China Tuding AS Ingin Bawa Dunia Kembali ke 'Zaman Hutan'
loading...
A
A
A
NEW YORK - China menuduh Amerika Serikat (AS) "memalsukan kebohongan" dan berusaha membawa dunia kembali ke "zaman hutan" setelah Washington menyalahkan Beijing dan badan-badan PBB atas pembunuhan jutaan bayi perempuan.
Menteri Pendidikan AS Betsy DeVos dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis, keduanya menuduh China memaksa Uighur dan minoritas lainnya untuk aborsi paksa, sterilisasi paksa, dan implantasi paksa perangkat kontrasepsi.(Baca juga: AS: China Harus Bersanding dengan Kami Jika Ingin Dianggap Kekuatan Besar )
Seorang juru bicara misi PBB China di New York mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pernyataan itu palsu belaka.
"Beberapa politisi AS berbohong dan menipu sebagai kebiasaan," kata juru bicara itu.
"Mereka dengan jahat menciptakan konfrontasi politik dan merusak kerja sama multilateral. Amerika Serikat, melawan tren zaman, menjadi penghancur terbesar tatanan internasional yang ada dan mencoba segala cara untuk membawa dunia kembali ke 'zaman hutan'," ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (3/10/2020).
Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) pada hari Jumat mengatakan menyesali tuduhan DeVos, yang dibuat pada pertemuan Majelis Umum PBB pada hari Kamis pada peringatan konferensi wanita 1995.
Direktur Eksekutif UNFPA Natalia Kanem mengatakan kepada wartawan bahwa setiap pemaksaan terhadap perempuan bertentangan dengan praktik dan kebijakan lembaga itu.
"Kami memberikan prioritas tertinggi pada kesehatan seksual dan reproduksi sukarela, hak, dan prosedur," katanya.
"Kami telah mengundang peninjauan, dalam kasus UNFPA, praktik dan prosedur kami di negara China, dan selama empat tahun terakhir, Amerika Serikat belum mengunjungi program kami," ia mengungkapkan.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memotong dana untuk UNFPA pada 2017, dengan mengatakan itu organisasi itu mendukung program aborsi paksa atau sterilisasi paksa. PBB pun mengatakan bahwa itu adalah persepsi yang tidak akurat.(Baca juga: Rusia Pilih Trump, China Dukung Biden )
Ketegangan antara AS dan China yang telah lama membara telah mencapai titik didih di PBB terkait pandemi virus Corona, menyoroti upaya Beijing untuk mendapatkan pengaruh multilateral yang lebih besar sebagai tantangan bagi kepemimpinan tradisional Washington.
Menteri Pendidikan AS Betsy DeVos dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis, keduanya menuduh China memaksa Uighur dan minoritas lainnya untuk aborsi paksa, sterilisasi paksa, dan implantasi paksa perangkat kontrasepsi.(Baca juga: AS: China Harus Bersanding dengan Kami Jika Ingin Dianggap Kekuatan Besar )
Seorang juru bicara misi PBB China di New York mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pernyataan itu palsu belaka.
"Beberapa politisi AS berbohong dan menipu sebagai kebiasaan," kata juru bicara itu.
"Mereka dengan jahat menciptakan konfrontasi politik dan merusak kerja sama multilateral. Amerika Serikat, melawan tren zaman, menjadi penghancur terbesar tatanan internasional yang ada dan mencoba segala cara untuk membawa dunia kembali ke 'zaman hutan'," ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (3/10/2020).
Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) pada hari Jumat mengatakan menyesali tuduhan DeVos, yang dibuat pada pertemuan Majelis Umum PBB pada hari Kamis pada peringatan konferensi wanita 1995.
Direktur Eksekutif UNFPA Natalia Kanem mengatakan kepada wartawan bahwa setiap pemaksaan terhadap perempuan bertentangan dengan praktik dan kebijakan lembaga itu.
"Kami memberikan prioritas tertinggi pada kesehatan seksual dan reproduksi sukarela, hak, dan prosedur," katanya.
"Kami telah mengundang peninjauan, dalam kasus UNFPA, praktik dan prosedur kami di negara China, dan selama empat tahun terakhir, Amerika Serikat belum mengunjungi program kami," ia mengungkapkan.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memotong dana untuk UNFPA pada 2017, dengan mengatakan itu organisasi itu mendukung program aborsi paksa atau sterilisasi paksa. PBB pun mengatakan bahwa itu adalah persepsi yang tidak akurat.(Baca juga: Rusia Pilih Trump, China Dukung Biden )
Ketegangan antara AS dan China yang telah lama membara telah mencapai titik didih di PBB terkait pandemi virus Corona, menyoroti upaya Beijing untuk mendapatkan pengaruh multilateral yang lebih besar sebagai tantangan bagi kepemimpinan tradisional Washington.
(ber)