Media Zionis Tegaskan Israel Gagalkan Gencatan Senjata Gaza, Bukan Hamas
loading...

Warga Palestina yang mengungsi akibat pelanggaran gencatan senjata oleh Israel dan serangan lanjutan di Jalur Gaza, mendirikan tenda di lingkungan er-Rimal di Kota Gaza untuk berlindung pada 20 Maret 2025. Foto/Khames Alrefi/Anadolu Agency
A
A
A
TEL AVIV - Surat kabar Israel Haaretz menuduh pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menggagalkan perjanjian gencatan senjata Gaza, bukan Hamas.
“Israel, bukan Hamas, adalah pihak yang mencegah penerapan kesepakatan dan pemulangan para sandera,” ungkap Haaretz dalam tajuk rencana.
Tentara pendudukan Israel sekali lagi mulai menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara sejak Selasa, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, melukai ratusan orang, dan menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku pada bulan Januari.
Pemerintah mengklaim serangan itu diperbarui karena penolakan Hamas yang "berulang kali" terhadap semua proposal untuk memperpanjang gencatan senjata dan membebaskan tawanan Israel.
"Tetapi harus dikatakan, dengan lantang dan jelas, bahwa ini adalah kebohongan. Israel, bukan Hamas, yang melanggar perjanjian itu," ungkap komentar Haaretz.
Haaretz menegaskan, “Pada hari ke-16, para pihak seharusnya mulai membahas tahap kedua, yang seharusnya diakhiri dengan pembebasan semua sandera yang tersisa. Israel menolak.”
Haaretz mengatakan Israel juga mengingkari janjinya untuk menarik diri dari Koridor Philadelphia di perbatasan antara Gaza dan Mesir antara hari ke-42 dan ke-50 gencatan senjata.
“Selain itu, Israel mengumumkan mereka menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menutup penyeberangan perbatasan. Keputusan ini, seperti keputusan menteri energi untuk menghentikan pasokan listrik terbatas yang disediakan Israel ke Gaza, secara eksplisit melanggar komitmen Israel dalam perjanjian bahwa bantuan akan terus masuk selama pembicaraan pada tahap kedua sedang berlangsung,” papar media Zionis itu.
Tahap pertama kesepakatan berakhir pada awal Maret, tetapi Netanyahu menolak memasuki negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan tersebut.
Sebaliknya, dia ingin memperpanjang tahap pertama kesepakatan tersebut.
“Israel, bukan Hamas, adalah pihak yang mencegah penerapan kesepakatan dan pemulangan para sandera,” ungkap Haaretz dalam tajuk rencana.
Tentara pendudukan Israel sekali lagi mulai menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara sejak Selasa, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, melukai ratusan orang, dan menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku pada bulan Januari.
Pemerintah mengklaim serangan itu diperbarui karena penolakan Hamas yang "berulang kali" terhadap semua proposal untuk memperpanjang gencatan senjata dan membebaskan tawanan Israel.
"Tetapi harus dikatakan, dengan lantang dan jelas, bahwa ini adalah kebohongan. Israel, bukan Hamas, yang melanggar perjanjian itu," ungkap komentar Haaretz.
Haaretz menegaskan, “Pada hari ke-16, para pihak seharusnya mulai membahas tahap kedua, yang seharusnya diakhiri dengan pembebasan semua sandera yang tersisa. Israel menolak.”
Haaretz mengatakan Israel juga mengingkari janjinya untuk menarik diri dari Koridor Philadelphia di perbatasan antara Gaza dan Mesir antara hari ke-42 dan ke-50 gencatan senjata.
“Selain itu, Israel mengumumkan mereka menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menutup penyeberangan perbatasan. Keputusan ini, seperti keputusan menteri energi untuk menghentikan pasokan listrik terbatas yang disediakan Israel ke Gaza, secara eksplisit melanggar komitmen Israel dalam perjanjian bahwa bantuan akan terus masuk selama pembicaraan pada tahap kedua sedang berlangsung,” papar media Zionis itu.
Tahap pertama kesepakatan berakhir pada awal Maret, tetapi Netanyahu menolak memasuki negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan tersebut.
Sebaliknya, dia ingin memperpanjang tahap pertama kesepakatan tersebut.
Lihat Juga :