Eks Panglima Militer Ukraina Sebut Eropa Tak Siap Perang Melawan Rusia, Ini Alasannya

Minggu, 24 November 2024 - 11:52 WIB
loading...
Eks Panglima Militer...
Mantan Panglima Militer Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny sebut negara-negara Eropa tidak siap menghadapi konfrontasi militer yang berkepanjangan dengan Rusia. Foto/UNIAN
A A A
LONDON - Mantan Panglima Militer Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny mengatakan negara-negara Eropa tidak siap menghadapi konfrontasi militer yang berkepanjangan dengan Rusia.

Alasannya, kata Zaluzhny, karena persediaan rudal pertahanan udara mereka yang mahal tidak cukup untuk konflik berintensitas tinggi.

Mantan jenderal tertinggi Kyiv yang sekarang menjadi Duta Besar Ukraina untuk Inggris tersebut membuat pernyataan itu dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Ukrainskaya Pravda yang diterbitkan pada hari Sabtu.



Pada bulan Oktober, lebih dari 1.800 pesawat nirawak dan rudal Rusia menargetkan jaringan listrik Ukraina, dan pada bulan November jumlah tersebut telah melampaui 3.000 unit, menurut Zaluzhny.

“Apakah negara-negara Eropa, atau bahkan Inggris, saat ini memiliki 5.000 rudal untuk sistem Patriot guna mencegat bom berpemandu? Saya agak meragukannya,” kata Zaluzhny.

“Jika kita berbicara tentang operasi militer jangka pendek, negara-negara Eropa kemungkinan besar sudah siap. Namun inti dari pertanyaannya adalah apakah mereka siap untuk perang yang menguras tenaga,” paparnya.

“Dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa mereka tampaknya belum siap,” imbuh dia.

Zaluzhny menekankan bahwa meskipun pertahanan udara diperlukan untuk menghadapi sejumlah besar target dalam konflik yang berlarut-larut, stok rudal pencegat selalu terbatas, dan memproduksi yang baru mahal dan rumit.

Setiap rudal pencegat PAC-3 yang digunakan dalam sistem pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat (AS) menghabiskan biaya sekitar USD4 juta, menurut sumber militer AS.

Rusia baru-baru ini mengintensifkan serangannya terhadap fasilitas industri militer Ukraina dan infrastruktur energi penting sebagai balasan atas serangan lintas batas Kyiv dan serangan terhadap infrastruktur sipil dan fasilitas minyak Rusia.

Pada hari Kamis, Moskow menggunakan rudal hipersonik jarak menengah barunya, Oreshnik, untuk pertama kalinya terhadap kompleks industri Yuzhmash di Dnipro—fasilitas manufaktur kedirgantaraan yang diwarisi dari Uni Soviet yang telah digunakan Ukraina untuk produksi rudal.

Serangan itu merupakan tindakan balasan atas penggunaan rudal yang dipasok Barat terhadap wilayah Rusia yang diakui secara internasional.

Menurut Kremlin, senjata semacam itu tidak dapat digunakan oleh Ukraina tanpa keterlibatan langsung personel militer Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa tidak ada sistem pertahanan udara yang saat ini tersedia atau sedang dikembangkan di negara-negara Barat yang dapat mencegat misil Oreshnik.

Dia memperingatkan bahwa Moskow berhak menyerang target militer negara asing yang mengizinkan penggunaan senjata mereka melawan Rusia.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2378 seconds (0.1#10.140)