Oxfam: Separuh Vaksin Covid-19 Dunia Sudah Dikuasai Negara-negara Kaya
loading...

Oxfam menuturkan, sekelompok kecil negara kaya telah membeli lebih dari setengah dari dosis vaksin Covid-19 potensial dari perusahaan farmasi terkemuka. Foto/REUTERS
A
A
A
NAIROBI - Sekelompok kecil negara kaya yang mewakili hanya 13 persen dari populasi dunia telah membeli lebih dari setengah dari dosis vaksin Covid-19 potensial dari perusahaan farmasi terkemuka. Hal itu disampaikan badan amal, Oxfam.
Oxfam menganalisis data yang dikumpulkan oleh Airfinity tentang kontrak yang sejauh ini yang dicapai oleh produsen vaksin dengan negara-negara di seluruh dunia tentang pembelian lima kandidat vaksin Covid-19 terkemuka, yang saat ini sedang dalam uji klinis fase 3. ( Baca juga: Putra Mahkota Bahrain Jadi 'Kelinci Percobaan' Vaksin Covid-19 )
"Negara-negara kaya yang mewakili hanya 13 persen dari populasi dunia telah memojokkan lebih dari setengah (51 persen) dari dosis yang dijanjikan dari kandidat vaksin Covid-19 terkemuka. Oxfam telah memperingatkan hal itu saat menteri kesehatan dan keuangan negara-negara G20 bertemu untuk membahas pandemi," kata badan tersebut.
Menurut Oxfam, para produsen ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat cukup vaksin bagi semua yang membutuhkannya. Bahkan, jika kelima vaksin berhasil, yang sangat tidak mungkin, hampir dua pertiga, atau 61 persen, populasi dunia tidak akan memilikinya hingga setidaknya tahun 2022.
"Perhitungan tersebut mengekspos sistem rusak yang melindungi monopoli dan keuntungan perusahaan farmasi dan menguntungkan negara-negara kaya, sementara secara artifisial membatasi produksi dan membuat sebagian besar populasi dunia menunggu lebih lama dari yang diperlukan untuk mendapatkan vaksin," ungkap badan yang berbasis di Nairobi, Kenya tersebut.
Oxfam, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (17/9/2020), mencatat bahwa meskipun perusahaan Amerika Serikat (AS), Moderna sejauh ini telah menjanjikan dosis vaksin masa depannya secara eksklusif kepada negara-negara kaya untuk mendapatkan keuntungan.
Sementara itu, AstraZeneca, jelas Oxfam, juga telah berjanji untuk menyediakan dua pertiga dosis untuk negara-negara berkembang. ( Baca juga: RI Gandeng UNICEF dan Genjot Kerja Sama demi Vaksin Covid-19 Murah )
"Oxfam dan organisasi lain di seluruh dunia menyerukan Vaksin Rakyat, tersedia untuk semua orang, gratis dan didistribusikan secara adil berdasarkan kebutuhan. Ini hanya akan mungkin jika perusahaan farmasi mengizinkan vaksin diproduksi seluas mungkin dengan membagikannya secara bebas. Pengetahuan yang bebas dari paten, alih-alih melindungi monopoli mereka dan menjual kepada penawar tertinggi," ungkapnya.
Oxfam menganalisis data yang dikumpulkan oleh Airfinity tentang kontrak yang sejauh ini yang dicapai oleh produsen vaksin dengan negara-negara di seluruh dunia tentang pembelian lima kandidat vaksin Covid-19 terkemuka, yang saat ini sedang dalam uji klinis fase 3. ( Baca juga: Putra Mahkota Bahrain Jadi 'Kelinci Percobaan' Vaksin Covid-19 )
"Negara-negara kaya yang mewakili hanya 13 persen dari populasi dunia telah memojokkan lebih dari setengah (51 persen) dari dosis yang dijanjikan dari kandidat vaksin Covid-19 terkemuka. Oxfam telah memperingatkan hal itu saat menteri kesehatan dan keuangan negara-negara G20 bertemu untuk membahas pandemi," kata badan tersebut.
Menurut Oxfam, para produsen ini tidak memiliki kapasitas untuk membuat cukup vaksin bagi semua yang membutuhkannya. Bahkan, jika kelima vaksin berhasil, yang sangat tidak mungkin, hampir dua pertiga, atau 61 persen, populasi dunia tidak akan memilikinya hingga setidaknya tahun 2022.
"Perhitungan tersebut mengekspos sistem rusak yang melindungi monopoli dan keuntungan perusahaan farmasi dan menguntungkan negara-negara kaya, sementara secara artifisial membatasi produksi dan membuat sebagian besar populasi dunia menunggu lebih lama dari yang diperlukan untuk mendapatkan vaksin," ungkap badan yang berbasis di Nairobi, Kenya tersebut.
Oxfam, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (17/9/2020), mencatat bahwa meskipun perusahaan Amerika Serikat (AS), Moderna sejauh ini telah menjanjikan dosis vaksin masa depannya secara eksklusif kepada negara-negara kaya untuk mendapatkan keuntungan.
Sementara itu, AstraZeneca, jelas Oxfam, juga telah berjanji untuk menyediakan dua pertiga dosis untuk negara-negara berkembang. ( Baca juga: RI Gandeng UNICEF dan Genjot Kerja Sama demi Vaksin Covid-19 Murah )
"Oxfam dan organisasi lain di seluruh dunia menyerukan Vaksin Rakyat, tersedia untuk semua orang, gratis dan didistribusikan secara adil berdasarkan kebutuhan. Ini hanya akan mungkin jika perusahaan farmasi mengizinkan vaksin diproduksi seluas mungkin dengan membagikannya secara bebas. Pengetahuan yang bebas dari paten, alih-alih melindungi monopoli mereka dan menjual kepada penawar tertinggi," ungkapnya.
(esn)
Lihat Juga :