Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Joe Biden tidak takut menyeret Amerika Serikat (AS) ke dalam perang dengan Rusia, dan bersedia mengambil risiko untuk menggagalkan masa jabatan presiden Donald Trump di masa mendatang dan peluang penyelesaian damai atas konflik Ukraina.
Pendapat itu diungkap mantan analis CIA Larry Johnson kepada RT.
Pada hari Kamis, militer Rusia meluncurkan rudal balistik hipersonik barunya, yang dijuluki 'Oreshnik' (Hazel), terhadap fasilitas industri di Ukraina.
Presiden Vladimir Putin menggambarkan serangan itu sebagai peringatan bagi Barat sebagai tanggapan atas "tindakan agresif negara-negara anggota NATO," khususnya persetujuan Washington bagi Kiev untuk menggunakan rudal ATACMS-nya untuk serangan di dalam perbatasan Rusia sebelum tahun 2014.
Dalam wawancara dengan RT, Johnson berpendapat Biden meningkatkan konflik Ukraina untuk "mempermalukan" Presiden terpilih Trump, yang telah sesumbar dia dapat menyelesaikan situasi tersebut dalam 24 jam.
"Kemungkinan yang lebih ekstrem adalah dia berharap untuk memprovokasi perang yang akan memberlakukan darurat militer di Amerika Serikat dan membuat Trump tidak mungkin menjabat pada 20 Januari," ungkap Johnson.
Dia memperingatkan, "Orang-orang ini tidak bertindak demi kepentingan keamanan nasional AS atau perdamaian dunia."
“Trump tidak dapat berbuat banyak saat ini selain berbicara dengan tegas dan menuntut agar pemerintahan Biden mengundurkan diri, tetapi mereka tidak akan kehilangan apa pun," ujar dia.
"Mereka sudah kalah. Ini seperti seseorang yang didiagnosis dengan penyakit terminal (mematikan); mereka bersedia mengambil risiko yang mungkin tidak pernah mereka ambil sebelumnya," papar Johnson.
Johnson menegaskan, "Dia (Biden) akan dicopot dari jabatannya dalam waktu dua bulan. Mengapa dia peduli? Maksud saya, dia seperti pelaku bom bunuh diri saat ini."
Johnson berpendapat Barat sama sekali salah paham dan meremehkan kemampuan dan kemauan Rusia untuk menanggapi, karena kombinasi "bias konfirmasi dan bias pelaporan di sisi intelijen."
"Terus terang, saya kagum dengan kesabaran otoritas Rusia dalam menghadapi ini," ungkap dia.
Dia menjelaskan, “Mari kita balikkan keadaan: jika Rusia memasok rudal kepada geng-geng narkotika Meksiko yang diluncurkan ke wilayah AS di sepanjang perbatasan Texas-Meksiko, atau Arizona, atau New Mexico, Amerika Serikat akan menganggapnya sebagai tindakan perang dan segera membalas. Namun, kita pikir kita dapat melakukan itu kepada Rusia, dan Rusia harus hanya duduk diam dan menerimanya.”
“Vladimir Putin mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada Amerika Serikat dan Eropa bahwa Rusia sekarang memiliki kemampuan menanggapi dengan sistem persenjataan yang tidak dapat dilawan oleh Barat, sistem persenjataan yang dapat menjangkau Inggris Raya, yang dapat menjangkau mana saja di Eropa. Dan Rusia siap melakukannya jika Inggris dan Prancis tetap menggunakan rudal yang diluncurkan ke wilayah Rusia,” tegas dia.
Pendapat itu diungkap mantan analis CIA Larry Johnson kepada RT.
Pada hari Kamis, militer Rusia meluncurkan rudal balistik hipersonik barunya, yang dijuluki 'Oreshnik' (Hazel), terhadap fasilitas industri di Ukraina.
Presiden Vladimir Putin menggambarkan serangan itu sebagai peringatan bagi Barat sebagai tanggapan atas "tindakan agresif negara-negara anggota NATO," khususnya persetujuan Washington bagi Kiev untuk menggunakan rudal ATACMS-nya untuk serangan di dalam perbatasan Rusia sebelum tahun 2014.
Dalam wawancara dengan RT, Johnson berpendapat Biden meningkatkan konflik Ukraina untuk "mempermalukan" Presiden terpilih Trump, yang telah sesumbar dia dapat menyelesaikan situasi tersebut dalam 24 jam.
"Kemungkinan yang lebih ekstrem adalah dia berharap untuk memprovokasi perang yang akan memberlakukan darurat militer di Amerika Serikat dan membuat Trump tidak mungkin menjabat pada 20 Januari," ungkap Johnson.
Dia memperingatkan, "Orang-orang ini tidak bertindak demi kepentingan keamanan nasional AS atau perdamaian dunia."
“Trump tidak dapat berbuat banyak saat ini selain berbicara dengan tegas dan menuntut agar pemerintahan Biden mengundurkan diri, tetapi mereka tidak akan kehilangan apa pun," ujar dia.
"Mereka sudah kalah. Ini seperti seseorang yang didiagnosis dengan penyakit terminal (mematikan); mereka bersedia mengambil risiko yang mungkin tidak pernah mereka ambil sebelumnya," papar Johnson.
Johnson menegaskan, "Dia (Biden) akan dicopot dari jabatannya dalam waktu dua bulan. Mengapa dia peduli? Maksud saya, dia seperti pelaku bom bunuh diri saat ini."
Johnson berpendapat Barat sama sekali salah paham dan meremehkan kemampuan dan kemauan Rusia untuk menanggapi, karena kombinasi "bias konfirmasi dan bias pelaporan di sisi intelijen."
"Terus terang, saya kagum dengan kesabaran otoritas Rusia dalam menghadapi ini," ungkap dia.
Dia menjelaskan, “Mari kita balikkan keadaan: jika Rusia memasok rudal kepada geng-geng narkotika Meksiko yang diluncurkan ke wilayah AS di sepanjang perbatasan Texas-Meksiko, atau Arizona, atau New Mexico, Amerika Serikat akan menganggapnya sebagai tindakan perang dan segera membalas. Namun, kita pikir kita dapat melakukan itu kepada Rusia, dan Rusia harus hanya duduk diam dan menerimanya.”
“Vladimir Putin mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada Amerika Serikat dan Eropa bahwa Rusia sekarang memiliki kemampuan menanggapi dengan sistem persenjataan yang tidak dapat dilawan oleh Barat, sistem persenjataan yang dapat menjangkau Inggris Raya, yang dapat menjangkau mana saja di Eropa. Dan Rusia siap melakukannya jika Inggris dan Prancis tetap menggunakan rudal yang diluncurkan ke wilayah Rusia,” tegas dia.
(sya)