9.000 Warga Suriah Berlindung dari Kekerasan Sektarian di Pangkalan Udara Rusia
loading...

Pasukan keamanan Suriah terlihat di jalan raya Tartous-Latakia di provinsi Latakia, Suriah barat laut, pada 7 Maret 2025, dalam perang sektarian terbaru. Foto/Str/Xinhua
A
A
A
MOSKOW - Pangkalan udara Rusia di Hmeimim, Suriah, melindungi sekitar 9.000 orang yang mencari perlindungan dari gelombang kekerasan sektarian.
Kabar itu diungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova pada hari Kamis (13/3/2025), dilansir Reuters.
Hmeimim adalah salah satu dari dua pangkalan militer di Suriah yang diharapkan Rusia untuk dipertahankan meskipun sekutunya, mantan presiden Bashar Al-Assad, digulingkan pemberontak Suriah pada bulan Desember.
"Mereka mencari perlindungan, hanya memahami bahwa ini adalah masalah hidup dan mati," ujar Zakharova kepada wartawan.
Dia menambahkan, sebagian besar warga sipil yang berlindung di sana adalah wanita dan anak-anak.
Kekerasan sektarian di Suriah telah mengadu pasukan keamanan pemerintah sementara melawan pejuang dari minoritas Alawite Assad.
Ratusan warga sipil Alawite tewas dalam apa yang dikatakan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia sebagai pembalasan setelah serangan terhadap pasukan keamanan.
Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa mengatakan pembunuhan terhadap kaum Alawi "mengancam persatuan Suriah."
Jatuhnya Assad, yang telah didukung Moskow selama bertahun-tahun dalam perang saudara Suriah, telah memberikan pukulan berat bagi kepentingannya di Timur Tengah.
Rusia berusaha membangun hubungan dengan kepemimpinan baru Suriah di bawah Al-Sharaa.
Sementara itu, masa depan pangkalan Hmeimim dan fasilitas angkatan laut Tartus masih belum jelas.
Zakharova mengatakan Rusia melakukan segala hal untuk menjamin keselamatan warga negaranya dan fasilitasnya di Suriah, dan secara aktif berhubungan dengan negara-negara Arab, Turki, dan Iran untuk mencoba memastikan stabilisasi jangka panjang negara tersebut.
“Rusia terkejut dengan kekerasan tersebut dan berharap para pelaku akan dihukum,” pungkas dia.
Kabar itu diungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova pada hari Kamis (13/3/2025), dilansir Reuters.
Hmeimim adalah salah satu dari dua pangkalan militer di Suriah yang diharapkan Rusia untuk dipertahankan meskipun sekutunya, mantan presiden Bashar Al-Assad, digulingkan pemberontak Suriah pada bulan Desember.
"Mereka mencari perlindungan, hanya memahami bahwa ini adalah masalah hidup dan mati," ujar Zakharova kepada wartawan.
Dia menambahkan, sebagian besar warga sipil yang berlindung di sana adalah wanita dan anak-anak.
Kekerasan sektarian di Suriah telah mengadu pasukan keamanan pemerintah sementara melawan pejuang dari minoritas Alawite Assad.
Ratusan warga sipil Alawite tewas dalam apa yang dikatakan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia sebagai pembalasan setelah serangan terhadap pasukan keamanan.
Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa mengatakan pembunuhan terhadap kaum Alawi "mengancam persatuan Suriah."
Jatuhnya Assad, yang telah didukung Moskow selama bertahun-tahun dalam perang saudara Suriah, telah memberikan pukulan berat bagi kepentingannya di Timur Tengah.
Rusia berusaha membangun hubungan dengan kepemimpinan baru Suriah di bawah Al-Sharaa.
Sementara itu, masa depan pangkalan Hmeimim dan fasilitas angkatan laut Tartus masih belum jelas.
Zakharova mengatakan Rusia melakukan segala hal untuk menjamin keselamatan warga negaranya dan fasilitasnya di Suriah, dan secara aktif berhubungan dengan negara-negara Arab, Turki, dan Iran untuk mencoba memastikan stabilisasi jangka panjang negara tersebut.
“Rusia terkejut dengan kekerasan tersebut dan berharap para pelaku akan dihukum,” pungkas dia.
(sya)
Lihat Juga :