PM China Li Qiang Temui Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Ini yang Dibahas
loading...
A
A
A
RIYADH - Perdana Menteri (PM) China Li Qiang menemui Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh pada Rabu. Kedua pemimpin ini membahas kerja sama di beberapa sektor termasuk energi, investasi, dan perdagangan.
Sebelumnya, Li telah mendesak Beijing dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang meliputi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, untuk mempercepat negosiasi perdagangan bebas.
Menurut laporan kantor berita Xinhua, Li telah menyampaikan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di Riyadh dengan Sekretaris Jenderal GCC Jasem al-Budaiwi.
Sedangkan Saudi Press Agency (SPA) pada Kamis (12/9/2024) melaporkan bahwa al-Budaiwi telah menekankan pentingnya untuk terus maju dan menyelesaikan perundingan perdagangan dalam waktu dekat.
Negosiasi perdagangan bebas telah terhenti karena kekhawatiran Arab Saudi tentang impor murah dari China, di mana sumber-sumber mengatakan kepada Reuters pada bulan Mei bahwa perundingan tersebut menemui jalan buntu.
Arab Saudi khawatir bahwa gelombang produk-produk China berbiaya rendah yang diharapkan dapat diproduksi di dalam negeri akan merusak agenda industrinya, kata sumber-sumber tersebut.
China dan GCC, yang juga mencakup Qatar, Kuwait, Oman, dan Bahrain, memulai perundingan perdagangan bebas hampir 20 tahun yang lalu.
Li mengatakan kedua pihak harus lebih memperluas skala perdagangan bilateral, memperdalam kerja sama di berbagai bidang mulai dari minyak dan gas, petrokimia, dan infrastruktur hingga bidang-bidang yang sedang berkembang seperti energi baru dan ekonomi hijau, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.
Arab Saudi bersedia bekerja sama erat dengan China dalam urusan multilateral untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan dan secara global, kata Li menurut kementerian tersebut.
Li, lanjut kemeneterian itu, kemudian tiba di Abu Dhabi pada Rabu malam, di mana dia dijadwalkan bertemu dengan Wakil Presiden dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab Mohammed bin Rashid al-Maktoum.
Sebelumnya, Li telah mendesak Beijing dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang meliputi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, untuk mempercepat negosiasi perdagangan bebas.
Menurut laporan kantor berita Xinhua, Li telah menyampaikan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di Riyadh dengan Sekretaris Jenderal GCC Jasem al-Budaiwi.
Sedangkan Saudi Press Agency (SPA) pada Kamis (12/9/2024) melaporkan bahwa al-Budaiwi telah menekankan pentingnya untuk terus maju dan menyelesaikan perundingan perdagangan dalam waktu dekat.
Negosiasi perdagangan bebas telah terhenti karena kekhawatiran Arab Saudi tentang impor murah dari China, di mana sumber-sumber mengatakan kepada Reuters pada bulan Mei bahwa perundingan tersebut menemui jalan buntu.
Arab Saudi khawatir bahwa gelombang produk-produk China berbiaya rendah yang diharapkan dapat diproduksi di dalam negeri akan merusak agenda industrinya, kata sumber-sumber tersebut.
China dan GCC, yang juga mencakup Qatar, Kuwait, Oman, dan Bahrain, memulai perundingan perdagangan bebas hampir 20 tahun yang lalu.
Li mengatakan kedua pihak harus lebih memperluas skala perdagangan bilateral, memperdalam kerja sama di berbagai bidang mulai dari minyak dan gas, petrokimia, dan infrastruktur hingga bidang-bidang yang sedang berkembang seperti energi baru dan ekonomi hijau, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.
Arab Saudi bersedia bekerja sama erat dengan China dalam urusan multilateral untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan dan secara global, kata Li menurut kementerian tersebut.
Li, lanjut kemeneterian itu, kemudian tiba di Abu Dhabi pada Rabu malam, di mana dia dijadwalkan bertemu dengan Wakil Presiden dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab Mohammed bin Rashid al-Maktoum.
(mas)