Sosok Eks Putra Mahkota dan Adik Raja Salman yang Ditangkap Saudi

Sabtu, 07 Maret 2020 - 09:45 WIB
Sosok Eks Putra Mahkota...
Sosok Eks Putra Mahkota dan Adik Raja Salman yang Ditangkap Saudi
A A A
RIYADH - Aparat keamanan Kerajaan Arab Saudi menangkap tiga anggota senior keluarga kerajaan. Dua di antaranya yang ditangkap adalah adik Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud; Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan mantan putra mahkota; Mohammed bin Nayef.

Bangsawa ketiga yang ditangkap adalah saudara laki-laki Mohammad bin Nayef; Pangeran Nawaf bin Nayef. New York Times dalam laporannya, Sabtu (7/3/2020), menyebut penangkapan ketiga bangsawan senior Arab Saudi ini atas perintah Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MbS).

Laporan lain dari Wall Street Journal yang bersumber dari orang-orang Saudi yang memiliki koneksi dengan kerajaan mengatakan pada Jumat pagi kemarin, aparat dari pengadilan Kerajaan Saudi mengenakan penutup wajah dan berpakaian hitam tiba di rumah Mohammed bin Nayef dan saudaranya. Aparat menggeledeh rumah kedua bangsawan itu sebelum akhirnya membawa keduanya pergi.

Belum jelas alasan penangkapan ketiga bangsawan senior tersebut. Pemerintah Arab Saudi juga tidak mengumumkan penangkapan dan hingga saat ini belum mengonfirmasi penangkapan mereka. (Baca: Arab Saudi Tangkap Adik Raja Salman dan Eks Putra Mahkota )

Mohammed bin Nayef dan Pangeran Ahmed menjadi sosok bangsawan terkenal di lingkungan kerajaan. Siapa mereka? SINDOnews.com mengulas singkat profil mantan putra mahkota dan adik Raja Salman tersebut.

Mohammed bin Nayef


Mohammed bin Nayef, 60, secara mengejutkan dicopot dari statusnya sebagai Putra Mahkota atau calon raja Arab Saudi dalam sebuah perombakan kabinet tahun 2017 lalu. Padahal, dia pangeran yang disegani CIA atas perannya dalam perang melawan terorisme dan merupakan didikan FBI Amerika Serikat (AS).

Mohammed bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud adalah keponakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, penguasa Saudi saat ini. Posisinya sebagai Putra Mahkota digantikan oleh sepupunya, Mohammed bin Salman, yang tidak lain adalah putra Raja Salman.

Penyebab perombakan kabinet pada 21 Juni 2017 yang membuat Mohammed bin Nayef tersingkir masih misterius. Tak hanya dicopot dari posisinya sebagai Putra Mahkota, sosok “Pangeran Kontra-Terorisme” ini juga dibebaskan dari semua perannya, termasuk sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri.

”Saya puas,” ucap Pangeran Mohammed bin Nayef tentang penunjukan sepupunya sebagai pengganti posisinya kala itu. ”Saya akan beristirahat sekarang, semoga Tuhan membantu Anda,” katanya lagi, seperti dikutip Al Jazeera.

Mohammed bin Nayef memiliki pengalaman dalam pekerjaaan intelijen selama bertahun-tahun. Julukan sebagai “Pangeran Kontra-Terorisme” melakat padanya karena dia telah memainkan peran penting dalam kebijakan keamanan internal Saudi.

Sosoknya juga dikenal sebagai pemimpin paling pro-Amerika di antara kepemimpinan Saudi. Dia menjadi sosok utama dalam pertempuran melawan al-Qaeda.

Dia bersekolah di AS, yakni kuliah di Lewis & Clark College di Portland, Oregon. Pada akhir 1980-an, Mohammed bin Nayef belajar di Biro Investigasi Federal (FBI) sebelum menggantikan posisi ayahnya di Kementerian Dalam Negeri. Dia juga mengikuti kursus "anti-terorisme" di Scotland Yard Unit.

Sebelum serangan 11 September di AS, Mohammed bin Nayef telah mengembangkan hubungan dengan pejabat AS sebagai tokoh yang dihormati dalam "perang melawan terorisme".

Dia memimpin sebuah tindakan keras terhadap al-Qaeda di Arab Saudi antara tahun 2003 dan 2007. Badan Intelijen Pusat AS (CIA) menganggap Mohammed bin Nayef sebagai kunci untuk mengalahkan al-Qaeda.

George Tenet, mantan direktur CIA, menggambarkan Mohammed bin Nayef sebagai ”lawan bicaranya yang paling penting”.

Pada tahun 2009, Mohammed bin Nayef selamat dari upaya pembunuhan oleh al-Qaeda setelah setuju untuk bertemu dengan Abdallah Asiri, seorang anggota al-Qaeda yang membingkai dirinya sebagai mantan petempur yang bertobat. Selama pertemuan di Jeddah, Asiri meledakkan sebuah rompi bunuh diri, namun akhirnya hanya sedikit melukai Mohammed bin Nayef.

Sejak saat itu, Mohammed bin Nayef tetap tangguh dalam keamanan internal. Dia ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri pada tahun 2012 dan Wakil Perdana Menteri pada tahun 2015. Namun, semua jabatan itu kini dicopot.

Pada tahun 2017, Mohammed bin Nayef dianugerahi medali oleh direktur baru CIA, sebagai penghormatan atas kontribusinya terhadap kerja kontraterorismenya.

Pangeran Ahmed bin Abdulaziz


Adik Raja Salman yang berusia 70 tahun ini selama beberapa waktu terakhir dikenal sebagai sosok harapan besar anggota keluarga dan kritikus lain yang bisa menghalangi Putra Mahkota MbS untuk naik takhta.

Pangeran Ahmed pernah terlihat menentang Putra Mahkota MbS pada tahun 2018 ketika ia disapa oleh pengunjuk rasa di London yang meneriakkan penentangan terhadap perang Arab Saudi di Yaman.

"Apa hubungannya ini dengan Saud?," kata Pangeran Ahmed dalam komentar yang direkam video kala itu, merujuk pada keluarga Kerajaan Saudi. "Mereka yang bertanggung jawab adalah raja dan putra mahkotanya."

Tetapi Pangeran Ahmed kala itu dengan cepat menjelaskan bahwa dia tidak berniat untuk menentang MbS. Dia mengatakan komentarnya terhadap para demonstran di London telah disalahtafsirkan, dan sejak saat itu dia menjaga hubungan yang hangat dengan keponakannya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1094 seconds (0.1#10.140)