Demonstran Irak yang Ditembak Mati Tentara Bertambah Jadi 45 Orang

Jum'at, 29 November 2019 - 13:07 WIB
Demonstran Irak yang Ditembak Mati Tentara Bertambah Jadi 45 Orang
Demonstran Irak yang Ditembak Mati Tentara Bertambah Jadi 45 Orang
A A A
BAGHDAD - Tentara Irak menembak mati 45 demonstran setelah para pengunjuk rasa menyerbu dan membakar kantor Konsulat Iran di Najaf. Angka kematian ini merupakan data terbaru setelah sebelumnya korban tewas oleh penembakan pasukan itu mencapai 35 orang.

Insiden penembakan itu terjadi di beberapa lokasi demo. Di kota selatan Nassiriya ditemukan 29 orang yang ditembak mati pasukan Irak ketika massa demonstran memblokir sebuah jembatan sebelum fajar pada hari Kamis. Penembakan itu membuat massa demonstran berkumpul di luar kantor polisi. Polisi dan sumber medis mengatakan lusinan orang lainnya terluka.

Di Baghdad, empat orang tewas setelah ditembak pasukan keamanan dengan peluru tajam dan peluru karet di dekat jembatan di atas sungai Tigris. Di Najaf, 12 orang orang ditemukan tewas. (Baca: Konsulat Iran Dibakar, Pasukan Irak Tembak Mati 35 Demonstran )

Di Nassiriya, ribuan pelayat turun ke jalan. Mereka menentang jam malam untuk menguburkan para korban setelah penembakan massal.

Pada Rabu malam massa demonstran di Irak menyerang dan membakar kantor Konsulat Iran di Najaf. Mereka memprotes pengaruh Teheran dalam urusan-urusan Irak.

"Semua polisi antihuru-hara di Najaf dan pasukan keamanan mulai menembaki kami seolah-olah kami membakar Irak secara keseluruhan," kata seorang pemrotes yang menyaksikan pembakaran konsulat kepada Reuters, Jumat (29/11/2019), tanpa disebutkan namanya.

Pengunjuk rasa lain, Ali, menggambarkan serangan terhadap kantor konsulat sebagai tindakan berani dan reaksi dari rakyat Irak. "Kami tidak menginginkan orang-orang Iran," katanya.

Ali memperkirakan akan terjadi lebih banyak kekerasan."Saya akan membalas dendam dari Iran, saya yakin. Mereka masih di sini dan pasukan keamanan akan terus menembaki kami."

Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk serangan kantor konsulat tersebut. "(Iran) menuntut tanggapan tegas pemerintah Irak terhadap para penyerang," kata kementerian tersebut.

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi sejauh ini menolak seruan untuk mengundurkan diri setelah pertemuan dengan politisi senior yang dihadiri oleh komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Abdul Mahdi pada hari Kamis memanggil seorang komandan militer senior di provinsi Dhi Qar, tempat kota Nassiriya berada, ke Baghdad untuk menjelaskan mengapa situasinya memburuk.

Pertumpahan darah yang terjadi pada hari Kamis adalah salah satu hari yang paling kejam sejak demo besar pecah awal Oktober lalu. Para pengunjuk rasa menentang praktik korupsi, pengangguran yang meningkat dan lesunya ekonomi meski negara itu kaya minyak.

Sejak penarikan pasukan AS dari Irak pada 2011, Iran telah mengonsolidasikan dirinya tidak hanya di Irak, tetapi di Lebanon, di mana Hezbullah memainkan peran dominan. Di Suriah, perang Teheran melawan ISIS memungkinkan pasukan proksinya untuk membangun pijakan.

Menyusul kekerasan di Irak, Iran menutup perbatasan Mehran pada Kamis malam karena alasan keamanan. Penutupan perbatasan itu telah dikonfirmasi seorang pejabat perbatasan setempat yang dikutip kantor berita Mehr.

"Dengan perhatian pada peristiwa baru-baru ini dan kerusuhan di negara Irak, perbatasan Mehran telah ditutup mulai malam ini," kata Mojtaba Soleimani, manajer pos perbatasan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3330 seconds (0.1#10.140)