Swiss Bersiap Hadapi Fase Terburuk Pandemi Corona

Minggu, 29 Maret 2020 - 02:35 WIB
Swiss Bersiap Hadapi...
Swiss Bersiap Hadapi Fase Terburuk Pandemi Corona
A A A
LOCARNO - Swiss lahir karena benturan lempengan Afrika dan Eropa bertabrakan di sini. Terciptalah gunung Matterhorn, Jungfaujoch, atau Castor. Ada juga lembah, danau, dan tentu saja barisan pegunungan Alpen lainnya. Kondisi geografis ini bukan hanya memisahkan Swiss dalam empat bahasa, tapi juga cuaca. Bagian utara hujan, bagian selatan bisa cerah.

Tapi, perbedaan geografis ini tidak membatasi berjangkitnya wabah Corona. “Siapkan semuanya, mumpung kalian masih punya waktu,“ tegas Luca Merlini, Direktur Rumah Sakit Carita, Locarno, Tessin, Swiss Selatan.

Locarno termasuk provinsi Swiss yang paling parah terkena wabah Corona. Tercatat, 67 pasien telah meninggal dan diprediksi akan bertambah. “Mumpung kalian masih punya waktu, siapkan semua di Swiss Utara,“ ulang Merlini.

Locarno, ibu kota Tessin, Swiss Selatan, berbatasan langsung dengan Italia Utara. Bahkan, Tessin berbudaya Italia. Ya bahasanya, ya makanannya. Intinya, inilah Swiss Italia. Dari Lucerne, Swiss Tengah, ke Tessin hanya makan waktu 2 jam, setelah menembus terowongan di perut pass San Gottardo. Sebelum lock down, inilah satu-satunya jalan dari Jerman, Belanda, Austria, dan kota Eropa Utara lainnya, menuju Italia. Begitu juga sebaliknya.

Epidemi Corona Italia disebut sebut berasal dari pertandingan sepak bola antara Atlanta Bergamo dan FC Valencia. Dari Suedtirol, perbatasan Austria dan Italia, khususnya Ischgl, juga wabah meledak. Ischgl adalah resor ski. Berdesakan saat makan siang atau malam adalah pemandangan sehari hari. Hal serupa juga terjadi di Verbier, kawasan Ski di Wallis. Wallis, yang berada di Swiss Barat, khususnya provinsi Waad, juga epidemi Crrona.

Tessin dan Waad sudah meledak wabahnya. Lucerne, yang berada di tengah-tengah masih dalam perkembangan akan meledak. Tercatat 200-an terinfeksi, 3 meninggal dan diprediksi akan terus bertambah. Total terinfeksi di Swiss sudah mencapai 10 ribu pasien, dengan kematian berjumlah 150 orang. Lucerne, dengan data itu, masih terbilang belum parah.

Bundesrat, kelompok pimpinan tertinggi Swiss, sudah menerapkan lockdown. Perbatasan ditutup. Pertemuan kelompok hanya boleh maksimal 5 orang. Denda 100 Swiss Franch jika melanggar. Toko, bioskop, museum, dan sejenisnya tutup. Restoran hanya boleh buka untuk take away.

Jalanan sepi. Lucerne, kota terbesar di Swiss Tengah, seperti kota mati. Turis hilang. Masuk tidak bisa, keluar juga sulit. Panti jompo tidak boleh dikunjungi, ruangannya juga disulap untuk persiapan wabah corona. Penghuninya juga seperti berada di penjara. Hanya bisa berkeliaran antara kamar, ruang makan, dan sedikit halaman.

Jika Swiss tidak menerapkan lockdown, diperkirakan akan terjadi malapetaka. Rumah sakit penuh, dan kematian akan bertambah. Saat ini baru mencapai 150 orang. Angka kematian ini akan terus melonjak hingga 3.500-an hingga akhir Juni.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0792 seconds (0.1#10.140)