Jet Tempur F-16 Ukraina Dilaporkan Tembak Jatuh Pesawat Su-34 Rusia untuk Pertama Kalinya
loading...
A
A
A
KYIV - Sebuah jet tempur 16 Ukraina dilaporkan telah menembak jatuh pesawat pengebom tempur supersonik Su-34 Rusia untuk pertama kalinya pada Sabtu kemarin.
Salah satu saluran Telegram pro-Rusia yang melaporkan insiden tersebut, Fighterbomber, telah membagikan penghormatan yang jelas untuk Su-34 yang jatuh dengan foto hitam putih pesawat multiperan itu dengan keterangan: "The earth is the sky, brothers".
Kementerian Pertahanan Rusia belum membuat pernyataan resmi tentang laporan jatuhnya Su-34 pada hari Sabtu. Kementerian Pertahanan Ukraina juga belum berkomentar.
Namun, saluran Telegram pro-Moskow lainnya telah memberikan rincian tambahan, mengeklaim pesawat Su-34 ditembak jatuh sekitar 50 km (30 mil) dari garis depan, dan bahwa F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat (AS)-lah yang menjatuhkan pesawat Rusia tersebut.
Saluran-saluran Telegram itu melaporkan bahwa pilot S-34 Rusia tidak selamat.
Anggota NATO; Belgia, Denmark, Belanda, dan Norwegia semuanya telah berjanji awal tahun ini untuk menyediakan lebih dari 90 unit F-16 setelah Presiden AS Joe Biden menyetujui pengalihan pesawat tempur multiperan buatan Amerika tersebut.
Selusin pesawat F-16 pertama tiba di Ukraina pada bulan Agustus. Meskipun F-16 Fighting Falcon telah digunakan untuk melawan serangan rudal dan pesawat nirawak Rusia, jika dikonfirmasi, ini akan menandai pertama kalinya pesawat buatan Amerika tersebut mencetak kemenangan udara melawan pesawat tempur berawak Rusia.
Pesawat serang multiperan Sukhoi Su-34 adalah pesawat pengebom tempur supersonik jarak menengah segala cuaca, bermesin ganda, dan berkursi ganda, yang awalnya dikembangkan untuk Angkatan Udara Soviet pada tahun 1980-an. Pesawat ini merupakan salah satu dari banyak program Kremlin yang terpaksa ditunda menyusul pembubaran Uni Soviet dan krisis ekonomi yang menyusulnya.
Program ini kemudian dihidupkan kembali dan Su-34 secara resmi mulai beroperasi pada tahun 2014. Pesawat ini dianggap sebagai salah satu pesawat tempur Kremlin yang paling tangguh, dan kehilangannya akan menjadi pukulan signifikan karena Moskow berjuang untuk terus memproduksi pesawat baru.
Saluran Telegram pro-Rusia, Milblogger, yang secara rutin mem-posting tentang konflik yang sedang berlangsung di Ukraina secara mengejutkan telah berterus terang tentang kemunduran Kremlin dalam apa yang disebut "operasi militer khusus", sementara mereka bahkan mengkritik penanganan perang Moskow.
Saluran Telegram VDV for Honesty and Justice memperingatkan: "Akan segera ada lebih banyak kerugian seperti itu. NATO telah mengirim F-16 untuk memburu."
"Akibatnya, kerugian infanteri kita akan meningkat," lanjut peringatan tersebut, yang dikutip Forbes, Minggu (13/10/2024).
Namun, yang perlu dicatat, para blogger militer Rusia tersebut tidak mengkritik Presiden Vladimir Putin, tetapi seperti kemunduran militer Rusia di masa lalu, kemarahan diarahkan kepada mereka yang mengawasi jalannya perang secara langsung.
"Kebijakan militer Kremlin pertama kali dikritik terbuka oleh para blogger militer, dan mereka telah menemukan ruang dalam wacana publik Rusia untuk mengkritik militer tetapi bukan Putin," kata Matthew Schmidt, profesor keamanan nasional di Universitas New Haven.
"Mereka mengkritik militer dan mengeklaim bahwa militer pada dasarnya tidak kompeten, tetapi kami pro-perang dan pro-Putin dan dia perlu memperbaiki ketidakmampuan militer."
Jika penembakan jatuh Su-34 terbukti benar, para blogger militer Rusia kemungkinan akan terus bersuara lantang tentang situasi di Ukraina.
"Ini adalah episode klasik tentang situasi mereka, dan para blogger mengeklaim bahwa hal itu mencerminkan ketidakmampuan para jenderal dan bahwa Putin perlu memecat mereka dan mencari yang baru," imbuh Schmidt.
Berita dari garis depan terus beredar lebih cepat di Telegram daripada Kremlin dapat berkomentar secara resmi.
"Ponsel pintar dan media sosial memberi setiap orang megafon yang dapat mereka gunakan untuk langsung menjangkau miliaran orang," kata analis media sosial dan teknologi Roger Entner dari Recon Analytics.
"Ini khususnya menjadi masalah bagi rezim totaliter ketika mereka sangat bergantung pada kebohongan dan memutarbalikkan kebenaran," paparnya.
Salah satu saluran Telegram pro-Rusia yang melaporkan insiden tersebut, Fighterbomber, telah membagikan penghormatan yang jelas untuk Su-34 yang jatuh dengan foto hitam putih pesawat multiperan itu dengan keterangan: "The earth is the sky, brothers".
Kementerian Pertahanan Rusia belum membuat pernyataan resmi tentang laporan jatuhnya Su-34 pada hari Sabtu. Kementerian Pertahanan Ukraina juga belum berkomentar.
Namun, saluran Telegram pro-Moskow lainnya telah memberikan rincian tambahan, mengeklaim pesawat Su-34 ditembak jatuh sekitar 50 km (30 mil) dari garis depan, dan bahwa F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat (AS)-lah yang menjatuhkan pesawat Rusia tersebut.
Saluran-saluran Telegram itu melaporkan bahwa pilot S-34 Rusia tidak selamat.
Anggota NATO; Belgia, Denmark, Belanda, dan Norwegia semuanya telah berjanji awal tahun ini untuk menyediakan lebih dari 90 unit F-16 setelah Presiden AS Joe Biden menyetujui pengalihan pesawat tempur multiperan buatan Amerika tersebut.
Selusin pesawat F-16 pertama tiba di Ukraina pada bulan Agustus. Meskipun F-16 Fighting Falcon telah digunakan untuk melawan serangan rudal dan pesawat nirawak Rusia, jika dikonfirmasi, ini akan menandai pertama kalinya pesawat buatan Amerika tersebut mencetak kemenangan udara melawan pesawat tempur berawak Rusia.
Pesawat serang multiperan Sukhoi Su-34 adalah pesawat pengebom tempur supersonik jarak menengah segala cuaca, bermesin ganda, dan berkursi ganda, yang awalnya dikembangkan untuk Angkatan Udara Soviet pada tahun 1980-an. Pesawat ini merupakan salah satu dari banyak program Kremlin yang terpaksa ditunda menyusul pembubaran Uni Soviet dan krisis ekonomi yang menyusulnya.
Program ini kemudian dihidupkan kembali dan Su-34 secara resmi mulai beroperasi pada tahun 2014. Pesawat ini dianggap sebagai salah satu pesawat tempur Kremlin yang paling tangguh, dan kehilangannya akan menjadi pukulan signifikan karena Moskow berjuang untuk terus memproduksi pesawat baru.
Saluran Telegram pro-Rusia, Milblogger, yang secara rutin mem-posting tentang konflik yang sedang berlangsung di Ukraina secara mengejutkan telah berterus terang tentang kemunduran Kremlin dalam apa yang disebut "operasi militer khusus", sementara mereka bahkan mengkritik penanganan perang Moskow.
Saluran Telegram VDV for Honesty and Justice memperingatkan: "Akan segera ada lebih banyak kerugian seperti itu. NATO telah mengirim F-16 untuk memburu."
"Akibatnya, kerugian infanteri kita akan meningkat," lanjut peringatan tersebut, yang dikutip Forbes, Minggu (13/10/2024).
Namun, yang perlu dicatat, para blogger militer Rusia tersebut tidak mengkritik Presiden Vladimir Putin, tetapi seperti kemunduran militer Rusia di masa lalu, kemarahan diarahkan kepada mereka yang mengawasi jalannya perang secara langsung.
"Kebijakan militer Kremlin pertama kali dikritik terbuka oleh para blogger militer, dan mereka telah menemukan ruang dalam wacana publik Rusia untuk mengkritik militer tetapi bukan Putin," kata Matthew Schmidt, profesor keamanan nasional di Universitas New Haven.
"Mereka mengkritik militer dan mengeklaim bahwa militer pada dasarnya tidak kompeten, tetapi kami pro-perang dan pro-Putin dan dia perlu memperbaiki ketidakmampuan militer."
Jika penembakan jatuh Su-34 terbukti benar, para blogger militer Rusia kemungkinan akan terus bersuara lantang tentang situasi di Ukraina.
"Ini adalah episode klasik tentang situasi mereka, dan para blogger mengeklaim bahwa hal itu mencerminkan ketidakmampuan para jenderal dan bahwa Putin perlu memecat mereka dan mencari yang baru," imbuh Schmidt.
Berita dari garis depan terus beredar lebih cepat di Telegram daripada Kremlin dapat berkomentar secara resmi.
"Ponsel pintar dan media sosial memberi setiap orang megafon yang dapat mereka gunakan untuk langsung menjangkau miliaran orang," kata analis media sosial dan teknologi Roger Entner dari Recon Analytics.
"Ini khususnya menjadi masalah bagi rezim totaliter ketika mereka sangat bergantung pada kebohongan dan memutarbalikkan kebenaran," paparnya.
(mas)