tidak mendukung atau menyangkal komentar Zhao.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
Menurutnya, sejauh ini bukti yang ada tidak meyakinkan untuk mendukung rumor tersebut. Sebaliknya, dia meyakini bahwa virus yang sudah membunuh lebih dari 127.000 orang secara global ini muncul secara alami.
"Seharusnya tidak mengejutkan bagi Anda bahwa kami telah tertarik pada hal itu, dan kami telah memiliki banyak intelijen yang memperhatikan hal itu," kata Jenderal Milley pada sebuah konferensi pers pada hari Selasa waktu Washington.
"Pada titik ini tidak dapat disimpulkan, meskipun bobot bukti tampaknya menunjukkan hal yang alami, tetapi kami tidak tahu pasti," katanya lagi, seperti dikutip Russia Today, Rabu (15/4/2020).
Petugas medis topnya, Ahli Bedah Staf Gabungan Brigadir Jenderal Paul Freidrichs, dengan datar menjawab "tidak" ketika disodorkan pertanyaan yang sama pekan lalu.
Jenderal Milley tidak menyebut nama media yang berspekulasi tentang asal-usul virus corona baru. Namun, pada hari sebelumnya The Washington Postmenerbitkan sebuah opini yang menyebutkan Institut Virologi Wuhan (WIV) telah melakukan percobaan berisiko pada kelelawar pada tahun 2018.
Kolumnis Josh Rogin dalam tulisan tersebut mengatakan dia memperoleh korespondensi dari diplomat AS yang mengunjungi laboratorium WIV karena menerima dana AS untuk penelitian, dan khawatir tentang kelelawar yang mengirimkan virus ke manusia.
"Penelitian menunjukkan bahwa berbagai coronavirus seperti SARS dapat berinteraksi dengan ACE2 (Angiotensin-converting enzyme 2), reseptor manusia yang diidentifikasi untuk coronavirus SARS. Temuan ini sangat menunjukkan bahwa coronavirus seperti SARS dari kelelawar dapat ditularkan ke manusia untuk menyebabkan penyakit seperti SARS," bunyi kabel diplomatik yang dikutip dalam tulisan opini tersebut.
SARS adalah severe acute respiratory syndrome, penyakit penyerang pernapasan yang muncul di China selatan pada tahun 2002. Penyakit ini menginfeksi sekitar 8.000 orang dan membunuh 744.
Sedangkan virus corona baru atau COVID-19, menurut data worldometers, hingga sore ini (15/4/2020) telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 127.000 orang. Nama lain untuk COVID-19 adalah SARS-Cov-2.
Kasus infeksi pertama COVID-19 adalah di Wuhan pada Desember 2019. Namun, titik resmi asal virus masih belum diketahui. Hal itu tidak menghentikan banyak orang untuk meramaikan teori konspirasi yang menyebut bahwa virus corona baru kemungkinan "melarikan diri" dari laboratorium WIV.
Senator AS Tom Cotton berspekulasi pada Februari lalu bahwa virus terkait dengan laboratorium WIV yang terletak tidak jauh dari "pasar basah", tempat yang semula diduga sebagai asal virus. Klaim itu langsung dinyatakan salah oleh Beijing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lijian Zhao pada bulan lalu curiga balik bahwa virus kemungkinan datang dari AS. Argumen itu menyebabkan Departemen Luar Negeri Amerika memanggil Duta Besar China untuk Washington guna memberikan penjelasan. Pemerintah di Beijing tidak mendukung atau menyangkal komentar Zhao.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
(min)