Corong Putin: Rusia Sudah Memiliki Dasar untuk Memulai Perang Nuklir

Senin, 16 September 2024 - 09:13 WIB
loading...
Corong Putin: Rusia...
Vladimir Solovyov, pembawa TV pemerintah Rusia yang dikenal sebagai corong Presiden Vladimir Putin, sebut Moskow sudah memiliki dasar untuk memulai perang nuklir. Foto/Sputnik/Evgeny Biyatov
A A A
MOSKOW - Vladimir Solovyov, pembawa acara televisi (TV) pemerintah Rusia yang dikenal sebagai corong Presiden Vladimir Putin mengatakan Moskow sudah memiliki dasar untuk memulai perang nuklir dengan mengacu pada doktrin nuklirnya.

Pada Agustus lalu, di tengah perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, Kyiv melancarkan serangan balasannya ke Kursk—menandai pertama kalinya wilayah Rusia direbut Ukraina sejak Perang Dunia II.

Namun, serangan Ukraina memicu kekhawatiran bencana nuklir dari Moskow, yang menuduh Kyiv mencoba menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menggunakan pesawat nirawak.



Konflik tersebut telah lama menimbulkan kekhawatiran tentang apakah Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir untuk pertempuran.

Putin telah berulang kali membuat pernyataan yang mengejutkan tentang senjata nuklir di tengah perang karena Moskow memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir daripada negara lain, menurut Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICANW).

Selama program acara TV, Solovyov memperingatkan tentang respons nuklir menyusul serangan balasan Ukraina ke Kursk, dengan menyatakan; ”Rusia sudah memiliki dasar untuk memulai perang nuklir," dengan mengutip doktrin nuklir negara tersebut.

Menurut Reuters, doktrin nuklir 2020 Kremlin mengatakan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh atau serangan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara tersebut.

"Kami memiliki masalah yang sangat sederhana. Pertama, mereka menyerang mata kami yang akan mendeteksi serangan nuklir terhadap Rusia. Menurut doktrin kami, ini sudah menjadi dasar untuk memulai perang nuklir melawan mereka," kata Solovyov dalam program tersebut, yang rekaman videonya dibagikan kelompok pengawas Russian Media Monitor.

“Anda mengatakan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. Maaf, tetapi pasukan Nazi telah menyerbu wilayah Kursk. Ini bukan bagian dari rencana. Kami memiliki doktrin yang jelas dan ringkas dan kami bertindak sesuai dengan itu, termasuk penggunaan senjata nuklir,” lanjut Solovyov, yang dikutip Newsweek, Senin (16/9/2024).

Kremlin telah berulang kali mencoba membenarkan invasinya dengan mengeklaim ada "rezim neo-Nazi" yang berkuasa di Kyiv. Hal ini telah ditolak dengan tegas oleh Ukraina dan komunitas internasional.

Pernyataan Solovyov muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan awal bulan ini bahwa Kremlin akan mengubah kebijakan perang nuklirnya sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai eskalasi Barat dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Ryabkov mengatakan kepada TASS bahwa ada "niat yang jelas" untuk membuat perubahan pada doktrin nuklir Rusia, seraya menambahkan bahwa keputusan tersebut terkait dengan arah eskalasi Barat sehubungan dengan konflik Ukraina.

"Seperti yang telah berulang kali kami katakan sebelumnya, pekerjaan tersebut berada pada tahap lanjut, dan ada niat yang jelas untuk memperkenalkan koreksi [terhadap doktrin nuklir], yang disebabkan, antara lain, oleh pemeriksaan dan analisis perkembangan konflik baru-baru ini, termasuk, tentu saja, segala sesuatu yang berhubungan dengan arah eskalasi musuh Barat kami sehubungan dengan operasi militer khusus," kata Ryabkov, tetapi tidak mengatakan kapan doktrin nuklir yang diperbarui akan siap.

Ini bukan pertama kalinya Rusia memperingatkan tentang respons nuklir. Mantan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev, sekutu dekat Putin, juga mengeluarkan peringatan respons nuklir baru pada hari Sabtu yang menyatakan bahwa itu akan menjadi keputusan dengan "konsekuensi yang tidak dapat diubah."

"Namun, Rusia telah bersabar. Jelas bahwa respons nuklir adalah keputusan yang sangat rumit dengan konsekuensi yang tidak dapat diubah. Namun, yang gagal diakui oleh orang-orang Anglo-Saxon yang arogan adalah bahwa Anda hanya dapat menguji kesabaran seseorang dalam jangka waktu yang terbatas," kata Medvedev.

"Akhirnya akan terbukti bahwa beberapa analis Barat moderat benar ketika mereka memperingatkan: 'Benar, Rusia tidak mungkin menggunakan respons ini, meskipun… itu masih mungkin. Selain itu, mereka mungkin menggunakan kendaraan pengiriman baru dengan muatan konvensional’. Dan kemudian—itu berakhir. Bercak besar massa abu-abu cair di tempat 'ibu kota Rusia' [nama historis Kyiv] pernah berdiri. Astaga, itu tidak mungkin, tetapi itu terjadi...,” paparnya.

Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengabaikan keseriusan berbagai pernyataan Medvedev.

"Kami tahu sekarang untuk tidak menganggap Medvedev serius," kata departemenitu melalui seorang juru bicaranya. "Itu omong kosong standar Kremlin."
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1123 seconds (0.1#10.140)