Arab Saudi Serukan Tekanan Lebih Besar pada Iran Seiring Meningkatnya Serangan Houthi
loading...
A
A
A
Israel menggunakan sistem pertahanan Arrow dan Iron Dome untuk melawan rudal Houthi pada hari Minggu (15/9/2024) tetapi belum memastikan apakah salah satu dari beberapa upaya untuk mencegatnya berhasil.
Houthi, kelompok Syiah yang telah menguasai Sana'a sejak 2014, mungkin telah menggunakan varian Qadr F dari rudal balistik jarak menengah Qadr-110 atau Ghadr-110 Iran yang berusia 20 tahun.
Iran telah berulang kali dituduh, termasuk oleh PBB, memasok senjata kepada Houthi yang awalnya digunakan untuk melawan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi yang bermarkas di Aden.
Meskipun Saudi melakukan kampanye pengeboman intensif pada tahun 2016, Houthi terbukti mustahil untuk digulingkan, bahkan dengan serangan pesawat nirawak yang semakin gencar ke Arab Saudi.
Gencatan senjata telah terjadi di Yaman, tetapi utusan khusus PBB untuk negara tersebut, Hans Grundberg, mengatakan kepada dewan keamanan PBB bahwa ancaman kembalinya perang saudara tetap ada.
Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen dan diplomat Saudi, telah menyatakan kekecewaan kerajaan atas cara Iran membantu Houthi.
Berbicara di Chatham House di London pada Jumat, dia menyerukan lebih banyak tindakan internasional untuk memblokir bantuan tersebut dan mengatakan "pengeboman mendadak" yang dilakukan terhadap posisi Houthi oleh angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Laut Merah harus lebih efektif.
"Kami telah melihat pengerahan armada Eropa dan AS di sepanjang pantai Laut Merah dan lebih banyak yang dapat dilakukan di sana untuk menghalangi pasokan persenjataan yang datang ke Houthi dari Iran," ujar dia.
Dia menjelaskan, “Menekan Iran oleh komunitas dunia dapat berdampak positif pada apa yang dapat dilakukan Houthi dalam meluncurkan rudal dan pesawat nirawak ini untuk menyerang perdagangan internasional.”
Faisal mengklaim dengan terus mencampuri urusan negara-negara Arab seperti Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman, serta Palestina, Teheran belum memenuhi bagiannya dari perjanjian diplomatik yang disepakati antara Iran dan Arab Saudi di China dua tahun lalu.
Houthi, kelompok Syiah yang telah menguasai Sana'a sejak 2014, mungkin telah menggunakan varian Qadr F dari rudal balistik jarak menengah Qadr-110 atau Ghadr-110 Iran yang berusia 20 tahun.
Iran telah berulang kali dituduh, termasuk oleh PBB, memasok senjata kepada Houthi yang awalnya digunakan untuk melawan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi yang bermarkas di Aden.
Meskipun Saudi melakukan kampanye pengeboman intensif pada tahun 2016, Houthi terbukti mustahil untuk digulingkan, bahkan dengan serangan pesawat nirawak yang semakin gencar ke Arab Saudi.
Gencatan senjata telah terjadi di Yaman, tetapi utusan khusus PBB untuk negara tersebut, Hans Grundberg, mengatakan kepada dewan keamanan PBB bahwa ancaman kembalinya perang saudara tetap ada.
Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen dan diplomat Saudi, telah menyatakan kekecewaan kerajaan atas cara Iran membantu Houthi.
Berbicara di Chatham House di London pada Jumat, dia menyerukan lebih banyak tindakan internasional untuk memblokir bantuan tersebut dan mengatakan "pengeboman mendadak" yang dilakukan terhadap posisi Houthi oleh angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Laut Merah harus lebih efektif.
"Kami telah melihat pengerahan armada Eropa dan AS di sepanjang pantai Laut Merah dan lebih banyak yang dapat dilakukan di sana untuk menghalangi pasokan persenjataan yang datang ke Houthi dari Iran," ujar dia.
Dia menjelaskan, “Menekan Iran oleh komunitas dunia dapat berdampak positif pada apa yang dapat dilakukan Houthi dalam meluncurkan rudal dan pesawat nirawak ini untuk menyerang perdagangan internasional.”
Faisal mengklaim dengan terus mencampuri urusan negara-negara Arab seperti Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman, serta Palestina, Teheran belum memenuhi bagiannya dari perjanjian diplomatik yang disepakati antara Iran dan Arab Saudi di China dua tahun lalu.