Raja Yordania Abdullah bertemu Trump, Apa Saja Hasilnya?
loading...

Presiden AS Donald Trump bersama Raja Yordania Abdullah II di Gedung Putih pada 11 Februari 2025, di Washington. Foto/Gedung Putih
A
A
A
WASHINGTON - Raja Yordania Abdullah II menjadi pemimpin Arab pertama yang bertemu Donald Trump di Gedung Putih sejak masa jabatan kedua presiden Amerika Serikat (AS) itu dimulai pada 20 Januari.
Namun, pertemuan hari Selasa (11/2/2025) dengan Trump menempatkan Raja Abdullah dalam situasi yang sulit.
Meskipun Yordania dan AS secara historis memiliki hubungan yang kuat, Trump telah berulang kali menekan Abdullah dan pemerintahannya untuk menerima pengungsi Palestina dari Gaza yang dilanda perang, tempat Israel telah melakukan serangan militer sejak Oktober 2023.
Sementara itu, AS telah mengatakan akan "mengambil alih" dan "memiliki" Gaza yang kosong dari penduduknya, usulan yang menurut para kritikus akan sama dengan pembersihan etnis.
"Itu bukan hal yang rumit untuk dilakukan," ujar Trump lagi pada hari Selasa.
Dia menjelaskan, "Dengan Amerika Serikat yang mengendalikan sebidang tanah itu, sebidang tanah yang cukup luas itu, Anda akan mendapatkan stabilitas di Timur Tengah untuk pertama kalinya."
Baik Yordania maupun sekutunya Mesir menolak menerima pengungsi Palestina yang dipaksa pindah.
Pertemuan Abdullah terjadi saat gencatan senjata baru-baru ini di Gaza terancam gagal. Israel mengancam, berdasarkan pernyataan Trump sendiri, untuk memulai kembali pengeboman pada hari Sabtu jika kelompok Palestina Hamas tidak membebaskan semua tawanan pada hari Sabtu.
Namun Abdullah menghindari untuk secara langsung menentang Trump selama pertemuan mereka, dan malah menyinggung rencana masa depan dari Mesir.
Berikut adalah beberapa hal penting dari pertemuan antara Abdullah dan Trump.
Namun, pertemuan hari Selasa (11/2/2025) dengan Trump menempatkan Raja Abdullah dalam situasi yang sulit.
Meskipun Yordania dan AS secara historis memiliki hubungan yang kuat, Trump telah berulang kali menekan Abdullah dan pemerintahannya untuk menerima pengungsi Palestina dari Gaza yang dilanda perang, tempat Israel telah melakukan serangan militer sejak Oktober 2023.
Sementara itu, AS telah mengatakan akan "mengambil alih" dan "memiliki" Gaza yang kosong dari penduduknya, usulan yang menurut para kritikus akan sama dengan pembersihan etnis.
"Itu bukan hal yang rumit untuk dilakukan," ujar Trump lagi pada hari Selasa.
Dia menjelaskan, "Dengan Amerika Serikat yang mengendalikan sebidang tanah itu, sebidang tanah yang cukup luas itu, Anda akan mendapatkan stabilitas di Timur Tengah untuk pertama kalinya."
Baik Yordania maupun sekutunya Mesir menolak menerima pengungsi Palestina yang dipaksa pindah.
Pertemuan Abdullah terjadi saat gencatan senjata baru-baru ini di Gaza terancam gagal. Israel mengancam, berdasarkan pernyataan Trump sendiri, untuk memulai kembali pengeboman pada hari Sabtu jika kelompok Palestina Hamas tidak membebaskan semua tawanan pada hari Sabtu.
Namun Abdullah menghindari untuk secara langsung menentang Trump selama pertemuan mereka, dan malah menyinggung rencana masa depan dari Mesir.
Berikut adalah beberapa hal penting dari pertemuan antara Abdullah dan Trump.
Lihat Juga :