Hongaria Sebut Ukraina Gabung NATO Dapat Picu Perang Dunia III
loading...
A
A
A
BUDAPEST - Hongaria tetap bersikeras menolak Ukraina untuk bergabung dalam keanggotaan NATO. Alasannya, langkah seperti itu dapat memicu Perang Dunia III.
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hongaria Peter Szijjarto khawatir gabungnya Ukraina saat terlibat perang melawan Rusia akan memicu penerapan klausul pertahanan diri bersama NATO, yang dikenal sebagai Pasal 5.
Menurut Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara, serangan bersenjata terhadap satu anggota akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota dan mengharuskan semua anggota untuk mengambil tindakan pertahanan kolektif.
Szijjarto mengatakan bahwa sebagian besar menteri luar negeri NATO lainnya telah mengambil posisi yang sama secara pribadi.
"Saya pikir siapa pun yang memiliki akal sehat yang memikirkan hal ini dengan matang tidak ingin menciptakan bahaya ini," katanya.
"Jadi posisi Hongaria jelas: Tidak ada kemungkinan bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO," katanya lagi, seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (10/10/2024).
Ukraina mengajukan keanggotaan jalur cepat NATO pada 30 September 2022, tujuh bulan setelah Rusia melancarkan invasinya dan kemudian mencaplok wilayah Ukraina di sepanjang perbatasan bersama mereka.
Pencalonan Ukraina telah didukung secara publik oleh mayoritas negara anggota, terutama di Eropa Timur dan Tengah seperti Polandia dan negara-negara Baltik.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan puncak di Washington DC pada bulan Juli, para pemimpin NATO mengatakan mereka akan terus mendukung Ukraina dalam perjalanannya yang tidak dapat diubah lagi menuju integrasi penuh Euro-Atlantik, termasuk keanggotaan NATO.
Ukraina, menurut pernyataan bersama tersebut, akan diundang untuk bergabung dengan NATO setelah menyelesaikan reformasi ekonomi, keamanan, dan demokrasi yang diperlukan dan negara-negara anggota menyetujui pengajuannya.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengutip ekspansi NATO ke arah timur sebagai salah satu pendorong di balik apa yang disebutnya "operasi militer khusus" Moskow di Ukraina.
Putin juga menegaskan bahwa Kyiv harus membatalkan upayanya untuk menjadi anggota NATO dan menyerahkan empat wilayahnya sebagai prasyarat untuk setiap pembicaraan damai atau gencatan senjata.
Selama kunjungannya ke Ukraina minggu lalu, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan dia dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membahas upaya yang sedang berlangsung oleh blok beranggotakan 32 negara itu untuk memenuhi kebutuhan negara itu sementara Rusia melanjutkan serangannya.
"NATO mendukung Ukraina, demi keamanan Anda dan demi keamanan kita," kata Rutte.
Zelensky mengatakan bahwa dia telah menegaskan kembali seruannya kepada anggota NATO untuk mengizinkan senjata yang mereka berikan kepada Ukraina diluncurkan terhadap target yang lebih dalam di Rusia.
Permintaan itu sejauh ini telah ditentang oleh Washington dan negara lain karena takut berpotensi meningkatkan konflik.
Lihat Juga: Sedang Perang Lawan Rusia, Zelensky Justru Pecat Banyak Diplomat Termasuk Dubes Ukraina di Indonesia
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hongaria Peter Szijjarto khawatir gabungnya Ukraina saat terlibat perang melawan Rusia akan memicu penerapan klausul pertahanan diri bersama NATO, yang dikenal sebagai Pasal 5.
Menurut Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara, serangan bersenjata terhadap satu anggota akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota dan mengharuskan semua anggota untuk mengambil tindakan pertahanan kolektif.
Szijjarto mengatakan bahwa sebagian besar menteri luar negeri NATO lainnya telah mengambil posisi yang sama secara pribadi.
"Saya pikir siapa pun yang memiliki akal sehat yang memikirkan hal ini dengan matang tidak ingin menciptakan bahaya ini," katanya.
"Jadi posisi Hongaria jelas: Tidak ada kemungkinan bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO," katanya lagi, seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (10/10/2024).
Ukraina mengajukan keanggotaan jalur cepat NATO pada 30 September 2022, tujuh bulan setelah Rusia melancarkan invasinya dan kemudian mencaplok wilayah Ukraina di sepanjang perbatasan bersama mereka.
Pencalonan Ukraina telah didukung secara publik oleh mayoritas negara anggota, terutama di Eropa Timur dan Tengah seperti Polandia dan negara-negara Baltik.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan puncak di Washington DC pada bulan Juli, para pemimpin NATO mengatakan mereka akan terus mendukung Ukraina dalam perjalanannya yang tidak dapat diubah lagi menuju integrasi penuh Euro-Atlantik, termasuk keanggotaan NATO.
Ukraina, menurut pernyataan bersama tersebut, akan diundang untuk bergabung dengan NATO setelah menyelesaikan reformasi ekonomi, keamanan, dan demokrasi yang diperlukan dan negara-negara anggota menyetujui pengajuannya.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengutip ekspansi NATO ke arah timur sebagai salah satu pendorong di balik apa yang disebutnya "operasi militer khusus" Moskow di Ukraina.
Putin juga menegaskan bahwa Kyiv harus membatalkan upayanya untuk menjadi anggota NATO dan menyerahkan empat wilayahnya sebagai prasyarat untuk setiap pembicaraan damai atau gencatan senjata.
Selama kunjungannya ke Ukraina minggu lalu, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan dia dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membahas upaya yang sedang berlangsung oleh blok beranggotakan 32 negara itu untuk memenuhi kebutuhan negara itu sementara Rusia melanjutkan serangannya.
"NATO mendukung Ukraina, demi keamanan Anda dan demi keamanan kita," kata Rutte.
Zelensky mengatakan bahwa dia telah menegaskan kembali seruannya kepada anggota NATO untuk mengizinkan senjata yang mereka berikan kepada Ukraina diluncurkan terhadap target yang lebih dalam di Rusia.
Permintaan itu sejauh ini telah ditentang oleh Washington dan negara lain karena takut berpotensi meningkatkan konflik.
Lihat Juga: Sedang Perang Lawan Rusia, Zelensky Justru Pecat Banyak Diplomat Termasuk Dubes Ukraina di Indonesia
(mas)