Rusia Sebut Presiden Negara Uni Eropa Berbicara seperti Teroris

Jum'at, 23 Agustus 2024 - 16:26 WIB
loading...
Rusia Sebut Presiden...
Dalam gambar yang disediakan Penjaga Pantai Swedia, kebocoran dari Nord Stream 2 terlihat pada 28 September 2022. Foto/Penjaga Pantai Swedia/AP
A A A
MOSKOW - Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova menyebut Presiden Ceko Petr Pavel terdengar seperti teroris internasional ketika dia mengklaim jaringan pipa gas Nord Stream adalah "target yang sah" bagi Ukraina.

Pavel menyampaikan pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas artikel di Wall Street Journal, yang melaporkan pekan lalu bahwa Kiev telah melakukan sabotase pada September 2022 yang merusak infrastruktur utama yang dibangun untuk menyalurkan gas Rusia ke Jerman dan seluruh Eropa Barat.

Berbicara kepada kantor berita Novinky.cz pada Rabu (21/8/2024), presiden Ceko berpendapat jika serangan Nord Stream "ditujukan untuk memutus pasokan gas dan minyak ke Eropa dan (aliran) uang kembali ke Rusia, maka... itu akan menjadi target yang sah (bagi Ukraina)."

Namun, Pavel menekankan bahwa dia tidak memiliki bukti "yang memberatkan" bahwa Kiev berada di balik sabotase tersebut.

Menanggapi pernyataan Pavel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Zakharova menulis dalam unggahan Telegram pada Rabu bahwa pernyataan itu "terlalu berlebihan, bahkan untuk (tokoh) pinggiran yang eksentrik seperti itu."

"Sebelumnya, 'gagasan' seperti itu hanya disuarakan oleh perwakilan sel teroris internasional yang dilarang," tegas Zakharova.

Sebagai contoh, Zakharova membagikan seruan oleh tokoh senior di Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS) dan Al-Qaeda bagi para pendukung mereka untuk menargetkan AS, yang menurut diplomat Rusia itu sifatnya mirip dengan pernyataan presiden Ceko.

Sumber-sumber mengklaim kepada Wall Street Journal bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky awalnya menyetujui serangan terhadap jaringan pipa Nord Stream, tetapi kemudian mencoba membatalkannya karena tekanan dari CIA.

Namun, panglima tertinggi Ukraina saat itu, Valery Zaluzhny, diduga membiarkan operasi itu berlanjut.

Artikel oleh media AS itu diterbitkan pada hari yang sama ketika Jerman mengeluarkan surat perintah penangkapan pertamanya atas ledakan Nord Stream.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3302 seconds (0.1#10.140)