Penembak Aktif Tembak 6 Orang di Jalan Raya Kentucky AS lalu Kabur

Minggu, 08 September 2024 - 10:13 WIB
loading...
Penembak Aktif Tembak...
Seorang penembak aktif telah menembak 6 orang di jalan raya Kentucky, AS, lalu melarikan diri. Foto/Laurel County Sheriffs Office
A A A
WASHINGTON - Seorang penembak aktif telah menembak enam orang di sepanjang jalan raya di negara bagian Kentucky, Amerika Serikat (AS), Sabtu waktu setempat. Tersangka kemudian melarikan diri.

Juru bicara Kepolisian Negara Bagian Kentucky Scottie Pennington mengatakan empat hingga enam orang telah ditembak.

“Terdapat beberapa korban luka parah tetapi tidak ada kematian yang dikonfirmasi,” tulis media lokal, WYMT, yang dikutip AFP, Minggu (8/9/2024).

Polisi mencurigai tersangka bernama Joseph Couch (32). Penembakan ini telah memaksa polisi menutup jalur Interstate-75 di kedua arah.



"Anggaplah [tersangka] bersenjata dan berbahaya," kata kantor sheriff setempat dalam posting Facebook-nya. "Jangan mencoba untuk mendekat."

Pennington juga mem-posting di Facebook: "Kami mengimbau orang-orang untuk tetap di dalam.”

Dia kemudian mengatakan kepada Louisville Courier Journal; "Kami tidak tahu di mana (tersangka) berada.”

Kawasan Laurel County berada di selatan kota Lexington di sepanjang Interstate-75, jalan raya utama utara-selatan yang melintasi separuh timur Amerika Serikat.

Insiden hari Sabtu terjadi setelah dua siswa dan dua guru tewas dalam penembakan di sekolah di Georgia.

Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun didakwa melakukan pembunuhan sementara ayahnya, yang diduga membelikan senjata api untuknya sebagai hadiah, didakwa melakukan pembunuhan tidak disengaja dan pembunuhan tingkat dua.

Kekerasan senjata api umum terjadi di Amerika Serikat, negara dengan jumlah senjata api lebih banyak daripada jumlah penduduk.

Meskipun jajak pendapat menunjukkan warga Amerika mendukung pembatasan kepemilikan senjata api yang lebih ketat, kelompok lobi hak senjata api yang kuat, perlindungan konstitusional, dan budaya yang bergairah seputar kepemilikan senjata api berarti bahwa upaya untuk membatasi hak kepemilikan senjata api selalu menghadapi perlawanan politik yang keras.

Paket keamanan senjata api tahun 2022 yang disahkan oleh Kongres merupakan yang paling terkenal dalam beberapa dekade, yang memperkuat pemeriksaan latar belakang dan mendukung negara bagian yang mengesahkan undang-undang "Red Flag", yang memungkinkan penyitaan senjata dari orang-orang yang dianggap berisiko tinggi.

Namun, para pendukung mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan.

Pada tahun yang sama, lebih dari 48.000 orang tewas akibat senjata api, menurut dokter bedah umum, yang tahun ini mengeluarkan nasihat penting yang menyatakan kekerasan senjata sebagai "krisis kesehatan masyarakat".

Hak senjata dan kekerasan senjata secara teratur muncul dalam pemilihan umum.

Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump, yang dipandang oleh partainya sebagai pejuang hak senjata, mengunggah di media sosial: "Hati kami bersama para korban penembakan di Georgia.”

Sedangkan kandidat presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris meminta Kongres untuk meloloskan larangan senapan serbu.

Larangan ini akan mirip dengan yang ditulis Presiden Joe Biden saat menjadi senator dan disahkan menjadi undang-undang pada tahun 1994 yang berakhir setelah satu dekade, tanpa diperbarui oleh Kongres.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
7 Negara yang Berebut...
7 Negara yang Berebut Kekuasaan di Arktik, Rusia Jadi Jagoannya
Profil Linda McMahon,...
Profil Linda McMahon, Menteri Pendidikan AS Era Trump yang Pecat 50 Persen Pegawainya
Profil Mahmoud Khalil,...
Profil Mahmoud Khalil, Aktivis Muslim AS yang Ditangkap karena Menentang Kebijakan Donald Trump
Rekomendasi
Rinnai Indonesia Luncurkan...
Rinnai Indonesia Luncurkan Smart HOB RB-A2660G(B), Dilengkapi Teknologi Automatic Menu
Ketika Prabowo Cari...
Ketika Prabowo Cari Jaksa Agung: Nggak Hadir Ya, Lagi Ngejar-ngejar Orang
PSI Yakin Ada Alasan...
PSI Yakin Ada Alasan Kuat di Balik Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
41 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Balas Ukraina, Rudal...
Balas Ukraina, Rudal Rusia Tewaskan 13 Orang di Zaporizhzhia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved