Corong Putin: Rusia Sudah Memiliki Dasar untuk Memulai Perang Nuklir
loading...
A
A
A
MOSKOW - Vladimir Solovyov, pembawa acara televisi (TV) pemerintah Rusia yang dikenal sebagai corong Presiden Vladimir Putin mengatakan Moskow sudah memiliki dasar untuk memulai perang nuklir dengan mengacu pada doktrin nuklirnya.
Pada Agustus lalu, di tengah perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, Kyiv melancarkan serangan balasannya ke Kursk—menandai pertama kalinya wilayah Rusia direbut Ukraina sejak Perang Dunia II.
Namun, serangan Ukraina memicu kekhawatiran bencana nuklir dari Moskow, yang menuduh Kyiv mencoba menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menggunakan pesawat nirawak.
Konflik tersebut telah lama menimbulkan kekhawatiran tentang apakah Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir untuk pertempuran.
Putin telah berulang kali membuat pernyataan yang mengejutkan tentang senjata nuklir di tengah perang karena Moskow memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir daripada negara lain, menurut Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICANW).
Selama program acara TV, Solovyov memperingatkan tentang respons nuklir menyusul serangan balasan Ukraina ke Kursk, dengan menyatakan; ”Rusia sudah memiliki dasar untuk memulai perang nuklir," dengan mengutip doktrin nuklir negara tersebut.
Menurut Reuters, doktrin nuklir 2020 Kremlin mengatakan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh atau serangan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara tersebut.
"Kami memiliki masalah yang sangat sederhana. Pertama, mereka menyerang mata kami yang akan mendeteksi serangan nuklir terhadap Rusia. Menurut doktrin kami, ini sudah menjadi dasar untuk memulai perang nuklir melawan mereka," kata Solovyov dalam program tersebut, yang rekaman videonya dibagikan kelompok pengawas Russian Media Monitor.
“Anda mengatakan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. Maaf, tetapi pasukan Nazi telah menyerbu wilayah Kursk. Ini bukan bagian dari rencana. Kami memiliki doktrin yang jelas dan ringkas dan kami bertindak sesuai dengan itu, termasuk penggunaan senjata nuklir,” lanjut Solovyov, yang dikutip Newsweek, Senin (16/9/2024).
Pada Agustus lalu, di tengah perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, Kyiv melancarkan serangan balasannya ke Kursk—menandai pertama kalinya wilayah Rusia direbut Ukraina sejak Perang Dunia II.
Namun, serangan Ukraina memicu kekhawatiran bencana nuklir dari Moskow, yang menuduh Kyiv mencoba menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menggunakan pesawat nirawak.
Konflik tersebut telah lama menimbulkan kekhawatiran tentang apakah Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir untuk pertempuran.
Putin telah berulang kali membuat pernyataan yang mengejutkan tentang senjata nuklir di tengah perang karena Moskow memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir daripada negara lain, menurut Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICANW).
Selama program acara TV, Solovyov memperingatkan tentang respons nuklir menyusul serangan balasan Ukraina ke Kursk, dengan menyatakan; ”Rusia sudah memiliki dasar untuk memulai perang nuklir," dengan mengutip doktrin nuklir negara tersebut.
Menurut Reuters, doktrin nuklir 2020 Kremlin mengatakan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh atau serangan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara tersebut.
"Kami memiliki masalah yang sangat sederhana. Pertama, mereka menyerang mata kami yang akan mendeteksi serangan nuklir terhadap Rusia. Menurut doktrin kami, ini sudah menjadi dasar untuk memulai perang nuklir melawan mereka," kata Solovyov dalam program tersebut, yang rekaman videonya dibagikan kelompok pengawas Russian Media Monitor.
“Anda mengatakan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. Maaf, tetapi pasukan Nazi telah menyerbu wilayah Kursk. Ini bukan bagian dari rencana. Kami memiliki doktrin yang jelas dan ringkas dan kami bertindak sesuai dengan itu, termasuk penggunaan senjata nuklir,” lanjut Solovyov, yang dikutip Newsweek, Senin (16/9/2024).