Hadapi Perang dengan Israel, Iran Tingkatkan Anggaran Militer hingga 200 Persen
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran berencana untuk melipatgandakan anggaran militernya. Itu terjadi saat ketegangan dengan Israel meningkat di tengah serangan militer Israel di Gaza dan Lebanon.
"Peningkatan anggaran pertahanan yang direncanakan merupakan bagian dari proposal yang diajukan oleh pemerintah ke parlemen untuk disetujui," kata Fatemeh Mohajerani, juru bicara pemerintah, dilansir Al Jazeera.
"Peningkatan yang cukup besar hingga 200 persen telah disaksikan dalam anggaran pertahanan negara," kata Mohajerani, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Anggaran yang diusulkan akan dibahas, dengan anggota parlemen diharapkan menyelesaikannya pada Maret 2025.
Pengeluaran militer Iran pada tahun 2023 adalah sekitar USD10,3 miliar, menurut lembaga pemikir Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Sebagai perbandingan, Israel menghabiskan YSD27,5 miliar untuk militer pada tahun 2023.
Dewan Hubungan Luar Negeri, sebuah lembaga pemikir yang berkantor pusat di Washington, DC, mengatakan Amerika Serikat memberikan sedikitnya USD12,5 miliar dalam bentuk bantuan militer kepada Israel dari 7 Oktober 2023 hingga April 2024.
Pada tahun 2022, pengeluaran Iran untuk militernya adalah USD6,85 miliar, menurut data terbaru yang diterbitkan oleh Bank Dunia.
Pada hari Sabtu, militer Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan militer di Iran, menghantam sekitar 20 lokasi selama beberapa jam di Ilam, Khuzestan dan Teheran, menewaskan empat tentara.
Melaporkan dari Teheran, Resul Serdar dari Al Jazeera mengatakan "rasa urgensi" meningkat di Iran menyusul serangan "di wilayahnya sendiri untuk pertama kalinya sejak Perang Iran-Irak pada 1980-an".
Respons Israel sudah lama diharapkan setelah Iran meluncurkan rentetan rudal dan pesawat nirawak ke Israel pada 1 Oktober, menembakkan sekitar 200 proyektil. Iran mengatakan serangan itu sebagai balasan atas serangan dalam beberapa bulan terakhir yang menewaskan para pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, kelompok Palestina Hamas, dan militer Iran.
Dengan meningkatnya serangan Israel dan tekanan pada Hizbullah yang berpihak pada Iran, Serdar mengatakan, "Doktrin pertahanan Teheran adalah menjauhkan perang dari Iran, apa pun yang terjadi", seraya menambahkan, "Sekarang, doktrin pertahanan itu menghadapi tantangan yang luar biasa karena pejabat Iran melihat kemungkinan perang konvensional di dalam negeri ... itu semakin menjadi kenyataan."
Pada hari Senin, Iran mengatakan akan "menggunakan semua alat yang tersedia" untuk menanggapi serangan Israel pada akhir pekan terhadap target militer.
AS memperingatkan Iran tentang "konsekuensi berat" jika melakukan tindakan agresif lebih lanjut terhadap Israel.
"Kami tidak akan ragu untuk bertindak membela diri. Jangan sampai ada kebingungan. Kami percaya ini harus menjadi akhir dari baku tembak langsung antara Israel dan Iran," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, kepada Dewan Keamanan PBB.
"Peningkatan anggaran pertahanan yang direncanakan merupakan bagian dari proposal yang diajukan oleh pemerintah ke parlemen untuk disetujui," kata Fatemeh Mohajerani, juru bicara pemerintah, dilansir Al Jazeera.
"Peningkatan yang cukup besar hingga 200 persen telah disaksikan dalam anggaran pertahanan negara," kata Mohajerani, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Anggaran yang diusulkan akan dibahas, dengan anggota parlemen diharapkan menyelesaikannya pada Maret 2025.
Pengeluaran militer Iran pada tahun 2023 adalah sekitar USD10,3 miliar, menurut lembaga pemikir Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Sebagai perbandingan, Israel menghabiskan YSD27,5 miliar untuk militer pada tahun 2023.
Dewan Hubungan Luar Negeri, sebuah lembaga pemikir yang berkantor pusat di Washington, DC, mengatakan Amerika Serikat memberikan sedikitnya USD12,5 miliar dalam bentuk bantuan militer kepada Israel dari 7 Oktober 2023 hingga April 2024.
Pada tahun 2022, pengeluaran Iran untuk militernya adalah USD6,85 miliar, menurut data terbaru yang diterbitkan oleh Bank Dunia.
Pada hari Sabtu, militer Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan militer di Iran, menghantam sekitar 20 lokasi selama beberapa jam di Ilam, Khuzestan dan Teheran, menewaskan empat tentara.
Melaporkan dari Teheran, Resul Serdar dari Al Jazeera mengatakan "rasa urgensi" meningkat di Iran menyusul serangan "di wilayahnya sendiri untuk pertama kalinya sejak Perang Iran-Irak pada 1980-an".
Respons Israel sudah lama diharapkan setelah Iran meluncurkan rentetan rudal dan pesawat nirawak ke Israel pada 1 Oktober, menembakkan sekitar 200 proyektil. Iran mengatakan serangan itu sebagai balasan atas serangan dalam beberapa bulan terakhir yang menewaskan para pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, kelompok Palestina Hamas, dan militer Iran.
Dengan meningkatnya serangan Israel dan tekanan pada Hizbullah yang berpihak pada Iran, Serdar mengatakan, "Doktrin pertahanan Teheran adalah menjauhkan perang dari Iran, apa pun yang terjadi", seraya menambahkan, "Sekarang, doktrin pertahanan itu menghadapi tantangan yang luar biasa karena pejabat Iran melihat kemungkinan perang konvensional di dalam negeri ... itu semakin menjadi kenyataan."
Pada hari Senin, Iran mengatakan akan "menggunakan semua alat yang tersedia" untuk menanggapi serangan Israel pada akhir pekan terhadap target militer.
AS memperingatkan Iran tentang "konsekuensi berat" jika melakukan tindakan agresif lebih lanjut terhadap Israel.
"Kami tidak akan ragu untuk bertindak membela diri. Jangan sampai ada kebingungan. Kami percaya ini harus menjadi akhir dari baku tembak langsung antara Israel dan Iran," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, kepada Dewan Keamanan PBB.
(ahm)