Eks Letkol AS Dukung Klaim Houthi Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika, Ini 3 Alasannya

Selasa, 24 Desember 2024 - 10:44 WIB
loading...
Eks Letkol AS Dukung...
Pensiunan Letkol AS Karen Kwiatkowski mendukung klaim Houthi tembak jatuh jet tempur F/A-18 Amerika Serikat di atas Laut Merah. Foto/US Navy
A A A
WASHINGTON - Kelompok Ansar Allah atau Houthi Yaman telah mengeklaim bertanggung jawab atas penembakan jatuh jet tempur F/A-18 Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di atas Laut Merah pada hari Minggu lalu.

Namun, Komando Pusat (CENTCOM) AS menyatakan bahwa pesawat tempur itu jatuh oleh insiden "friendly-fire” dari kapal perang USS Gettysburg.

Baik jet tempur F/A-18 maupun kapal perang USS Gettysburg sama-sama bagian dari Kelompok Serang Kapal Induk USS Harry S Truman yang sedang menyerang kelompok Houthi saat insiden itu terjadi.



Pensiunan Letnan Kolonel (Letkol) Angkatan Udara AS Karen Kwiatkowski justru mendukung klaim Houthi dan meragukan pernyataan CENTCOM.

"Kami tahu Houthi sudah terbiasa berperang, sangat tangguh, cerdas, dan termotivasi," kata Kwiatkowski kepada Sputnik, Selasa (24/12/2024) saat mengomentari klaim kelompok milisi pro-Iran itu menjatuhkan pesawat tempur AS.

"Mereka memiliki berbagai macam pesawat nirawak dan rudal hipersonik, dan mereka berperang dalam waktu lama karena alasan-alasan mendasar, khususnya untuk membebaskan dunia Arab dari dominasi Israel, NATO, dan AS,” paparnya.

Dia memiliki tiga alasan untuk meragukan pernyataan CENTCOM atas jatuhnya jet tempur tersebut.

Pertama, Pentagon biasanya menghindari mengakui insiden “friendly-fire” karena rasa malu. Pengakuan cepat setelah kecelakaan itu menunjukkan bahwa kebenaran mungkin lebih memalukan.

Kedua, insiden itu diremehkan dan tidak dilaporkan media domestik Amerika, selain perihal keselamatan kedua pilot.

Ketiga, ada bukti yang dikonfirmasi tentang kemampuan Houthi untuk menyerang kapal, pesawat nirawak, dan pesawat yang bergerak lambat di Laut Merah selama 15 bulan terakhir.



Bagaimana Houthi Bisa Tembak Jatuh Jet Tempur AS?


Kwiatkowski mencatat bahwa F/A-18 diserang tak lama setelah lepas landas, saat kecepatan dan ketinggian pesawat meningkat.

"Kemungkinan besar tindakan pencegahan pada F/A-18 tidak dapat digunakan segera setelah lepas landas dan pada ketinggian saat pesawat itu ditembak," paparnya.

"Keamanan saat lepas landas adalah tanggung jawab utama kelompok tempur kapal induk,”ujarn Kwiatkowski.

Selain itu, jika serangan rudal Houthi terdeteksi, ada kemungkinan sistem pertahanan AS mencoba menghindari tembakan dari pihak yang bersahabat. Algoritma ini mungkin memungkinkan rudal atau pesawat nirawak menemukan targetnya begitu dekat dengan USS Harry Truman, di dalam zona yang bersahabat dengan AS.

Mengapa Angkatan Laut AS Remehkan Ancaman Rudal Houthi?


Menurut Kwiatkowski, alasan utama untuk meremehkan adalah bahwa Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS sudah tua, terlalu banyak bekerja untuk jenis misi global yang dituntut oleh politisinya, dan mengalami demoralisasi oleh politik “perang” dan kepemimpinan militer yang sangat buruk.

"Postur ofensif Angkatan Laut AS—12 Kelompok Serang Kapal Induk nuklir dengan pengawalan kapal selam terkait—telah menjadi target global dan sasaran empuk teknologi, yang sulit dioperasikan, mahal dioperasikan, dan sulit dipertahankan,” papar mantan analis Pentagon tersebut.

Menurutnya, perubahan yang dibutuhkan ditentang oleh kepemimpinan militer dan politik AS saat ini.

"Ini adalah akhir dari model ini, dan saatnya untuk postur militer AS yang baru yang sesuai dengan cara dan tujuan konstitusionalnya yang sebenarnya. Dan, berani saya katakan pada saat ini, sebuah dorongan untuk perdamaian," pungkas Kwiatkowski.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0972 seconds (0.1#10.140)